Minggu, 21 Mei 2023

Sejarah Banyuwangi (5): Sungai Setail di Wilayah Banyuwangi Berhulu di Gunung Raung; Air Mengalir Sampai Jauh ke Teluk


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Dimana itu sungai Setail banyak yang tidak tahu? Di Wikipedia hanya samar-samar ditulis dan hanya sekadarnya saja. Disebut Kali Setail adalah sebuah sungai di bagian tenggara pulau Jawa. Sungai ini mengalir di wilayah timur pulau Jawa yang beriklim muson tropis. Hany itu. Okelah, toh juga orang Banyuwangi bangga dengan sungai Setail sebagai sungai terpanjang di wilayah Banyuwangi.

 

Sudah Tahu Belum? Inilah 3 Sungai Terpanjang di Banyuwangi, Nomor 1 Bukan Sungai Tambang Tapi…15 Januari 2023. BondowosoNetwork.com. Daerah di Jawa Timur memiliki banyak sungai dengan panjang yang berbeda-beda. Sungai terpanjang di Jawa Timur adalah sungai Madiun yang terletak di kota Madiun yaitu dengan panjang sungai 76.50 Km. Selain Madiun, Banyuwangi juga memiliki 6 sungai dengan panjang yang berbeda. Selain memiliki sejarah 0tertentu, sungai-sungai ini menjadi tumpuan hidup bagi masyarakat di sekitarnya. Lantas, sungai apa saja yang terpanjang di Banyuwangi? 1. Sungai Setail. Pada urutan pertama terdapat Sungai Setail dimana sungai ini menjadi sungai terpanjang di Banyuwangi. Panjang sungai Setail mencapai 49.50 Km. 2. Sungai Baru. Selain sungai Setail, pada urutan kedua ada sungai Baru yang termasuk ke dalam sungai terpanjang di Banyuwangi. Panjang dari sungai Baru mencapai 36.70 Kmr. 3. Sungai Bajulmati. Sungai Bajulmati termasuk ke dalam sungai terpanjang yang ada di Banyuwangi. Panjang sungai Bajulmati mencapai 32.79 kilometer, sehingga termasuk pada urutan ketiga sungai terpanjang di Banyuwangi. Itulah 3 sungai terpanjang di Banyuwangi, Jawa Timur. (https://bondowoso.jatimnetwork.com/)

Lantas bagaimana sejarah sungai Setail di wilayah Banyuwangi berhulu di gunung Raung? Seperti disebut di atas, sungai Setail adalah sungai terpanjang di wilayah Banyuwangi. Sepanjang berapa? Air mengalir sampai jauh hingga ke teluk Blambangan. Lalu bagaimana sejarah sungai Setail di wilayah Banyuwangi berhulu di gunung Raung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Sungai Setail di Wilayah Banyuwangi Berhulu di Gunung Raung; Air Mengalir Sampai Jauh ke Teluk

Nama gunung Raung dengan nama gunung Pieter Berg dan sungai Setail dengan nama sungai Balamboang sudah dikenal sejak lama (paling tidak pada er Portugis). Sungai Cattak (kemudian menjadi sungai Klatak dan sungai Klampok). Wilayah antara sungai Setail dan sungai Klatak, jika terjadi hujan lebat di puncak gunung Raung akan terjadi banjir (lihat Natuurkundig tijdschrift voor Nederlandsch-Indie, 1914).


Itu ibarat jika wilayah Puncak terjadi hujan lebat, maka akan terjadi banjir antara sungai Tjiliwong dengan sungai Tjilengsi/sungai Bekasi. Namun tentu saja dalam hal ini, di wilayah antara sungai Setail dan sungai Klatak ada perbedaan besar. Daerah puncak bukan wilayah erupsi gunung api. Gunung Raung adalah gunung berapi aktif, yang terus mengalami letusan dari waktu ke waktu (mungkin sejak zaman kuno). Sungai Setail dan sungai Klatak memiliki hubungan era dengan gunung Raung. Dalam hal letusan, debu dan lumpur jatuh dari ketinggia ke kawasan diantara dua sungai.

Lantas apa keutamaan sungai Setail di masa lampau? Pada peta-peta era VOC, ibu kota kerajaan Balambangan berada di daerah aliran sungai Balambangan (kini sungai Setail). Pada Peta 1724 ibu kota itu jauh ke dalam dari muara sungai. Dimana ibu kota itu berada pada masa kini diduga di kota Kadaman/Kradenan yang sekarang.


Sungai Setail bermuara ke teluk kuno (teluk Balambangan). Sungai Setail (yang juga disebut Kali Pangpang) selain melewati kota Kradenan, di wilayah hulu melalui kota Genteng/Setail. Di kota ini sungai Djaleo yang juga berhulu di gunung Raung bermuara ke sungai Setail.

Dalam sejarah zaman kuno, di suatu wilayah, kerajaan umumnya berawal di pantai. Kerajaan-kerajaan itu terbentuk karena kekuatan perdagangan, Kerajaan tersebut biasanya tepat berada di muara sungai atau di suatu bagian teluk dimana sungai bermuara. Pada Peta 1724 ibu kota Balambangan berada di pedalaman di daerah aliran sungai Setail. Lantas apakah ibu kota Balambangan tersebut di masa lampau berada di pantai di muara sungai Balambangan (sungai Setail)? Seperti telah dideskripsikan pada artikel sebelumnya, secara geografis kota Moentjar adalah kota baru (di suatu daratan baru, hasil proses sedimentasi). Dalam hal ini, besar dugaan ibu kota Balambangan tempo doeloe berada di pantai.


Mengapa nama sungai Balambangan disebut sungai Setail? Nah, itu sulit dipahami. Disebut sungai Balambangan tentu saja karena keberadaan kampong/kota Balambangan yang menjadi kerajaan. Nama Setail tidak ditemukan di hilir sungai, nama Setail sebagai nama kampong ditemukan di wilayah hulu (dekat sungai Genteng dimana bermuara ke sungai Setail). Satu yang unik dalam soal nama-nama lama di wilayah Banyuwangi ditemukan nama sungai Kali Sada (yang juga nama kampong) dan juga nama kampong Saba. Aneh, ada juga nama kampong Batak di sungai Kali Binaoe (di Ragadjampi). Ada juga kampong Sempoe tidak jauh dari Kali Tapan.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Air Mengalir Sampai Jauh ke Teluk: Daerah Aliran Sungai Setail Antara Gunung Raung dan Lautan Hindia

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar