Senin, 28 Maret 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (498): Pahlawan Indonesia-JD Apituley Studi di Amsterdam; Indische Vereeniging-Reorganisasi STOVIA

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa JD Apituley tak ada yang mengingatnya lagi. Namun demikian saya masih ingat kawan lama bernama Ricky Apituley (pernah sama-sama kuliah). Padahal nama JD Apituley cukup penting pada awal pendidikan tinggi bagi pribumio pada era Hindia Belanda. Namun begitulah narasi sejarah masa kini. Yang lain ditinggikan sementara yang lain direndahkan bahkan disingkirkan (dilupkan). Akan tetap sejarah tetaplah sejarah. Sejarah adalah narasi fakta dan data.

Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan organisasi pergerakan nasional pertama yang menggunakan istilah "Indonesia". Bahkan Perhimpunan Indonesia menjadi pelopor kemerdekaan bangsa Indonesia di kancah internasional. Perhimpunan Indonesia (PI) diprakarsai oleh Sutan Kasayangan dan R. N. Noto Suroto pada 25 Oktober 1908 di Leiden, Belanda. Mereka adalah para pelajar Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di negeri Belanda. Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015), organisasi pergerakan nasional tersebut awalnya berdiri bernama Indische Vereeniging. Kemudian pada 1922 ketika nasionalisme Indonesia berkembang, Indische Vereeniging mengubah namanya menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Perhimpunan Indonesia merupakan pelopor gerakan nasionalis Indonesia yang mengadvokasi kemerdekaan Indonesia dari Belanda. Perhimpunan Indonesia adalah organisasi politik pertama yang menggunakan istilah "Indonesia" di dalam namanya. Ide-ide tersebut dipengaruhi oleh ide sosialis dan Mohandas (Mahatman Gandhi) di India tentang pembangkangan sipil tanpa kekerasan. Saat Perhimpunan Indonesia kembali ke Indonesia, mereka aktif dalam studi dan akhirnya di partai politik untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dua tokoh Perhimpunan Indonesia yang terkemuka adalah Sutomo dan Mohammad Hatta. (https://www.kompas.com).

Lantas bagaimana sejarah JD Apituley? Seperti disebut di atas, JD Apituley studi ke Belanda dan termasuk salah satu yang hadir dalam pembentukan organisasi pribumi yang studi di Belanda yang diberi nama Indische Vereeniging. Lalu bagaimana sejarah JD Apituleyo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan HJD Apituley Studi di Amsterdam: Docter Djawa School

Setelah menyelesaikan sekolah dasar berbahasa Belanda (ELS) di Saparoea, HJD Apituley melanjutkan studi ke sekolah kedokteran, Docter Djawa School di Batavia. Lama studi di sekolah Docter Djawa School delapan tahun, yang mana dua tahun pertama tingkat persiapan dan enam tahun tingkat medik. Sekolah kedokteran, satu-satunya di Batavia ini, hanya dikhusukan untuk siswa-siswa pribumi. Pada akhir tahun 1899, HJD Aituley lulus ujian transisi naik dari kelas dua tingkat persiapan ke kelas satu tingkat medik (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 05-01-1900. Pada tahun 1902 HDJ Apituley lulus ujian naik ke kelas empat (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 27-11-1902_.

Yang sama-sama satu kelas dengan H[DJ] Apituley antara lain adalah Abdoel Hakim [Nasoetion] dam Abdoek Karim [Harahap], Keduanya lulusan sekolah dasar berbahasa Belanda (ELS) di Padang Sidempoen. Yang juga sama-sama lulus dengan HJD Aputuley adalah Tjipto [Mangoenkoesoemo] dari Poerwadadi.

Pada tahun 1904 HJD Apituleu lulus ujian naik dari kelas lima ke kelas enam medik (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 07-11-1904). Yang juga lulus bersama antara lain Abdoel Hakim Nasoetuon, Abdoel Karim Harahap dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Ini berarti studi mereka tinggal selangkah lagi.

Pada akhir tahun 1905 di sekolah kedokteran Docter Djawa School diadakan ujian (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 07-11-1905). Dalam daftar kelulusan tidak terdapat nama HDJ Apituley. Namun nama-nama temannya seperti Abdoel Hakim dan Abdiol Karom dan Tjipto Mangoekoesoemo termasuk yang dinyatakan lulus ujian akhir dan berhasil dengan gelar dokter? Bagaimana dengan HJD Apituley. Tidak terinformasikan, namun diduga HDJ Apituley tinggal kelas atau menunda studi pada tahun ajuran yang baru lewat.

Pada akhir tahun 1906 HDJ Apituley diberitakan lulus ujian akhir di sekolah kedokteran Docter Djawa School (lihat Soerabaijasch handelsblad, 12-10-1906). Disebutkan di Docter Djawa School lulus ujian akhir yakni Mohamad [Daoelay], Lumentut. Pratomo, Apituley, Samir, Gerungan, Djalaloedin, Mardjono dan Soemardi. HJD Apituley kemudian diangkat sebagai dokter pribumi di  Stadsverband (rumah sakit kota) di Batavia (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 31-10-1906). Lulusan lainnya ditempatkan di berbagai tempat dimana Mohamad Daoelay ditempatkan di Kediri. Sementara HF Lumentutu ditempatkan di Stadsverband di Soerabaja. Pada awal tahun 1907 HJD Apituley meneriama beslit daru pemerintah diizinkan sebagai apoteker/membuka dokter praktek (lihat De locomotief, 27-02-1907). Namun seperti kita lihat nanti, HDJ Apituley melanjutkan studi ke Belanda.

Pada tahun 1908 sudah terdapat sejumlah pribumi asal Hindia yang mempersiapkan dan tengah studi di Belanda. Raden Sosro Kartono (abang dari RA Kartini) yang lulus HBS Semarang tahun 1896 berangkat studi ke Belanda. Pada tahun 1903 tiga orang yang datang awalnya untuk bekerja sebagai redaktur majalah Bintang Hindia kemudian berhenti dan melanjutkan studi di Belanda yakni Radjieon Harahap gelar Soetan Casajangan (lulusan sekolah guru Kweekschool Padang Sidempoean), Baginda Djamaloedin (lulusan Kweekschool Fort de Kock) dan Abdoel Rivai (lulusan Docter Djawa School). Pada bulan Juli 1906 RM Notosoeroto berangkat ke Belanda untuk melanjutkan studi (lihat De locomotief, 20-07-1906). SM Latif yang lulus ujian masuk KW III S di Batavia tahun 1908 tidak mendaftar tetapi berangkat ke Belanda HBS di Wageningen. KJ Leitemei HBS di Koningin Wilhelmina Schoool di Batavia meneruskan studi ke Haarlem pada tahun 1907. Raden Mas Oetarjo siswa HBS Semarang meneruskan HBS/Landbouwschool di Wageningen pada tahun 1907. Raden Soemitro siswa HBS di KW III School Batavia meneruskan sekolah HBS di Leiden pada tahun 1906 (lulus tahun 1908). Pada bulan Oktober 1908 R Tumbelaka berangkat ke Belanda dengan kapal ss Grotius dimana kapal berangkat dari Batavia tanggal 10 September dan telah singgal di Genoa tanggal 4 Oktober (luhat Het vaderland, 07-10-1908). HJD Apituley juga pada bulan-bulan ini berangkat ke Belanda, tetapi tidak terinformasikan menumpang kapal apa tanggal berapa. Pada tanggal 25 Oktober 1908 di rumah kediaman Soetan Casajangan diadakan pertemuan orang pribumi asal Hindia yang akan maupun tengah studi di Belanda. Dalam pertemuan yang diinisiasi Soetan Casajangan disepakti perbentukan organisasi yang diberi nama Indische Vereeniging. Sebagai ketua terpilih Soetan Casajangan dengan sekretaris Raden Soemitro.

Pada tahun 1909 HDJ Apituley lulus ujian teoritis kedokteran di Amsterdam (lihat Het vaderland, 03-04-1909). Dalam berita ini juga sama-sama lulus dengan R Tumbelaka..

Tunggu deskripsi lengkapnya

HJD Apituley dan Indische Vereeniging: Reorganisasi STOVIA

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar