Jumat, 04 Maret 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (450): Pahlawan Indonesia dan Kan Hok Hoei van Bekasi; Gemeenteraad, Chung Hwa Hui, Volksraad

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sejarah keberadaan orang Tiongkok (orang Cina/orang Tionghoa) di Nusantara (baca: Indonesia) sudah sejak zaman kuno. Intensitasnya semakin tinggi seiring dengan kehadiran orang Eropa terutama sejak era Belanda/VOC. Pada era Pemerintah Hindia Belanda, orang-orang Cina mendapat tempat yang menguntungkan diantara orang Eropa/Belanda dan orang pribumi. Banyaknya tuan tanah (landheer) menjadi salah satu bukti orang-orang Tiongkok (Cina) sukses di Hindia Belanda. Penduduk asli (pribumi) masih harus berjuang keras: menyingkirkan orang Eropa/Belanda dan menyaingi ekonomi orang Cina.

Kan Hok Hoei (6 Januari 1881-1 Maret 1951) dikenal Hok Hoei Kan (HH Kan) adalah seorang tokoh terkemuka Peranakan Cina di Hindia Belanda. Dia mendorong kerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda guna mencapai kesetaraan legal bagi masyarakat Tionghoa di Hindia. Ayahnya, Han Oen Lee, sebagai Luitenant der Chinezen di Bekasi, dan berasal dari keluarga Han Lasem – salah satu keluarga Tionghoa paling awal sekaligus paling berpengaruh di Jawa. Kakek moyang Kan, Letnan Han Khee Bing, adalah kakak tuan tanah Majoor Han Chan Piet (1759-1827) dan Majoor Han Kik Ko (1766-1813). Ibunya bernama Kan Oe Nio, merupakan putri Kan Keng Tjong, salah satu tuan tanah dan taipan terkaya dari Batavia. Ia dididik dalam lingkungan Eropa, disekolahkan di ELS dan KW III S. Pada tahun 1899, ia dinikahkan dengan sepupunya, Lie Tien Nio, putri Majoor Lie Tjoe Hong, kepala bangsa Tionghoa di Batavia yang ketiga. Kan mendapat kesamaan status dengan orang Eropa (gelijkgesteld) pada tahun 1905, setelah itu baru ia dikenal secara luas sebagai Hok Hoei Kan atau H.H Kan.  Karier politiknya dimulai pada Dewan Kota Batavia dan China Chamber of Commerce (Siang Hwee). Kan diterima janji untuk yang baru didirikan di badan legislatif pada tahun 1918. Kan tetap menjadi anggota Volksraad hingga pembubarannya oleh Jepang 1942. Pada tahun 1928, Kan memimpin sebagai Presiden pendiri - over pembentukan Chung Hwa Hui (CHH). Hubungan-nya dengan kaum nasionalis Indonesia adalah ambigu. Pada tahun 1927, Kan menentang memperluas waralaba untuk pemilihan Volksraad karena ia takut dominasi legislatif oleh penduduk asli Indonesia. Pada saat yang sama, pada tahun 1936, ia didukung naas Petisi Soetardjo, yang meminta Kemerdekaan Indonesia dalam sepuluh tahun sebagai bagian dari persemakmuran Belanda. Ketika Jepang ditangkap Kan bersama dengan para pemimpin lain. Kan dipenjarakan di Tjimahi sampai Jepang menyerah pada tahun 1945. Dia meninggal di kediamannya di Jalan Teuku Umar, Menteng, pada tahun 1951.  

Lantas bagaimana sejarah Kan Hok Hoei? Seperti disebut di atas, banyak peran yang melekat pada diri Kan Hok Hoei, memiliki pendidikan Eropa yang baik, anggota dewan kota Batavia dan anggota dewan pusat Volksraad. Tentu saja nama Kan Hok Hoei masih dapat dihubungkan dengan pembentukan Chung Hwa Hui di Hindia, Lalu bagaimana sejarah Kan Hok Hoei? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Kan Hok Hoei van Bekasi; Gemeenteraad, Chung Hwa Hui dan Volksraad

Seperti disebur di atas, Kan Hok Hoei van Bekasi lahir tanggal 6 Januari 1881. Pada tahun 1886 Tan Keng Ie mengundurkan diri sebagai Letnan Cina di Bekasi karena kesibukannya sebagai administratus land Karang Tjongok (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 08-04-1886). Disebutkan sebagai penggantinya adalah Han Oen Lee, pemilik land Gaboes. Han Oen Lee kemudian secara resmi diangkat sebagai Letnan Cina untuk Bekasi dan Tabangboengin (lihat Bataviaasch handelsblad, 15-04-1886). CatatanL district Bekasi terdiri dari onderdistrict Bekasi dan onderdistrict Tjabangboengin.

Wilayah (district) Bekasi, Afdeeling Meester Corneslis sudahh sejak era VOC dikapling-kapling sebagai tanah partikelir (landrein). Namun karena sering banjir dan udaranya yang kurang sehat bagi orang Eropa, landheer Eropa menjualnya dan menggantikan dengan lahan-lahan di pedalaman seperti di Butenzog dan Tjiampea. Lahan-lahan eks land orang Eropa/Belanda itu umumnya pembelinya adalah pengusaha-pengusaha Cina. Pada tahun 1869 terjadi tragedi berdarah di Bekasi, Bapak Rama dari Ratoe Djaja  (Depok) melakukan perlawanan terhadap otoritasd pemerintah dan membuniuh sejumlah orang Cina di Lanad Pandok Poetjoeng. Sejak itu, tingkat keamanan ditingkatkan. Orang-orang Cina yang sempat mengungsi ke Batavia kembali lagi ke lahan-lahan mereka. Bapa Rama cs dihukum gantung. Dengan semkin meningkatnya komunitas Cina di district Bekasi, maka pemimpin komunitas diangkat pemerintah setingkat letnan untuk membantu Schout Bekasi.  

Seperti disebut di atas, Han Oen Lee adalah ayah dari Kan Hok Hoei. Pada tahun 1891 diberitakan berangkat dari Batavia ke Soerabaja dengan kapal Van Dieman dimana juga terdapat Han Oen Lee dan keluarga (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 28-02-1891). Besar dugaan Han Oen Lee berasal dari Soerabaja. Setelah lama nama Han Oen Lee tidak terinformasikan, pada tahun 1904 muncul nama Kan Hok Hoei (lihat De locomotief, 08-10-1904). Disebutkan asosiasi Cina ‘Tiong Hwa Hioe Kwan’ mengadakan pameran Fancy Fair di Batavia. Sebagai ketua panitia disebut Kan Hok Hoei, seorang Landheer (tuan tanah) dari Bekasi. Kan Hol Hoei dalam menerima tamu orang Eropa/Belanda disebut sangat fasih berbahasa Belanda. Dalam pameran ini disebut Mayor Cina Tio Tek Ho [Majoor Cina di Batavia?] berbicara dalam pembukaan.

Dalam hal ini Kan Hok Hoei hanya diidentifikasi sebagai landheer dari Bekasi. Apakah Kan Hok Hoei telah menggantikan ayahnya, Han Oen Lee? Kan Hok Hoei dalam hal ini tidak diidentifikasi sebagai letnan/kapten Cina Bekasi. Besar dugaan pemimpin komunitas Cina di Bekasi (kapten) telah digantikan oleh orang lain. Namun yang menjadi pertanyaan disebutkan Kan Hok Hoei sangat fasih berbahasa Belanda. Apakah Kan Hok Hoei bersekolah di sekolah Eropa? Tidak terinformasikan. Meski demikian, Kan Hok Hoei diduga pernah bersekolah di sekolah Eropa. Pada tahun tahun 1904 Kan Hok Hoei berumur sekitar 23 tahun (mahasiswa, yang belum lama lulus HBS). Pada usia sekitar 18 tahun yang itu berarti tahun 1898-1900 tidak ditemukan nama Kan Hok Hoei di sekolah KW III School Batavia. Lantas dimana Kan Hok Hoei bersekolah? Di Soerabaja?

Pada tahun 1909 Kan Hok Hoei diketahui sudah berstatus naturalisasi (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 09-12-1909). Ini mengindikasikan bahwa Kan Hok Hoei disamakan statusnya sebagai warga negara Belanda. Pendidikan dan kemampuan bahasa Belada Kan Hok Hoei merupakah faktor penting Kan Hok Hoei mendapat pengesahan dari Menteri Kolono untuk mendapat persetujuabn permitaan naturalisasi,.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kan Hok Hoei: Hidup di Sepanjang Jalan Perjuangan Bangsa Indonesia

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar