Sabtu, 13 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (772): Pantai Timur Malaya dan Geomorfologi; Kerajaan Trengganu Kelantan, Kerajaan Baru Pahang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sejarah Pahang dan Kelantan hingga kini masih kerap menjadi perdebatan. Orang Malaysia masa kini menganggap peradaban awal di Kelantan, Trengganu (dan Pahang) juga penting (selain Malaka, Kedah dan Johor di pantai barat). Namun nama Pahang sendiri pada era Hindia Belanda para peneliti berbeda pendapat. Ada yang menyebut Pahang adalah Pekan. Namun kerajaan tua di Kawasan timur adalah Trengganu dan Kelantan. Prasasti di Trengganu mengindikasikan peradaban Islam yang terbilang tua di pantai timur Semenanjung Malaya.


Wilayah pantai timur Semenanjung Malaya memiliki sejarah yang panjang. Pada era Hindia Belanda terjadi pemberontakan di Pahang yang dilancarkan oleh Mat Kilau dkk. Pada masa lampau sebelum Pahang dikenal sudah dikenal wilayah Trengganu dimana ditemukan prasasti yang berasal dari 1326 M. Prasasti itu berbahasa Melayu dengan aksara Jawi (Arab gundul). Namun sebelum dikenal wilayah pantai timur Semenanjung Malaya sudah dikenal wilayah di bagian utara sebagaimana ditemukan prasasti Ligor (sekarang Nakhon Si Thammarat, selatan Thailand), prasasti berupa pahatan yang ditulis pada dua sisi batu prasasti, di mana bagian pertama (sisi depan) disebut prasasti Ligor A atau dikenal juga dengan nama manuskrip Viang Sa; sedangkan bagian lainnya (sisi belakang) disebut prasasti Ligor B, yang beraksara Kawi dan berangka tahun 775 M.

.Lantas bagaimana sejarah geomorfologi pantai timur Semenanjung Malaya? Seperti disebut di atas kerajaan tua di pantai timur Semenanjung adalah Trengganu dan Kelantan sedangkan Pahang adalah kerajaan baru. Nama Pahang diduga awalnya adalah Pekan. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi pantai timur Semenanjung Malaya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*. Peta 1707

Geomorfologi Pantai Timur Semenanjung Malaya; Kerajaan Tua Trengganu dan Kerajaan Kelantan

Sejarah zaman kuno pantai timur Semenanjung Malaya tidak sepenting pantai barat.  Sejarah zaman kuno yang penting justru berada di sebelah utara di teluk Siam dan di semenanjung Kamboja. Satu yang terpenting sejarah zaman kuno di pantai timur Semenanjung Malaya berada di wilayah Trengganu. Seperti kita lihat nanti, kota/kampong Pahang berada di arah tenggara Trengganu.


Batu Prasasti Terengganu adalah sebuah prasasti granit yang memuat prasasti Melayu Klasik dalam aksara Jawi yang ditemukan di Terengganu, Malaysia. Prasasti, bertarih 1386 merupakan bukti awal dari Jawi menulis di dunia Melayu dari Asia Tenggara. Ini berisi proklamasi yang dikeluarkan oleh penguasa Terengganu yang dikenal sebagai Seri Paduka Tuan, yang mendesak rakyatnya untuk memperluas dan menegakkan Islam dan memberikan 10 hukum Syariah dasar sebagai pedoman mereka. Batu itu ditemukan setengah tenggelam di tepi sungai Tersat di Kuala Berang, Hulu Terengganu, pada tahun 1887 M setelah banjir surut. Dapat ditambahkan Prasasti Ligor merupakan prasasti yang terdapat di Ligor (sekarang Nakhon Si Thammarat, selatan Thailand, Semenanjung Malaya), tersimpan di Kuil Wat Sema Mueang. Prasasti ini berupa pahatan yang ditulis pada dua sisi batu prasasti, di mana bagian pertama (sisi depan) disebut prasasti Ligor A atau dikenal juga dengan nama manuskrip Viang Sa; sedangkan bagian lainnya (sisi belakang) disebut prasasti Ligor B, yang beraksara Kawi dan berangka tahun 775 M (Wikipedia). Ada perbedaan waktu yang lama antara dua prasasti ini  (600 tahun).

Secara geomorfologis, tempat ditemukan prasasti Trengganu kini seakan jauh di pedalaman. Namun tentu saja berbeda pada zaman dulu pada abad ke-14 (sekitar 600 tahun lalu). Besar kemungkinan pada waktu itu nama Pahang belum ada. Dengan kata lain peradaban awal di pantai timur Semenanjung Malaya berada di daerah aliran sungai Tersat.


Pada era dimana ditemukan prasasti Trengganu (1386), secara geomorfologis posisi geografis berada di muara sungai Tersat (di tepi pantai). Sungai Tersat ini sungai yang pendek karena pegunungan tidak terlalu jauh di pedalaman. Hulu sungai ini disebut sungai Kenyir (pada masa kini telah dibendung dengan membangun bendungan besar). Kea rah hilir sungai pada masa ini disebut sungai Tersat yang bermuara di kota Trengganu yang sekarang.

.Nama Trengganu belum lama diketahui. Pada Peta 1707 masih berupa nama kampong. Dalam peta ini yang diidentifikasi sebagai kerajaan adalah Pahang. Meski demikian, nama Trengganu adalah nama kuno. Dalam teks Negarakertagama 1365 nama Trengganu sudah disebut. Nama lain yang disebut dalam teks itu antara lain Tumasik. Ujung Medini di ujung selatan Semenanjung, Pekan Muar di pantai barat dan Kelantan di pantai timur. Dalam hal ini dapat dikatakan Trengganu di masa lampau adalah kerajaan yang penting, namun kemudian meredup, lalu muncul ke permukaan kerajaan Pahang.


Peta 1598 belum diidentifikasi nama Trengganu maupun Pahang. Selain nama Malaka, juga sudah diidentifikasi nama Singhapoera (belum terbentuk Djohor). Posisi dimana nama Singhapura tepat berada dimana kemudian terbentuk kerajaan Djohor. Pada Peta 1619  nama Pahang sudah diidentifikasi yang ditulis Pam. Dalam peta aini di sebelah utara diidentifikasi nama Kelantan (Calantan).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kerajaan Baru Pahang=Pekan: Analisis Geomorfologis Pantai Timut Semenanjung Malaya dan Pantai Timur Indochina

Ada dua sungai utama di wilayah Pahang, yakni sungai Pahang dan sungai Kuantan. Dua sungai ini secara geomorfologis tidak sepanjang yang sekarang pada masa lampau. Besar dugaan dua sungai ini bermuara pada suatu teluk kuno. Oleh karena terjadi proses sedimentasi jangka Panjang maka teluk itu menjadi daratan, sementara dua sungai sama-sama mencari jalannya menuju laut. Di dua muara sungai inilah kini terletak kota Pahang Tua dan kota Kuantan.


Kerajaan Pahang awalnya beribukota di Pekan (muara sungai Pahang). Nama Pahang diduga merujuk pada nama Pekan (dalam dialek bahasa Siam). Pada era Inggris dipindahkan ke tempat lain di pedalaman (Kuala Lipis). Menjelang kemerdekaaan Federasi Malaya, pada tahun 1955 ibu kota dipindahkan ke Kuantan (di muara sungai Kuantan). Ibu kota Pahang, dari pantai ke pantai (memang kerajaan Pahang bermula di pantai). Lantas mengapa dipindahkan dari Pahang ke Lipis? Besar dugaan karena pemberontakan terhadap Inggris/kesultanan (Mat Kilau?).

Kampong Pahang yang menjadi cikal bakal (kerajaan/kesultanan Pahang) adalah kampong baru. Seperti disebut di atas, kampong tua yang menjadi kerajaan adalah Trengganu dan Kelantan. Posisi geografis kota Pahang Tua  pada masa ini dengan awal terbentuknya kampong Pahang relative tidak berubah (tetap berada dekat dengan pantai di muara sungai Pahang). Dalam hal ini yang menjadi pertanyaan adalah mana yang lebih tua Pahang Tua atau Kuantan? Ketinggian kota Pahan Tua adalah 10 m dpl dan Kuantan 7 m dpl.


Secara geomorfologis, ke dalam teluk kuno bermuara sungai besar sungai Pahang, sungai yang lebih kecil yakni sungai Kuantan dan sungai Belat. Di sebelah utara teluk terdapat pegunungan dan juga di sebelah selatan teluk. Kampong Kuantan kuno berada di sisi utara muara sungai Kuantan dan kampong Pekan (Pahang) berada di sisi selatan muara sungai Pahang. Proses sedimentasi jangka Panjang akibat pengaruh besar sungai Pahang (plus dua sungai lainnya), area tangkapan air berada  di sebelah utara teluk. Proses sedimentasi yang pertama terjadi di muara sungai Belat. Oleh karena itu sungai Belat menemukan jalan menuju sungai Kuantan di utara dan sungai Pahang di selatan. Daratan yang terbentuk terus meluas kea rah pantai sehingga membentuk garis pantai yang sekarang. Peta 1898

Sungai Pahang di muara terjadi proses sedimentasi lanjutan yang menyebabkan terbentuk sisa teluk (teluk kecil). Di teluk kecil inilah terbentuk dua kampong yakni kampong Pahang di sebelah utara dan kampong Pekan di sebelah selatan. Lalu dalam perkembangannya di dalam teluk kecil terjadi proses sedimentasi jangka Panjang lanjutan yang membentuk pulau yang memisahkan antara kampong Pahang dan kampong Pekan. Lambat laut terbentuk dua cabang sungai di muara. Sungai yang pertama melalui kampong Pahang dan sungai yang kedua melalui kampong Pekan. Kampong Pekan inilah yang kemudian menjadi ibu kota baru kerajaan, sedangkan ibu kota lama menjadi kampong Pahang Lama.


Pada saat Pekan sebagai kota yang menjadi ibu kota kerajaan Pahang, kampong Kuantan di muara sungai Kuantan adalah kampong kecil. Seperti disebut di atas, Pada Peta 1598 sudah diidentifikasi nama kampong Pahang. Pada peta-peta selanjutnya adakalanya diidentifikasi dengan nama Pam. Besar dugaan Pam adalah pelafalan orang Siam terhadap nama Pahang. Pekan dalam hal ini adalah kampong awal yang menjadi pos perdagangan awal yang merupakan penyebutan orang Melayu. Namun yang pasti bahwa dua kampong awal ini Pahang dan Pekan adalah kampong yang terbentuk baru, tidak setua kampong Trengganu dan kampong Kelantan.

Orang Eropa pertama yang mengunjungi wilayah Pahang adalah seorang Portugis Mendes Pinto. Dalam laporan Mendes Pinto 1537 Pahang yang dicatatnya sebagai Phan adalah sebuah kampong (pasar) yang ramai milik kerajaan Pahang. Mendes Pinto mengunjungi Pahang dari Malaka dalam navigasi pelayaran ke pantai timur Tiongkok di Makao (muara sungai Kanton).

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar