Sabtu, 11 Juni 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (645): Mengapa Ada Akademisi Malaysia Lupa Sejarah Sendiri? Sejarah Indonesia Dukung Malaya

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Artikel ini tidak tengah menyoroti Simposium Dewan Bahasa dan Pustaka di Malaysia baru0baru ini. Yang dibicarakan adalah ada akademisi Malaysia yang begitu terkesan sombong, Yang disombongkan justru mengandung kebodohan bagi orang Melaysia sendiri. Tentulah itu tidak baik, apalagi kesombongan dan kebodohan itu terkait dengan Indonesia. Contoh soal klaim warisan budaya di Indonesia diklaim oleh Malaysia. Misalnya rendang diklaim Melaysia. Memang ada orang Malasyia asal Minangkabau yang melestarikan rendang di Malaysia. Lalu apakah itu dapat dikatakan dalam konteks negara masa kini sebagai warisan budaya Melayasia? Bagaimana dengan peristiwa sejarah? Ada akademisi yang menyingkirkan sejarah dukungan Indonesia terhadap Malaysia, seolah-olah Indonesia dan Malaysia baru lahir bersama pada tahun 1990an.

Ada akademisi Malaysia yang menganggap seolah-olah peradaban Nusantara baru dimulai pada era (kerajaan) Malaka. Pandangan semacam ini terkesan baru muncul pada fase masa kini ketika pendidikan tinggi di Malaysia mencapai kemajuan. Hal ini berbeda dengan para akademisi di Singapoera yang terkesan lebih kalem. Sebenarnya apa yang kini tengah terjadi di Malaysia bahwa ada akademisi yang mengklaim bahwa peradaban situs Gunung Padang dan situs Borobudur adalah warisan budaya Melayu (darI) Malaysia. Bahkan ada akademisi Malaysia yang menganggap Bahasa Indonesia tidak ada dan mengakui bahasa Indonesia (tetap) sebagai bahasa Melayu. Dalam hubungan ini apakah diantara mereka akademisi dari Malaysia buta terhadap sejarah? Tentu saja tidak. Sebab para akademisi tidak bisa buta terhadap sejarah. Hal itulah mengapa mereka berbicara sejarah. Namun mengapa narasinya berbeda dengan fakta dan data;. Apakah itu hanya sekadar kesombongan para akademisi yang akan membododi masyaraknya sendiri?

Lantas bagaimana sejarah mengapa ada akademisi Malaysia membodohi orang Melayu? Seperti disebut di atas, pada masa ini ada kesan bahwa ada para akademisi di Malaysia yang sombong. Namun hal itu telah disindir oleh akademisi Malaysia juga bahwa orang Malaysia jangan bersikap bodoh sombong. Lalu bagaimana sejarah mengapa ada akademisi Malaysia membodohi orang Melayu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Mengapa Ada Akademisi Malaysia Membodohi Orang Melayu? Sejarah Indonesia Dukung Malaya

Pada tahun 1954 di Medan diadakan kongres Bahasa Indonesia. Tentu saja saat ini Federasi Malaya belum merdeka. Kongres bahasa di Medan akan dihadiri oleh para sarjana dan ahli Bahasa Indonesia. Di Semenanjung Malaya (Federasi Malaya dan Singapoera) hanya satu orang ahli bahasa Melayu, Che’ Za’ba, dosen di University Malaya di Singapoera.

Panitia kongres di Medan akan mengirim undangan kepada para ahli dan peminat bahasa Melayu di Semenanjung. Namun sebelum undang diterima, Che’ Za’ba menyatakan tidak bisa hadir (tidak disebutkan alasannya). Namun para golongan muda antusias akan berangkat ke Medan. Hal ini karena rencananya akan ada sesi membahas hubungan antara bahasa Indonesia dan bahasa Melayu, dan untuk. mencari cara untuk mencapai kesatuan ejaan dan tata bahasa dan penggunaan istilah baru (lihat Het nieuwsblad voor Sumatra, 11-09-1954).

Kongres Bahasa Indonesia di Medan berlalu. Delegasi dari Semenanjung yang berasal dari golongan muda hanya sebagai pengamat. Oleh karena itu orang Semenanjung tidak wajib mengikuti hasil keputusan kongres. Lagi pula Federasi Malaya masih mengupayakan untuk mendapatkan kemerdekan. Perdana Menteri Federasi Malaya yang baru terpilih Tengku Abdoel Rachma melakukan kunjungan ke Indonesia. Abdoel Rachman di Indonesia manandatangani kerjasama di bidang ekonomi, pertanian, pendidikan dan kebudayaan (lihat De nieuwsgier, 15-11-1955). Sebelumnya disebutkan telah dibicarakan kerjasama Federasi Malaysia dengan Pemerintah Republik Indonesia untuk bekerja sama dalam pengembangan Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu (lihat Algemeen Handelsblad, 14-11-1955).

Sebagai tindak lanjut perjanjian yang ditandatangani PM Federasi Malaya T Abdoel Rachman, tidak lama kemudian Persekutuan Bahasa Malaya University Malaya telah membentuk sebuah komite untuk menyamakan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Ketua "Jawatan Kuasa Menyamakan Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia" ini adalah Abdul Aziz. Subbagian panitia ini sibuk mencari cara untuk "menyamakan atau mendekatkan Melayu Semenanjung dan Indonesia" (Malaya (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 30-01-1956). Besar dugaan Che’ Za’ba dari University Malaya terlibat di dalam komite tersebut.

Tindak lanjut berikutnya adalah Abdul Aziz dan Zainal Abidin telah berada di Jogjakarta untuk mencari guru dan dosen Bahasa Indonesia untuk ditempatkan di Malaya dan Universitas Malaya (lihat De nieuwsgier, 28-06-1956). Kehadiran mereka di Jogjakarta saat sedang dan turut menghadiri seminar sains dan budaya di Universitas Gadjah Mada di Jogjakarta. Zainal Abidin adalah nama kecil dari Che’ Za’ba.

Indische courant voor Nederland, 23-05-1957: ‘ Mahasiswa Malaysia ke Indonesia. Rombongan 35 mahasiswa asal Malaya akan berkunjung ke Indonesia pada pertengahan Juni mendatang. Para mahasiswa yang tergabung dalam “Persatuan Bahasa Malayu University Malaya” ini akan mempelajari bahasa, budaya dan seni Indonesia di negeri ini. Selain itu, mereka juga akan mengenal sistem pendidikan dasar, menengah dan tinggi, administrasi negara, kondisi ekonomi dan sosial umum dan struktur desa. Para mahasiswa yang akan berkunjung ke Djakarta, Bogor, Bandoeug, Jogjakarta, Soerabaya, Bali dan Medan selama tiga minggu ini telah diundang oleh Kemendikbud dan akan didampingi dalam perjalanannya oleh anggota Senat Universitas Indonesia’.

Sejauh ini pemerintah Federasi Malaysia dan ahli-ahli bahasa di Semenanjung telah memahami perbedaan bahasa Melayu dengan Bahasa Indonesia. Orang Melayu dari Semenanjung Malaya datang ke Indonesia untuk mempelajari Bahasa Indonesia dan juga mencari guru-guru dan dosen-dosen Bahasa Indonesia yang ditempatkan di Semenanjung Malaya. Semua yang berkaitan dengan bahasa (Melayu) dan Bahasa Indonesia tersebut dipimpin oleh Che Za’ba, satu-satunya ahli bahasa Melayu yang juga menjadi dosen bahasa Melayu di University Malaya di Singapoera sejak 1954.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sejarah Indonesia Dukung Malaya: Mengapa Tidak Dijadikan Faktor Hubungan Baik?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar