Rabu, 02 Maret 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (447): Pahlawan Indonesia-Raden Soemitro Studi di Belanda; Awal Indische Vereeniging di Belanda 1908

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Raden Soemito, sejatinya sudah dikenal sejak lama, namun kurang terangkat ke permukaan. Raden Soemitro adalah anggota BPUPKI tahun 1945.  Jika mundur jauh ke belakang, Raden Soemitro termasuk yang aktif berpartisipasi dalam pembentukan organisasi mahasiswa di Belanda tahun 1908 (Indische Vereeniging). Sepulang studi di Belanda Raden Soenitro berkarir di pemerintahan daerah. Hal itulah mengapa nama Raden Soemitro sempat menghilang dari dunia perjuangan hingga kembali munculnya sebagai anggota BPUPKI.

Raden Adipati Arya Poerbonegoro Soemitro Kolopaking adalah bupati Kabupaten Banjarnegara sejak 1927 sampai 1945. Tahun 1945 terpilih menjadi seorang anggota BPUPKI. Soemitro Kolopaking lahir di Papringan, Banyumas pada tanggal 14 Juni 1887. Ia adalah anak dari Raden Tumenggung Jayanegara II dengan pangkat "Adipati Arya" yang merupakan keturunan Kanjeng Raden Adipati Dipadiningrat. Dia mengenyam Sekolah Jawa (1893-1896), ELS (1896-1901), Gymnasium Willem III (1901-1907) dan dilanjut sebagai Mahasiswa Indologi di Leiden (1907-1914). Selama menjadi mahasiswa itu Soemitro melanglang buana ke berbagai negara untuk mencari tambahan dana kuliah. Sebagai bupati, ia mengalami 3 zaman, yaitu zaman Hindia Belanda, Jepang dan Republik Indonesia. dan menerima sebutan "Gusti Kanjeng Bupati", lalu "Banjarnegara Ken Cho" dan terakhir sebagai "Bapak Bupati". Kapal kelas empat dengan tiket seharga 15 gulden mengantar Soemitro ke Belanda pada 1907. Saat itu, ia masih berusia 19 tahun dan baru lulus dari HBS KW III. Seperti ditulis Harry Poeze dalam Di Negeri Penjajah (2007, hlm. 75), Soemitro tinggal di Leiden dan bekerja sebagai perawat domba dengan upah 1,5 gulden perhari. Kadang Soemitro pergi ke Jerman dan bekerja di pertambangan dengan nama samaran WA Snell. Dia sempat belajar pertanian di Hiide Maatschappij dan sebuah sekolah pertamanan. Di Leiden, ia belajar Indologi, ilmu yang sangat berguna baginya jika bekerja di jawatan pemerintahan Hindia Belanda. Soemitro adalah salah seorang pendiri Perhimpunan Indonesia. Ia pulang setelah tujuh tahun belajar di Belanda. Di Hindia Belanda, Soemitro sempat jadi pegawai di Pegadaian dan Pabrik teh, sebelum jadi perwira Polisi di Bandung. Seperti adiknya, Sunario, Soemitro juga dipercaya Hatta. Setelah tidak ada lagi Badan Intelijen sebesar BRANI atau Bagian V. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Raden Soemitro? Seperti disebut di atas, Raden Soemitro adalah salah satu pendiri organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda tahun 1908. Pada era pendudukan Jepang, Raden Soemitro menjadi salah satu anggota BPUPKI. Lalu bagaimana sejarah Raden Soemito? Dalam blog ini pernah ditulis, tetapi masih memerlukan penelusuran data lebih lanjut. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Raden Soemitro: Indische Vereeniging di Belanda 1908

Nama Raden Soemitro cukup banyak, bahkan nama Raden Soemitri pada sejaman ada beberapa. Pada tahun 1907 ada nama Raden Soemitro lulus ujian akhir di HBS Semarang, ada juga nama Raden Soemitro lulus HBS di Leiden (lihat Het vaderland, 17-07-1907). Ada juga Raden Soemitro lulus ujian transisi di sekolah kedokteran STOVIA Batavia naik dari kelas tiga tingkat persiapan ke kelas satu tingkat medik (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 07-10-1907). Selain itu masih ada nama Raden Soemitro yang lainnya. Lantas yang mana Raden Soemitro yang ikut berpartisipasi dalam pembentukan organisasi mahasiswa pribumi Indische Vereeniging di Belanda tahun 1908?

Tampaknya hanya ada dua kemungkinan. Yakni Raden Soemitro yang lulus HBS di Leiden dan Raden Soemitro yang lulus HBS di Semarang. Raden Soemitro van Semarang berangkat bulan Juli 1908 ke Belanda (lihat Sumatra-bode, 08-07-1908). Raden Soemitro berangkat dengan kapal ss Kawi dengan tujuan akhir Nederland. Satu kapal dengan Raden Soemitro adalah Raden Ambia Soedibio

Pada tahun 1907 mahasiswa senior di Belanda Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan meninisiasi mendidirikan sebuah organisasi mahasiswa. Gagasan pendidirian organisasi mahasiswa ini dapat diwujudkan dengan berdirinya Indische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia) yang disahkan pada tanggal 25 Oktober 1908 di Leiden. Soetan Casajangan menjadi presiden pertama dan sebagai sekretaris Raden Soemitro.

De nieuwe vorstenlanden, 01-02-1909: 'Indische Vereeniging. Di Belanda, telah dibentuk persatuan orang-orang Hindia yang belajar disana, R Soetan Casajangan menulis tentang hal ini di Koloniaal Weekblad sebagai berikut: Tiga tahun lalu saya sudah merencanakan untuk membentuk sebuah sarikat untuk orang-orang Hindia di Belanda. Karena saya terlalu sibuk pada saat itu, saya tidak dapat melaksanakan rencana saya segera. Pada bulan Juni tahun ini [Juni 1908, red], Mr. JH Abendanon datang mengunjungi saya dan bertanya apakah saya pernah berpikir untuk memberikan bantuan kepada orang Hindia. Saya menjawab pertanyaan ini dalam persetujuan dan kemudian dia mendorong saya untuk melanjutkan rencana saya yang bermanfaat itn. Mengenai hal ini langkah pertama yang saya lakukan meminta salah satu orang mahasiswa pribumi dari Hindia sebagai staf saya, namanya R Soemitro. Lalu kami mengirim undangan ke semua orang pribumi Hindia yang belajar di Belanda untuk menghadiri pertemuan. Pada tanggal 25 Oktober, kami, sebanyak lima belas orang Hindia, berkumpul di tempat saya, di Leiden, dan pertemuan pertama diadakan. Saya meminta Soemitro untuk memimpin pertemuan, R Hussein Djajadiningrat ditunjuk sebagai sekretaris sementara. Statuta sementara disetujui yang pada prinsipnya berisi dasar Indische Vereeniging yang diputuskan secara prinsip. Kemudian kami melanjutkan untuk memilih pengurus. Pemimpin terpilih: R. Soetan Casajangan Soripada, Sekretaris dan merangkap bendahara  RM Soemitro. Komite terdiri dari R. Soetan CS, RM Soemitro, RMP Sosro Kartono dan R. Hoesain Djajadiningrat yang diangkat untuk menyusun AD dan peraturan lebih lanjut (ART). Pada tanggal 15 November pertemuan kedua diadakan di Den Haag. Kita dapat membaca AD tersebut sebagaimana diwartakan surat kabar Bat. Nbld yang menulis, antara lain, bahwa Vereeniging pribumi menyandang nama Indische Vereeniging dan berkedudukan di Den Haag. Tujuannya adalah untuk mempromosikan kepentingan bersama orang Hindia di Belanda dan untuk tetap berhubungan dengan Hindia. Orang Hindia sebagai penduduk asli Hindia Belanda. Vereeniging berusaha mencapai tujuan ini dengan: mempromosikan asosiasi antara orang Hindia di Belanda, mendorong orang siswa Hindia untuk belajar di Belanda. Untuk menjelaskan yang terakhir, peraturan internal (ART) menyatakan: Asosiasi berusaha mendorong orang Hindia untuk belajar di Belanda dengan melakukan hal berikut: dengan memberikan informasi untuk memberikan informasi tentang studi dan tinggal di Belanda, dengan membantu orang-orang Hindia yang baru tiba dan dengan memberikan semua informasi yang mungkin tentang Belanda berdasarkan permintaan. Anggota biasa hanya bisa orang Hindia yang tinggal di Belanda. Kami berharap asosiasi pemuda ini berhasil’.

Lantas siapa Raden Soemitro yang telah menjadi sekretaris Indische Vereening di Belanda? Raden Soemitro van Semarang atau Raden Soemitro yang lulusan HBS di Leiden? Okelah. Untuk mendapatkan latar belakang Raden Soemitro lulus HBS di Leiden harus kita telusuri lebih dahulu. Yang jelas bahwa Raden Soemitro van HBS Semarang adalah anak dari Bupati Koetoardjo dan cucu dari mantan Bupati Banjoemas (lihat Het vaderland, 14-08-1908).

Seperti disebut di atas Raden Soemitro lulus HBS di Leiden (lihat Het vaderland, 17-07-1907). Lalu kemudian diberitakan Raden Soemitro lulus ujian masuk Indisch Ambtenaar di Belanda (lihat De courant, 07-09-1907), Nama Raden Soemitro tampkanya berkaitan dengan berita surat kabar De nieuwe courant, 11-10-1908 yang setahun kemudian memberitakan di Universiteitv te Leiden lulus ujian masuk Nederlandsc Indie Administrative Dienst Raden Soemitro. Lalu sejak kapan Raden Somitro berada di Belanda hingga lulus HBS di Belanda. Dalam buku laporan pendidikan di Belanda tercatat nama Raden Soemitro (luhat  Verzameling van verslagen en rapporten behoorende bij de Nederlandsche Staatscourant, 1907). Disebutkan dalam ujian HBS yang dilakukan, salah satu nama, Raden Soemitro dinyatakan lulus dan diberikansertifikat/izajah, dimana dinyatakan Raden Soemitro lahir 14 Juni 1887 di Papringan,

Tidak ditemukan nama Raden Soemitro pada tahun-tahun sebelum 1907 di Belanda. Sebagai siswa sekolah HBS, nama Raden Soemitro hanya ditemukan di Batavia yang lulus ujian masuk di sekolah HBS di KW III School Batavia tahun 1901 (lihat De Preanger-bode, 02-05-1901). Pada tahun 1903 Raden Soemitro lulus ujian naik ke kelas tiga (lihat Bataviaasch nieuwsblad. 09-05-1903). Satu kelas dengan Raden Soemitro antara lain Mohamad dan Soemarsono. Di atas mereka satu tahun naik ke kelas empat antara laian Doeta Keosoema. Pada kelas yang tertinggi naik ke kelas lima antara lain Dahler Hoesen. Di kelas-kelas yang lebih rendah tidak ada nama yang diidentifikasi sebagai nama pribumi. Pada tahun 1904 Raden Soemitro lulus ujian naik ke kelas empat (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 07-05-1904). Tampaknya sejauh ini Raden Soemitro lancar dalam studi (tidak pernah ketinggalan kelas).

Pada tahun 1903 Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda di Padang membawa dua guru dan satu dokter ke Belanda. Dja Endar Moeda adalah pemimpin surat kabar berbahasa Melayu di Padang, Pertja Barat. Tujuan keberangkatan itu adalah utnuk membantu Dr AA Fokker yang akan mendirikan majalah dwi mingguan di Amsterdam, Bintanfg Hindia. Tiga orang yang dibawa Dja Endar Moeda akan bekerja untuk Dr AA Fikker di Bintang Hindia, sementara Dja Endar Moeda akan menjadi partner di Hindia (pemasok berita dan juga untuk distribusi). Dua guru tersebut adalah Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan guru di Padang Sidempoean dan Djamaloedin lulusan guru Kweekschool Fort de Kock (lulu tahun 1901) yasg menjadi asisten editor Dja Endar Moeda dalam mengelola majalah Insulinde di Padang. Soetan Casajangan adalah adik kelas Dja Endar Moeda di sekolah guru Kweekschool Padang Sidempoean. Dja Endar Moeda lulus tahun 1884 dan Soetan Casajangan lulus tahun 1887. Namun dalam perkembangannya, Soetan Casajangan ingin melanjutkan studi di Belanda. Pada tahun 1905 Soetan Casajangan pulang untuk mempersiapkan segala sesuatunya dan kembali ke Belanda pada bulan Juli 1905. Sementara guru Djamaloedin dan dokter Abdoel Rivai tetap aktif mengelola majalah Bintang Hindia. Pada tahun 1905 dapat dikatakan baru dua mahasiswa pribumi di Belanda dimana yang kedua adalah Soetan Casajangan sendiri. Sedangkan mahasiswa pertama adalah Raden Kartono yang tiba di Belanda tahun 1896 lulusan HBS Semarang. Raden Kartono adalah abang dari RA Kartini. Catatan: Dja Endar Moeda setelah pensiun guru di Singkil dan sepulang menunaikan haji ke Mekkah pada tahun 1895 memilih tinggal di Padang. Dja Endar Moeda pada tahun itu mendirikan sekolah swasta di Padang karena banyak penduduk usia sekolah tidak tertampung di sekolah pemerintah. Pada tahun 1897 Dja Endar Moeda dtawari pemilik surat kabar Pertja Barat sebagai editor. Pada tahun 1898 Dja Endar Moeda mengatakan bahwa pendidikan dan jurnalistik sama pentingnya, sama-sama mencerdasakan bangsa. Pada tahun 1900 Dja Endar Moeda mengakuisisi surat kabar Pertja Baraat sekaligus percetakannya. Pada tahun 1900 ini Dja Endar Moeda menerbitkan surat kabar baru berbahasa Melayi Tapian Na Oeli. Masih pada tahun 1900 ini Dja Endar Moeda mendirikan organisasi kebangsaan di Padang yang diberi nama Medan Perdamaian. Lalu organ dari organisasi ini diterbitkan majalah Insulinde dengan Dja Endar Moeda sebagai editor. Medan Perdamaian adalah organisasi kebangsaan pertama Indonesia (jauh sebelum Boedi Oetomo didirikan di Batavia tahun 1908).

Besar dugaan bahwa Raden Soemotro tidak meneruskan studinya di HBS (5 tahun) di KWS III School Batavia, tetapi melanjutkan studi ke Belanda. Dengan mengasumsikan Raden Soemitro berangkat pada tahun 1904 ini, maka jika dan hanya jika lancar studi pada tahun 1905 Raden Soemitro di Belanda lulus ujian transisi naik dari kelas empat ke kelas lima dan kemudian setahuan berikut pada tahun 1906 lulus ujian akhir. Namun seperti disebut di atas Raden Soemitro lulus ujian akhir tahun 1907. Oleh karena itu, setelah tidak meneruskan studi di KWS III tahun 1904, Raden Soemitro kehilangan waktu setahun. Diduga kehilangan setahun adalah masa persiapan keberangkatan di tanah air, pelayaran ke Belanda dan masa adaptasi di Belanda. Sangat masuk akal bahwa Raden Soemitro baru masuk HBS di Belanda pada tahun ajaran 1905 (dan kemudian lulus ujian akhir 1907)

Saat Raden Soemitro masuk sekolah umum HBS di Leiden, Soetan Casajangan di Belanda sedang mempersiapkan studi untuk melanjutkan studinya di bidang keguruan di Haarlem, Belanda. Sejauh yang diketahui pada tahun 1905 ini di Belanda yang tengah studi hanya tiga orang yakni Raden Kartono, Soetan Casajangan dan Raden Soemitro. Dalam perkembangannya diketahui Djamaloedin juga melanjutkan studi di Belanda (di bidang pertanian) dan Abdoel Rivai (di bidang kedokteran). Pada tahun-tahun ini juga kehadiran tiga dokter pribumi seperti Dr Abdeol Rivai lulusan Docter Djawa School di Batavia, yakni F Laoh, W Tehupelori dan JF Rehupelory. Pada akhir tahun 1905 Soetan Casajangan menulis artikel yang dimuat di Bintang Hindia yang berisi kiat belajar di Belanda yang di dalamnya tip mempersiapkan keberangkatan studi ke Belanda, selama pelayaran, dan pilihan-;pilihan sekolah dan universitas yang dapat dimasuki di Belanda. Sejak artikel ini muncul di Bintang Hindia semakin banyak siswa-siswa pribumi yang melanjutkan studi ke Belanda termasuk Husein Djajaningrat yang tiba di Belanda tahun 1906 (lulusan HBS KW III School Batavia).

Pada tahun 1908 jumlah mahasiswa pribumi di Belanda sudah sekitar 15 orang. Pada saat inilah Soetan Casajangan menginisiasi pembentukan organisasi mahasiswa pribumi di Belanda. Pada saat ini Raden Soemitro baru lulus ujian propaedeutisch di Ned, Indie Administrative Dienst di Leiden yang kemudian diminta Soetan Casajangan mengirim undangan pertemuan di tempat kediaman Soetan Casajangan di Leiden. Seperti disebut di atas, terbentuknya organisasi mahasiswa pribumi pertama di Belanda yang mana sebagai  ketua Soetan Casajangan dan Raden Soemitro sebagai sekretaris, Dari titik inilah awal sinar perjuangan Indonesia dimulai di lingkungan pendidikan melalui persatuan (organisasi pribumi terpelajar).

Seperti disebut di atas, nama Raden Soemitro ada dua orang di Belanda. Raden Soemitro yang lulusan HBS Semarang yang lulus tahun 1908 sudah tiba di Belanda (lihat Het vaderland, 14-08-1908). Raden Soemitro bersama saudaranya Raden Ambio lulusan HBS Soerabaja berangkat ke Belanda pada bulan Juli 1907 (lihat Sumatra-bode, 08-07-1908). Disebiut kapal ss Kawi berangkat dari Batavia pada tanggal 14 Juli dengan tujuan akhir Nederland dimana dalam maniofes kapal terdapat nama Raden Soemitro dan Raden Ambio. Kedua putra dari Bupati Koetoardjo ini diterima di fakultas teknik di Delft (lihat De nieuwe courant, 10-09-1908). Disebutkan ada empat mahasiswa yang diterima yang berasal dari Hindia, selain Soemitro dan Ambia juga disebutkan Be Tiat Tjong dan Notodhiifingrat, Be Tiat Tjong sama-sama lulus dengan Raden Soemitro dari HBS Semarang

 

Tunggu deskripsi lengkapnya

Raden Soemitro: Bupati hingga Menjadi Anggota BPUPKI

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar