Rabu, 21 September 2022

Sejarah Jambi (51): Wilayah Perbatasan Antara Riau - Jambi; Geomorfologi Sungai Indragiri dan Perairan Laut Pulau Berhala


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jambi dalam blog ini Klik Disini

Wilayah perbatasan nyaris tidak memiliki narasi sejarah. Tidak dianggap penting. Namun sejarah suatu wilayah adakalnya justru dimulai di wilayah perbatasan. Wilayh provinsi Jambi kini berbatasan dengan beberapa provinsi: Sumatra Selatan; Riau; Kepulauan Riau; Bangka Belitung, Sumatra Barat dan Bengkulu. Namun yang menjadi perhatian dalam hal ini adalah perbatasan Jambi dengan Riau (sebelum pemekaran terbentuknya Kepulauan Riau).\


Pada awal abad ke-16, Tome Pires, mencatat kota-kota di pesisir timur Sumatra antara Arcat (sekitar Aru dan Rokan) hingga Jambi sebagai pelabuhan dagang yang dikuasai Minangkabau. Di wilayah tersebut, para pedagang Minangkabau mendirikan kampung-kampung perdagangan di sepanjang Sungai Siak, Kampar, Rokan, dan Indragiri. Pada masa pra-kolonial beberapa kerajaan otonom di Riau. Kerajaan terawal, Keritang, wilayah kekuasaan diperkirakan terletak di Keritang, Indragiri Hilir, pernah taklukan Majapahit, Pada tahun 1815, di bawah Sultan Ibrahim, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Rengat, yang kini menjadi ibu kota Kabupaten Indragiri Hulu. Pada masa inilah Belanda mulai campur tangan dengan urusan internal Indragiri, termasuk dengan mengangkat seorang Sultan Muda yang berkedudukan di Peranap. Sultan Siak bersama para tetua adat di afdeling Bengkalis pada 1888. Siak menyerahkan Bengkalis kepada Belanda pada tahun 1873. Kesultanan Siak Sri Inderapura didirikan oleh Raja Kecil dari Pagaruyung pada tahun 1723. Siak menaklukkan Rokan pada 1726 dan membangun pangkalan armada laut di Pulau Bintan. Raja Kecil terpaksa melepaskan pengaruhnya untuk menyatukan kepulauan-kepulauan di lepas pantai timur Sumatra di bawah bendera Siak, meskipun antara tahun 1740 hingga 1745 ia bangkit kembali. Pada akhir abad ke-18, Siak telah menjelma menjadi kekuatan di pesisir timur Sumatra. Pada tahun 1761, Sultan Abdul Jalil Syah III mengikat perjanjian eksklusif dengan Belanda. Tahun 1780, Siak menaklukkan daerah Langkat, termasuk wilayah Deli dan Serdang. Di bawah ikatan perjanjian kerjasama mereka dengan VOC, pada tahun 1784 Siak membantu tentara Belanda menyerang dan menundukkan Selangor, dan sebelumnya mereka telah bekerjasama memadamkan pemberontakan Raja Haji Fisabilillah di Pulau Penyengat. Para sultan Siak saat itu terpaksa menyerah kepada kehendak Belanda dan menandatangani perjanjian pada Juli 1873 yang menyerahkan Bengkalis kepada Belanda, dan mulai saat itu, wilayah-wilayah yang sebelumnya menjadi kekuasaan Siak satu demi satu berpindah tangan kepada Belanda. Pada masa yang hampir bersamaan, Indragiri juga mulai dipengaruhi oleh Belanda, namun akhirnya baru benar-benar berada di bawah kekuasaan Batavia pada tahun 1938. n-kerajaan yang masih belum tunduk. Belanda menunjuk seorang residen di Tanjung Pinang untuk mengawasi daerah-daerah pesisir, dan Belanda berhasil memakzulkan Sultan Riau-Lingga, Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah pada Februari 1911(Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah wilayah perbatasan antara Riau dan Jambi? Seperti yang disebut di atas, wilayah Jambi berbatasan dengan Riau baik di daratan maupun di lautan.. Hal itulah mengapa wilayah perbatasan antara Riau dan Jambi menjadi penting diperhatikan. Secara geomorfologi perbatasan ini terhubungan dengan sungai Indragiri dan perairan dimana pulau Berhala berada. Lalu bagaimana sejarah wilayah perbatasan antara Riau dan Jambi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Wilayah Perbatasan Antara Riau dan Jambi; Geomorfologi Sungai Indragiri dan Perairan Terdapat Pulau Berhala

Sejarah perbatasan seiring dengan zamannya, sejak era VOC (pada basis wilayah kerajaan-kerajaan) yang pada era Pemerintah Hindia Belanda diratifikasi dengan berbagai penyesuaian dengan semakin melauas cabang-cabang pemerintah yang dibentuk. Garis batas antara satu wilayah dengan wilayah lainnya, pada era Pemerintah Hindia Belanda ditetapkan (berdasarkan aturan hukum formal. beslit, ordonasi, staatblads) dengan melampirkan batas-batas deskriptif atau peta. Seperti batas-batas wilayah (residentie) lainnya, batas-batas wilayah Jambi juga memiliki dinamika sendiri. Untuk batas wilayah Jambi dengan wilayah Riau dimulai pada saat pembentukan cabang pemerintahan di (kepulauan) Riau.


Hingga pendudukan Inggris (1811-1816) belum ada cabang pemerintahan di Riau. Penempatan perjabat Pemerintah Hindia Belanda ditempatkan di Riau baru dimulai pada tahun 1821 (lihat Bataviasche courant, 10-02-1821). Disebutkan untuk Residen di Riau LC van Ranzow, inspektur pertmabangan timah di Jeboes (kini Bangka barat). LC van Ranzow yang akan bertugas menjadi wakil Pemerintah Hindia Belanda di Riau, merencanakan dan melaksanakan pemerintahan di Riau. Sebagaimana diketahui sejak era VOC, pedagang-pedagang VOC sudah memiliki pos perdagangan di kota Riau (nama awal Rhio, dari era Portugis). Berdasarkan Almanak 1827 di Riau, perangkat pejabat pemerintahan semakin banyak, dimana Residen Ranzow dibantu seorang sekretaris, kommier dan asisten kommies serta pakhuismeester dan havenmeester. Pada tahun 1831 ditambahkan jabatan schout. Struktur pemerintahan di Riau tidak banyak berubah hingga tahun 1863. Pada masa Residen Elisa Netscher ini, wilayah residentie Riau diperluas ke pantai timur Sumatra dengan menempatkan asisten Residen di Siak Indrapoera. Wilayah daratan Riau ini meliputi hingga ke Deli di utara dan Indragiri di selatan. Pada tahun 1865 Controleur ditempatkan di Bengkalis, Asahan dan Deli. Sejak 1 Januari 1870 di Residentie Riaou en Onderhoorigheden di Afdeeling Siak Indrapoera asisten residen di Siak Indrapoera ditambahkan dua Controleus di Batoebara dan Laboehan Batoe, sementara di kepulauan Riau dibentuk baru tujuh afdeeling: Lingga, Karomoen, Batam, Noord Bintan, Zuid Bintan, Tandjoeng Pinang dan Poelaoe Toedjoeh dengan jabatan Asisten Residen di Lingga.

Dalam perkembangannya, Riau daratan dimekarkan menjadi satu residentie baru dengan nama Residentie Sumatra’s Ooskust dimana Residen berkedudukan di Bengkalis (di Siak Indrapoera tetap dijabat seorang Asisten Residen). Pada tahun 1879 ibu Residen di Bengkalis relokasi dengan kedudukan di Medan. Berdasarkan Peta 1883 didientifikasi sebagian wilayah Riau daratan dimasukkan ke dalam wilayah Residentie Riaou en Onderhoorigheden yaitu dengan batas di selatan sungai Kampar (hingga dio Goenoeng Seilan di sungai Kampar Kiri) dan di selatan sungai Indragiri (di utara sungai Batang Toengkal hingga di Telok Kajoepoetih di sungai Batanghari). Batas wilayah (kesultanan Jambi) di pantai timur Sumatra antara sungai Batang Tungkal di utara dan sungai Sambilan di selatan. Batas afdeeling Lingga di perairan laut tidak diidentifikasi. Batas di pedalaman Residentie Padangsce Benelanden dan Residentie Padangsche Bovenlanden, dimana wilayah Kerintji tidak termasuk.


Hingga sejauh ini batas-batas wilayah (kesultanan) Jambi yang terbilang masih independent dalam pemerintahan, ditentukan dari pembentukan cabang pemerintahan Hindia Belanda di sisi luar  yang menjadi residentie: Palembang, Padangsche Benelanden, Padangsche Bovelanden dan Riaou en en Onderhoorigheden serta Bangka en Belitoeng. Pada Peta 1877 hilir kota Jambi dimasukkan ke wilayah Residentei Palembang.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Geomorfologi Sungai Indragiri dan Perairan Terdapat Pulau Berhala: Batas-Batas Wilayah Adminitrasi antara Riau dan Jambi sejak Era Hindia Belanda hingga Era RI

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar