Minggu, 18 September 2022

Sejarah Jambi (44): Societeit Tempo Doeloe di Jambi, Bermula di Lingkungan Eropa; Awal Organisasi Kebangsaan di Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jambi dalam blog ini Klik Disini  

Setiap wilayah di Indonesia (baca: Hindia Belanda) memiliki pertumbuhan dan perkembangan sosial yang berbeda-beda. Demikian juga dalam hal kemunculan oraganisasi kebangsaan Indonesia di berbagaio daerah termasuk di Jambi. Pada masa itu organisasi sosial orang-orang Eropa/Belanda sudah jauh berkembang dan telah lama berlangsung. Para pemimpin pribumi dengan cepat belajar berorganisasi. Semuanya berawal di lingkungan Eropa/Belanda dimana orang Eropa/Belanda terdapat di seluruh Hindia Belanda terutama di kota-kota.


Dalam buku Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jambi (1978/1979) khususnya Bab-3 pada Sub-bab A: Pengaruh Politik Kolonia/ Belanda dan disentralisasi di daerah daerah berisi pelaksanaan politik pemerintah kolonial Belanda di daerah Jarnbi yang mempengaruhi pelaksanaan pernerin tahan di daerah, termasuk politik etis dan politik kolonial Belanda yang lama. Di segi desentralisasi dikemukakan pula tata pemerintahan daerah; Sub-bab B : Kegiatan Masyarakat yang relevan dengan ataupun yang merupakan embrio dari proses Kebangkitan Nasional di daerah Jambi, yang rnemuat akibat pelaksanaan politik kolonial Belanda di daerah Jambi dalam bidang pendidikan dan kebudayaan yang menimbulkan kegiatan masyarakat akan kesadaran berorganisasi, dan menjadi dasar tumbuhnya organisasi politik di daerah; Sub-bab C : Jnteraksi di daerah dengan kegiatan partai/organisasi, antara lain : 1. Po/itik, terutama politik pemerintah Hindia Belanda di Jambi dan interaksi dengan serikat Islam; 2. Sosial, organisasi sosial yang ada di daerah Jambi; Sub-bab D: Keadaan di daerah Jambi sekitar Perang Dunia I (1914 - 1918), memuat keadaan di daerah Jambi, dan Perang Serikat Abang di Jambi; Sub-bab E: Perjuangan di daerah, berisi materi yang membahas sikap masyarakat terhadap asas non koperasi dan koperasi terhadap pemerintah Hindia Belanda, dan akibatnya terhadap tata kehidupan masyarakat. Kemudian Interaksi dengan sumpah pemuda, serta tanggapan pemuda di daerah Jambi terhadap peristiwa selanjutnya.

Lantas bagaimana sejarah societeit di Jambi tempo doeloe, bermula di lingkungan Eropa? Seperti yang disebut di atas, organisasi kebangsaan adalah perahu yang membawa perubahan di antarea penduduk pribumi. Organisasi kebangsaan pribumi dan permulaan organisasi sosial (societeit) di lingkungan Eropa. Lalu bagaimana sejarah societeit di Jambi tempo doeloe, bermula di lingkungan Eropa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Societeit di Jambi Tempo Doeloe, Bermula di Lingkungan Eropa; Awal Organisasi Kebangsaan di Indonesia

Pada tahun 1883 di Padang tersiar kabar adanya persekongkolan baru di kalangan keturunan sultan di Palembang, yang bertujuan untuk membunuh orang-orang Eropa ketika mereka berkumpul di societeit (lihat Arnhemsche courant, 30-08-1883). Dua tahun kemudian di Palembang, putusan telah dijatuhkan oleh Landraad di Palembang pada tanggal 21 Juli dalam kasus tiga orang Djambi, Panglima Putih, Hadji Hamzah dan Yusuf, dalam hubungannya dengan kejadian tanggal 23 Mei telah melakukan percobaan pembunuhan terhadap orang-orang Eropa yang hadir di societeit di Djambi (lihat Bataviaasch handelsblad, 03-09-1885). Mengapa penting societeit bagi orang Eropa/Belanda, dan mengapa di Jambi dan di Palembang menjadi target pembunuhan?


Societeit, suatu klub sosial adalah suatu organisasi sosial yang umum ditemukan di Belanda sejak lama. Di Hindia Belanda societeit pertama dididirkan tahun 1815 di Batavia oleh orang-orang Belanda (era pendudukan Inggris). Nama societeit diimpor dari nama societeit di Belanda, Harmonie. Societeit Harmonie ini terus eksis sebagai klub/organisasi sosial terbesar di Hindia Belanda. Pada tahun 1838 diketahui societeit didirikan di Padang (pasca Perang Padri). Di Medan societeit didirikan tahun 1878 dengan nama De Witte Societeit. Kapan, societeit didirikan di Palembang dan di Djambi kurang terinformasikan. Pada tahun 1883 di societeit Palembang diberitakan akan dierang oleh keturuan sultan dan tahun 1885 tiga orang Djambi melakukan percobaan pembunuhan.

Societeit di Hindia Belanda sangat stratgeis bagi orang-orang Eropa/Belanda, karena fungsinya sebagai organisasi sosial menjadi kumpulan orang Eropa/Belanda di wilayah yang pada waktu tertentu melakukan pertemuan atau kegiatan lainnya. Societeit yang sudah dibentuk di banyak kota, tidak hanya tempat pertemuan para anggota, juga gedung yang dibangun sendiri tersebut memiliki café sendiri dan dapat digunakan untuk umum seperti acara kegiatan seni seperti music dan acara perkawinan. Pada setiap hari kerja orang Eropa/Belanda bekerja di kantor masing-masing, tetapi pada saat hari libur menjadi pusat keramaian bagi seluruh orang Eropa/Belanda. Oleh karenanya, dua kejadian percobaan pembunuhan di Palembang dan Djambi menjadi strategis bagi orang Palembang dan orang Djambi.


Societeit di berbagai kota, pada dasarnya tidak hanya anggotanya orang-orang Eropa/Belanda, tetapi ada juga orang-orang pribumi, terutama dari golongan muda dari masyarakat terpandang seperti para pangeran atau keluarga kerajaan yang memiliki hubungan yang colaboratif dengan pemerintah. Dalam hal ini, sesuai namanya sebagai organisasi sosial, keanggotaannya tidak terbatas, semua bangsa, dan hanya didasarkan atas keanggotaan, yang bersedia mematuhi AD/ART dan dengab kewajiban iuran bagi setiap anggota. Societeit didirikan atas izin yang dikeluarkan oleh pemerintah (beslit) setelaah mengesahkan AD/ART yang dilampirkan dalam pendaftaran sebagai badan hukum.

Pada tahun 1900 di kota Padang didirikan societeit (organisasi kebangsaan) yang khusus bagi golongan pribumi yang diberi nama Medan Perdamaian. Organisasi kebangsaan pribumi Medan Perdamaian di Padang dapat dikatakan societeit pribumi pertama yang didirikan (jauh sebelum tahun 1908 berdirinya societeit Boedi Oetomo di Batavia dan Indische Vereeniging di Belanda). Organisasi kebangsaan Medan Perdamaian di Padang diinisiasi oleh seorang mantan guru, pemilik pecetakan dan penerbitan surat kabar berbahasa Melayu, Pertja Barat, yakni Dja Endar Moeda. Societeit Medan Perdamaian bersifat nasional. Ini terlihat dari kegiatannya yang telah mengumpulkan dana sebesar f14.000 yang diserahkan presiden Medan Perdamaian Dja Endar Moeda melalui Inspektur Pendidikan Pribumi Pantai Barat Sumatra untuk diteruskan dalam peningkatan pendidikan pribumi di Semarang.


Inspektur Pendidikan Pantai Barat Sumatra adalah Charles Adrian van Ophuijsen, anak seorang mantan Residen Palembang (1861 – 1862 dan 1867 - 1870). Sebelum menjadi Inspektur Pendidikan Pribumi, Charles Adrian van Ophuijsen adalah direktur sekolag guru (Kweekschool) di Padang Sidempoean (1881-1889). Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda adalah salah satu siswa Charles Adrian van Ophuijsen di Kweekschool Padang Siudempoean (lulus 1884). Setelah menjadi guru di beberapa tempat dan terakhir di Singkil (pension). Pada tahun 1893 Dja Endar Moeda kelahiran Padang Sidempoean berangkat menunaikan haji ke Mekkah. Sepulang dari haji, Dja Endar Moeda bermukim di Padang dengan membangun sekolah dasar swasta tahun 1895. Pada tahun ini dengan rekan-rekannya di Padang (seorang Jerman dan seorang Cina) mendirikan surat kabar berbahasa Melayu yang diberi nama Perja Barat. Pada tahun 1900, Dja Endar Moeda mengakuisisi Pertja Barat beserta percetakannnya. Pada tahun ini Dja Endar Moeda menerbitkan surat kabar baru berbahasa Melayu dengan nama Tapian Na Oeli dan satu majalah pembangunan yang menjadi organ dari organisasi kebangsaan Medan Perdamaian dengan nama majalah Insulinde (majalah yang memuat artikel dan berita ekonomi, perdagangan, industry dan pertanian). Yang menjadi asisten redaksi di majalah Insulinde adalah Baginda Djamaloedin (alumni Kweekschool Fort de Kock).

Dalam perkembangannya Medan Perdamaian memperluas keanggotaannya dengan membuka cabang di beberapa kota seperti di Fort de Kock, Medan, Palembang dan Batavia. Pada tahun 1903 Dja Endar Moeda berangkat ke Belanda dengan membawa dua guru yakni Baginda Djamaloedin dan Soetan Casajangan untuk membantu Dr AA Fokker dalam penerbitan majalan dwimingguan yang diterbitkan di Amsterdam (majalah Bintang Hindia). Dalam perkembangannya Soetan Casajangan dan Baginda Djamaloedin melanjutkan Pendidikan di Belanda (dimana saat itu baru ada satu mahasiswa pribumi di Belanda, yakni Raden Kartono, abang dari RA Kartini).


Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan adalah seorang guru di Padang Sidempoean, alumni Kweekschool Padang Sidempoean tahun 1887 (adik kelas Dja Endar Moeda). Pada tahun 1905 Charles Adrian van Ophuijsen dipromosikan menjadi guru besar Bahasa Melayu di Universiteit Leiden. Soetan Casajangan yang sudah menjadi mahasiswa di Belanda, direkrut Charles Adrian van Ophuijsen sebagai asistennya dalam pengajaran Bahasa Melayu. Sementara itu, Dja Endar Moeda setelah berakhirnya Perang Atjeh. Pada tahun 1907 hijrah ke Kota Radja dengan menerbitkan surat kabar berbahasa Melayu Pembrita Atjeh (surat kabar pertama di Kota Radja/Banda Atjeh). Sementara asetnya di Padang, diserahkan kepada adiknya Dja Endar Bongsoe (juga alumni Kweekschool Padang Sidempoean). Pada tahun 1907 Dja Endar Moeda yang juga memiliki cabang usaha di Medan mendirikan organisasi kebangsaan baru di Medan bersama Mohamad Jaqub dengan nama Sarikat Tapanoeli (untuk bersaing dengan kongsi Cina yang kuat di Medan)..

Tunggu deskripsi lengkapnya

Awal Organisasi Kebangsaan di Indonesia: Wilayah Jambi Menjadi Bagian Perjuangan Organisasi Kebangsaan Indonesia

Pada bulan Mei 1908 di Batavia, sejumlah (mahasiswa) sekolah kedokteran (STOVIA) yang berasal dari Jawa, Raden Soetomo dkk mendirikan organisasi kebangsaan yang diberi nama Boedi Oetomo. Pada bulan Juni 1908 di Belanda, Soetan Casajangan berencana akan mendirikan organisasi kebangsaan pribumi di Belanda sebagaimana dikomunikasikannya dengan peminat Hindia seperti Charles Adriaan van Ophuijsen dan Abendanon. Namun karena kesibukan kuliah, untuk sementara rencana yang disusun tertunda. Jumlah mahasiswa/pelajar pribumi pada tahun 1908 di Belanda sudah mencapai 20an orang.


Dalam kongres pertama Boedi Oetomo yang diadakan di Jogjakarta pada tanggal 30 Sepetember hingga tanggal 3 Oktober, peran para pemuda Raden Soetomo dkk terkooptasi oleh golongan senior seperti bupati Karang Anjar dan tokoh-tokoh senior dari beberbagai daerah di Jawa. Hasil keputusan yang penting dalam kongres adalah kantor pusat Boedi Oetomo berkedudukan di Jogjakarta dan di dalam statuta (AD/ART) hanya menyebutkan ruang lingkup organisasi hanya (terbatas) di Jawa dan Madoera (tidak bersifat nasional). Ketua Boedi Oetomo dalam kongres terpilih adalah bupati Karang Anjar dengan wakil ketua Dr Wahidin Soediro Hoesodo, Boedi Oetomo di Batavia hanya ditempatkan sebagai salah satu cabang Boedi Oetomo dari 11 cabang yang ada.Tampaknya golongan muda, terutama dari Batavia seperti Soetomo dkk merasa dipinggirkan (kecewa) karena berubahnya orientasi Boedi Oetomo dari bersifat nasional menjadi bersifat kedaerahan..

Boleh jadi karena mendapat kabar dari Hindia, bahwa Boedi Oetomo bergeser orientasi, Soetan Casajangan segera mewujudkan rencananya yang tertunda untuk mendirikan organisasi kebangsaan pribumi di Belanda. Seorang mahasiswa baru yang juga berdomisili di Leiden, Raden Soemitro diminta Soetan Casajangan untuk mengirim undangan ke semua mahasiswa/pelajar di Belanda untuk menghadiri pertemuan di tempat kediamannya di Leiden (di alamat yang sama juga tinggal Raden Kartono).


Pada tanggal 25 Oktober di Leiden di tempat kediaman Soetan Casajangan berkumpul mahasiswa/pelajar pribumi sebanyak 15 orang. Dalam pertemuan yang dipimpin oleh Raden Hoesein Djajadiningrat dengan sekretaris Raden Soemitro, disepakati pendirian organisasi kebangsaan dengan nama Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia). Dalam rapat juga diputuskan secara aklamasi yang menjadi presiden adalah Soetan Casajangan dengan sekretaris Raden Soemitro. Lalu sebuah komite kecil dibentuk untuk menyusun statuta (AD/ART) yang terdiri dari Soetan Casajangan, Raden Kartono, Hoesein Djajadiningrat dan Soemitro (keempatnyaa tingga di Leiden, yang lainnya di berbagai kota seperti Amsterdam, Wageningen, Harlem, Den Haag dan Delft). Seperti kita lihat nanti, pada tahun 1921 kepengurusan Dr Soetomo dkk (salah satu pendiri Boedi Oetomo), naam Indische Vereeniging diubah menjadi Indonesia Vereeniging dan pada tahun 1924 pada saat kepengurusan Mohamad Hatta ddk diubah lagi namanya menjadi Perhimpoenan Indonesia (hingga kini masih eksis di Belanda). Sementara itu Boedi Oetomo mengubah statutanya menjadi berorientasi nasional pada tahun 1930.

Pada tahun 1908 sudah ada beberapa organisasi kebangsaan yang telah didirikan, selain Medan Perdamaian yang masih eksis, juga ada Boedi Oetomo dan Indische Vereeniging. Dalam hal ini Medan Perdamaian yang berpusat di Padang dan Indische Vereeniging yang berkedudukan di Leiden/Belanda, sama-sama berorientasi nasional. Kebetulan para inisiatornya sama-sama alumni Kweekschool Padang Sidempoean: Dja Endar Moeda dan Soetan Casajangan.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar