Rabu, 10 Desember 2025

Sejarah Jakarta (124): Sejarah Pakistan dan Ir Soekarno; Presiden RI Prabowo Diterima oleh Presiden dan Perdana Menteri Pakistan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Setelah Presiden RI Prabowo hadir dalam perayaan Hari Republik India tanggal 26 Januari 2025, hari kemarin menjadi giliran Pakistan yang dikunjungi. Presiden Prabowo diterima dalam protocol yang tidak biasa. Presiden Soekarno pada tahun 1950 saat berkunjung ke Indonesia juga sempat bertemu dengan tokoh Pakistan, Muhammad Ali Jinnah.

 

Sejarah: Dahulu, wilayah Pakistan saat ini merupakan situs dari kebudayaan kuno seperti budaya Neolitik, Mehrgarh dan Peradaban Lembah Sungai Indus. Dan merupakan bagian dari sejarah Veda, Persia, Indo-Yunani, peradaban Islam, dinasti Turki-Mongol dan kebudayaan Sikh melalui berbagai invasi. Sebagai akibatnya, tempat ini memiliki berbagai peninggalan berbagai dinasti seperti dinasti Persia, khalifah Ummayah, kekaisaran Maurya, kekaisaran Mongol, kesultanan Mughal, kemaharajaan Sikh, dan (terakhir) imperialisme Inggris. Pakistan memperoleh kemerdekannya dari imperialisme Inggris pada tahun 1947 setelah gerakan kemerdekaan yang dipimpin oleh Mohammad Ali Jinnah yang menginginkan negara merdeka dari bagian barat dan timur Kerajaan Britania Raya yang didominasi oleh Islam. Setelah mengadopsi konstitusi baru pada tahun 1956, Pakistan secara resmi menjadi negara Republik Islam. Pada tahun 1971, sebuah perang sipil terjadi di negara bagian Pakistan Timur yang akhirnya membuat negara bagian tersebut berpisah menjadi negara baru bernama Bangladesh (Wikipedia). 

Lantas bagaimana sejarah Pakistan dan Ir. Soekarno? Seperti disebut di atas, kemarin Presiden Republik Indonesia Prabowo diterima Presiden dan Perdana Menteri Pakistan. Lalu bagaimana sejarah Pakistan dan Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. 

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*. 

Pakistan dan Ir Soekarno; Presiden Republik Indonesia Diterima oleh Presiden dan Perdana Menteri Pakistan

Embrio negara Pakistan dimulai tahun 1935 (lihat Nieuwe Apeldoornsche courant, 08-02-1935). Disebutkan, Reuter mengutip Morning Post menulis bahwa India di bawah pemerintahan yang sepenuhnya India akan menjadi totalitas perpecahan. Semua wilayah Muslim di bagian utara akan bersatu dalam negara Muslim, Pakistan yang terdiri dari Pundjab, Sind, Beloetsjistan, Kasjmir, dan Afghanistan.


Seperti halnya di Indonesia (Nederlandsch Indie) di bawah yurisdiksi kerajaan Belanda, India (Britisch Indie) berada di bawah yurisdiksi kerajaan Inggris, sama-sama terus berjuang untuk mencapai kemerdekaan. Indonesia merebut kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 (dimana seperti India, Mesir dan Pakistan mengakuinya). Oleh karena itu akibat-akibat yang ditimbulkannya juga berbeda. Lantas bagaimana dengan India? Bagaimana dengan Pakistan?

Lalu mengapa disebut Pakistan? Yang jelas, usulan pembentukan negara itu tidak datang dari Inggris, tetapi dari pejuang India yang beragama Islam (lihat De Telegraaf, 08-02-1935). Disebutkan bahwa negara India, jika dipimpin oleh pemerintahan yang sepenuhnya (orang India, akan menjadi korban perpecahan yang parah. Jika Inggris meninggalkan India kepada orang India, seluruh penduduk Muslim di bagian utara India akan memisahkan diri untuk mendirikan negara otonom yang disebut Pakistan. Negara ini akan dibentuk oleh Punjab, Sind, Baloetjistan, Kasjmir, dan Afghanistan. 


Algemeen Handelsblad, 22-12-1938: ‘Federasi India Inggris terancam kesulitan baru. Konflik kepentingan antara umat Hindu dan Islam. Partai Kongres melawan pangeran India. (Dari seorang pegawai khusus di India.). India Inggris kini dengan cepat mendekati tahap baru dan sulit dalam sejarah konstitusionalnya. Rencana Inggris untuk membentuk federasi telah menghidupkan kembali aktivitas politik dan mengungkap faktor-faktor baru. Pihak berwenang Inggris sedang mempelajari situasi ini dengan cermat dan akan mempertimbangkan semua ini sebelum mengambil keputusan apa pun mengenai pembentukan federasi. Bulan-bulan pertama tahun 1939 akan menjadi masa kritis. Para pangeran di negara bagian India akan segera diberitahu atas dasar apa mereka dapat menerima federasi, dan mereka akan segera mengumumkan apa rencana mereka. Usulan Inggris tersebut merupakan hasil konsultasi antara Kerajaan dan para pangeran India. Latar belakang politik saat ini sangat berbeda dengan latar belakang politik ketika otonomi provinsi ditetapkan pada tahun 1937. Sebelas provinsi di British India saat ini diperintah oleh menteri-menteri India, yang bertanggung jawab kepada dewan legislatif terpilih. Setidaknya delapan dari sebelas provinsi berada di bawah kekuasaan Partai Kongres, yang juga akan menduduki posisi kuat di federasi baru. Secara umum, seluruh partai politik di British India masih menentang rencana federasi dalam bentuk khusus yang ingin diberikan oleh Pemerintah Inggris. Orang India Britania umumnya mendukung bentuk federasi yang berbeda. Umat Hindu menyatakan bahwa mereka bersedia menerima bentuk yang ditawarkan Inggris untuk berusaha mewujudkan apa yang mereka bisa, namun ada pula yang mengatakan bahwa umat Hindu hanya mendukungnya karena posisi mereka di pemerintah federal akan membaik. Partai Kongres dan Partai Islam dengan tegas menentang rencana Inggris, namun masing-masing karena alasan yang berbeda. Partai Kongres percaya bahwa pemerintahan federal yang baru tidak akan memiliki tanggung jawab, karena Inggris ingin mengendalikan banyak bidang keuangan, pertahanan, dan urusan luar negeri di tangan mereka sendiri. Pada prinsipnya, Partai Kongres menentang hubungan antara negara bagian India yang otokratis dan unit demokrasi di federasi baru tersebut. Undang-undang tersebut menuntut agar para pangeran India diwakili di majelis federal oleh perwakilan terpilih, dan bukan oleh orang yang ditunjuk. Ia khawatir orang-orang yang ditunjuk akan membentuk kelompok reaksioner yang akan menghambat implementasi rencana sayap demokrasi. Partai Kongres juga memiliki keraguan besar mengenai apakah raja bersedia melepaskan kekuasaan mereka, terutama di bidang fiskal, untuk mewujudkan federasi. Sebaliknya, Persatuan Islam paling keberatan dengan meningkatnya pengaruh umat Hindu di pemerintah pusat. Keberatan ini sangat disesalkan, karena Inggris berharap dapat mempererat persatuan melalui federasi. Banyak warga Islam mengusulkan sebuah konfederasi provinsi-provinsi Islam yang akan bergabung dengan federasi besar tersebut, dengan tetap mempertahankan kedaulatan internal (usulan lama untuk membentuk "Pakistan"). Perlawanan umat Islam terhadap umat Hindu akan menjadi salah satu batu sandungan terbesar bagi pembentukan federasi tersebut. Partai Kongres bertujuan untuk mendapatkan pengaruh yang lebih besar di pemerintah pusat dibandingkan dengan kebijakan yang ada saat ini. Itulah sebabnya Partai Komunis Tiongkok memulai kampanye yang kuat di negara-negara bagian India. Jika Partai Kongres mendapatkan dukungan di negara-negara kerajaan, mereka dapat memperoleh mayoritas di pemerintah pusat dan memulai kampanye untuk mendapatkan kendali lebih besar atas keuangan, pertahanan dan urusan luar negeri, yang akan tetap berada di tangan Inggris. Sejauh ini belum ada tindakan yang diambil terhadap para pangeran, meskipun Gandhi telah menyatakan "bahwa tidak ada jalan tengah antara penghapusan total negara-negara pangeran dan membuat rakyat bertanggung jawab atas pemerintahan". Namun, taktik Kongres Partai di negara-negara pangeran menimbulkan kesulitan, baik bagi para pangeran maupun bagi Inggris. Warga Islam dan paham betul apa yang diinginkan Partai Kongres. Partai Kongres tidak terlalu ingin memenangkan hati orang-orang di negara-negara pangeran karena filosofi politiknya, melainkan ingin mendapatkan mayoritas di pemerintah pusat, dan akhirnya, seperti yang dikatakan Gandhi sendiri, "mengambil alih kekuasaan tertinggi di negara ini ke tangannya sendiri". Hal ini telah memicu antagonisme antara kelompok Islam dan Partai Kongres. Umat Islam memahaminya. bahwa hal ini mengorbankan kepentingan umat Islam di pemerintah pusat. Inggris berada dalam dilema. Agitasi di negara-negara pangeran dapat menyebabkan kerusuhan, misalnya Inggris kemudian harus membantu para pangeran dalam menekan perlawanan. Sulit untuk menjelaskan bahwa intervensi ini hanya dimaksudkan untuk menjaga ketertiban, dan bukan untuk pemerintah abad pertengahan’. 

Bagaimana nama Pakistan muncul di India Inggris? Yang jelas di India sudah lama dibentuk parlemen yang terdiri dari orang Eropa/Inggris dan orang India yang meliputi berbagai partai. Partai terbesar adalah Partai Kongres (yang didominasi orang India). Mahatma Gandhi setelah 1934 tidak masuk dalam partai manapun. Dalam konteks inilah muncul nama-nama tokoh-tokoh lebih muda seperti Jawaharlal Nehru dan Muhammad Ali Jinnah. 


Sama seperti di India Belanda (baca: Hindia Belanda) yang mana telah diadopsi nama Indonesia. Nama Indonesia muncul sejak 1850 yang kemudian digunakan oleh para akademsi. Dalam Kongres Hindia yang diadakan di Belanda tahun 1917, kongres yang terdiri dari berbagai organisasi mahasiswa Belanda, Cina dan pribumi asal Hindia, perwakilan Indische Vereeniging (organisasi mahaiswa pribumi) mengusulkan nama Indonesia untuk nama Hindia Belanda. Usul itu diadopsi. Sejak itu nama Indonesia semakin meluas digunakan. Sementara itu pada tahun 1918, di Hindia Belanda/Indonesia dibentuk parlemen (Volksraad), yang para anggota dewan diangkat/ditunjuk dari orang Eropa/Belanda, Cina/Arab dan pribumi. Dalam sidang Volksraad tahun 1922 muncul usulan pengadopsian nama Indonesia, tetapi usul itu ditolok/kalah dalam voting. Meski demikian, nama Indonesia terus digunakan orang pribumi sebagai nama yang identik nama perjuangan. Dalam perkembangannya terbentuk partai-partai. Diantara partai orang pribumi yang menonjol adalah Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipimpin Ir Soekarno sejak 1927, tetapi non-cooperative alias tidak berkeinginan melalui parlemen. Partai Bangsa Indonesia (PBI) yang dipimpin oleh Dr Soetomo sejak 1930 cooperative dan ikut berparlemen. Pada tahun 1935 PBI dan organisasi kebangsaan Boedi Oetomi dilakukan fusi lalu terbentuk Partai Indonesia Raja (Parindra). Sementara sejumlah revolusioner diasingkan seperti Ir Soekarno, singkatnya, pada tahun 1939 di Indonesia dibentuk federasi partai-partai Indonesia (GAPI) termasuk di dalamnya partai-partai agama. 

Di India dan juga di Indonesia perjuangan pribumi terus meningkat eskalasinya untuk mencapai kemerdekaan masing-masing. Sementara itu penguasa Inggris yang diam-diam merancang federasi India, dalam konteks inilah di India, seperti dikutip di atas, pada tahun 1935 muncul nama Pakistan untuk membentuk negara terpisah dari India. 


Pada tahun 1938 diketahui Jawaharlal Nehru pulang dari Eropa (yang lebih berbau Eropa; jika dibandingkan dengan Gandhi yang mengusung kesederhanaan dan pro kaum rakyat jelata). Perpecahan di India semakin menganga, lebih-lebih partai Islam dengan mengusung Pakistan semakin menguat. 


Tunggu deskripsi lengkapnya

Presiden Republik Indonesia Diterima oleh Presiden dan Perdana Menteri Pakistan: Bagaimana Situasi dan Kondisi Saat Ir Soekarno Tahun 1950

Di Indonesia, dalam perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Kabinet Sjahrir berakhir tanggal 27 Juni 1947. Kabinet baru terbentuk yang dipimpin oleh Mr Amir Sjarifoeddin Harahap yang diresmikan tanggal 3 Juli 1947. Situasi baru ini telah mendorong Belanda untuk melanggar perjanjian Linggajati dan Belanda kemudian melancarkan agresi militer ke wilayah Republik (dimulai 21 Juli 1947). Perdana Menteri Mr Amir Sjarifoeddin Harahap mengutus rekannya Soetan Sjahrir ke luar negeri. 


Provinciale Noord-Brabantsche courant Het huisgezin, 23-07-1947: ‘Sjahrir dalam perjalanan ke India. Singapura, 22 Juli (A.P-). Mantan Perdana Menteri Indonesia Soetan Sjahrir hari ini mengumumkan di Singapura bahwa ia akan mengunjungi Amerika Serikat, India, dan Australia dalam misi khusus dari Presiden Indonesia Soekarno. Banyak bantuan yang diharapkan dari India. Sjahrir sedang dalam perjalanan ke India dengan pesawat khusus untuk mengunjungi negara-negara yang bersimpati kepada Republik. Ia menjelaskan bahwa Presiden Soekarno menginginkan dia untuk mengukur reaksi disana dan menyusun laporan yang menjadi dasar bagi Republik untuk mengambil tindakan apa pun yang mungkin diperlukan di masa mendatang. Sjahrir mengatakan bahwa di India ia bermaksud bertemu Pandit Nehru, Mohammed Ali Jinnah dan Lord Killearn (Utusan Khusus Inggris untuk Selatan, Asia Timur yang bertindak sebagai mediator pada Konferensi Linggarjati dan akan segera berangkat ke India). “Kami sangat mengharapkan bantuan dari India, baik materiil maupun moral,” kata Sjahrir. Sjahrir lebih lanjut menyatakan bahwa dia telah meninggalkan Jogjakarta pada pukul 03.00 dini hari dalam kegelapan dengan pesawat angkut Dakota, untuk menghindari pemboman musuh dan tanpa sepengetahuan Belanda. Pada Senin sore lapangan terbang tersebut telah menjadi sasaran serangan udara Belanda. Sjahrir mengatakan bahwa orang Indonesia, selama dua bulan masyarakat percaya bahwa konflik bersenjata tidak dapat dihindari. “Pengeboman yang dilakukan Belanda tentu saja mengejutkan kami,” katanya. “Kami tidak pernah menduga Belanda akan menggunakan taktik seperti itu, karena mereka tahu betul bahwa Indonesia tidak memiliki pesawat” Sjahrir lebih lanjut mengatakan bahwa Belanda, melalui tindakan militernya, “telah sepenuhnya membatalkan Perjanjian Linggarjati”. Tentara Republik, katanya, memiliki cukup senjata dan amunisi untuk perang panjang. “Negosiasi tidak dapat dimulai sekarang berdasarkan perjanjian lama,” lanjutnya, “semuanya harus dimulai lagi, karena Belanda telah mengabaikan semua perjanjian tersebut”.

Di New Delhi, Soetan Sjahrir bertemu dengan Pandit Nehru (lihat Algemeen Handelsblad, 25-07-1947). Juga disebutkan hari ini Sjahrir akan mengadakan pertemuan dengan Jinnah, calon Gubernur Jenderal Pakistan. Tidak lama kemudian Pakistan dan India menerima kemerdekaan dari Inggris. Pakistan menerima kemerdekaan dari Inggris pada tanggal 14 Agustus 1947 dan esok harinya kepada India (15 Agustus 1947).


Algemeen Handelsblad, 15-08-1947: ‘Negara baru Pakistan. Kemarin, kelahiran negara baru Pakistan dirayakan di Karachi, di hadapan Mountbatten, yang memperoleh gelar Earl. Inggris akan melakukan segalanya, demikian dilaporkan, untuk mengamankan tempat bagi Pakistan di semua badan dan komisi internasional di mana India sebelumnya diwakili, sehingga baik Hindustan maupun Pakistan akan memiliki suara. Banyak negara telah mengakui Pakistan, Presiden Truman menyambutnya dalam lingkaran negara-negara. Banyak modal Hindu yang memang mengalir keluar dari Pakistan, tetapi karena negara ini berpotensi kaya, masuknya modal Inggris dan Amerika diperkirakan akan terjadi. Pakistan memiliki 107 juta penduduk, India (Hindustan) 227 juta, negara-negara kerajaan secara keseluruhan kurang dari 100 juta. Akan tetapi, karena ribuan umat Islam meninggalkan Hindustan dan umat Hindu Pakistan — di Calcutta ribuan pejalan kaki miskin berdesakan di tengah hujan lebat — migrasi ini tentu akan mengubah situasi. Khususnya kaum Sikh, yang lebih menyukai Hindustan, terlibat dalam pertempuran sengit dengan kaum Muslim di Punjab, khususnya di Lahore dan Amritsarl. Penetapan batas-batas provinsi Punjab dan Bengal (di wilayah barat laut dan timur laut) untuk dibagi menimbulkan banyak pertanyaan. kesulitan dengannya. Pidato Nehru. Bahwa umat Hindu mencari demokrasi sosial dan politik serta kebebasan beragama telah meyakinkan sedikit umat Muslim. Dengan demikian, beberapa bayangan menyelimuti perayaan kemerdekaan, meskipun pakaian, makanan, lencana, dan ongkos kirim telah didistribusikan. dapat dimengerti, amnesti tersebut diterima dengan baik’. Peta (Groninger dagblad, 14-08-1947)

Pemberian kemerdekaan kepada kedua negara tersebut dalam konteks dominion dimana di masing-masing kedua negara tersebut ditempatkan seorang Gubernur Jenderal Inggris (perwakilan Inggris di India dan di Pakistan). Lantas apakah negara India sudah merdeka? Sudah, tetapi negara belum sepenuhnya bulat (masih ada pejabat tinggi Inggris dan konstitusi India masih bersifat sementara).


Algemeen Handelsblad, 16-08-1947: ‘Dominion India telah lahir. Setelah Mountbatten, mantan Raja Muda India, menghadiri pembentukan Dominion baru pada hari Kamis di Karachi, ia hadir sebagai Gubernur Raja di New Delhi pada hari Jumat. tempat lahirnya kekuasaan India (Hindustan). Seperti Pakistan, India disambut ke dalam lingkaran negara-negara oleh banyak negara. Peristiwa tersebut juga dirayakan di London dengan pengibaran bendera negara-negara jajahan dan pidato-pidato. Sementara itu, kebakaran besar terjadi di Lahore akibat kerusuhan dan ada kekhawatiran apakah Pakistan, tanpa bantuan pemberontak Sikh, akan mampu mempertahankan perbatasan barat laut, sebuah "gerbang" lama. Di dalam negeri diharapkan Burma, India, dan Pakistan akan bersama-sama menyelenggarakan pertahanan mereka’.

Namun apa yang telah terjadi di India tidak sesuai cita-cita Mahatma Gandhi. Bagaimana dengan di Indonesia? Sementara di satu sisi para Republiken tengah berperang melawan Belanda di Jawa dan Sumatra, di sisi lain telah terbentuk Negara Indonesia Timur. Kini, pembentukan Negara Sumatra Timur sedang terjadi. Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 terbelah.


De Volkskrant, 16-08-1947: ‘Cita-cita Gandhi tidak terwujud. Tidak ada nyanyian di Lancaster House. Pakistan belum memiliki lagu kebangsaan. Upacara di sana singkat, karena Komisaris Tinggi hanya menggunakan gedung itu selama dua jam. Di ibu kotanya, Karachi, tuannya, Jinnah, Gubernur Jenderal pertama, dapat mendirikan dengan mengusir KLM dari gedungnya, sebagaimana dikatakan reporter Volkskrant. Di London, seorang perwakilan Pakistan sedang mencari ruang kantor untuk dirinya dan stafnya. "Lebih mudah menaklukkan suatu negara daripada memberinya kebebasan," begitulah yang dikatakan di London setahun lalu. India membenci Inggris, tetapi Muslim dan Hindu lebih saling membenci. Negosiasi tanpa akhir gagal berulang kali. Kemudian sejak pagi ini Mountbatten, Viceroy, apa yang tidak dapat dicapai oleh siapa pun, ia berhasil. Nehru dan umat Hindu menerima prinsip pemisahan. Umat Islam dapat memisahkan diri. India bebas. Orang Inggris, yang tiga ratus tahun lalu sebagai seorang pengusaha datang, lalu menaklukkan negara, meletakkan kekuasaannya dan menjadi pengusaha lagi. Negara-negara merdeka harus mengatasi sendiri kesulitan-kesulitan mereka yang sangat besar. Dan yang aneh adalah bahwa Nehru—Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri negara bagian terbesar di Hindustan, dengan 330 juta penduduk—telah meminta Mountbatten yang sama, yang baru-baru ini ia sebut sebagai "seorang pria dengan pesona yang berbahaya," untuk menjadi Gubernur Jenderal. Nehru, seorang sosialis, yang berjuang sepanjang hidupnya untuk menyingkirkan Inggris, sekarang menawarkan cucu Ratu Victoria jabatan terpenting di negaranya. Setelah orang yang sama memaksanya untuk melakukannya, ia menyingkirkan cita-cita lama: Persatuan India. Gandhi meneriakkan pengkhianatan. Orang tua itu, yang selalu menentang kekerasan, tetapi sekarang melihat darah mengalir di sekelilingnya karena dia tidak ingin melepaskan cita-citanya, telah kehilangan pukulannya. Jinnah, kepala Negara Muslim Pakistan adalah pemenang dalam pertempuran ini. Pada tahun 1930, Jinnah menyadari bahwa tidak ada tempat bagi umat Islam di India yang bersatu. Ia menjadi pemimpin Liga Mohammedan untuk membela hak-hak minoritas ini. Dia berjuang sendirian selama bertahun-tahun dengan tingkat keberhasilan sedemikian rupa sehingga Mountbatten mengerti bahwa hanya perpecahan yang dapat menghasilkan solusi. Itu masalah yang berbahaya. Di London, perang saudara dianggap tak terelakkan. Lima puluh ribu orang terbunuh di Kalkuta dalam pertempuran antara umat Hindu dan Muslim, lima ribu di Pendjab, dan enam ribu di Bihar. 'Lebih banyak orang tewas hari ini di Lahore dan daerah perbatasan dan di London diperkirakan ribuan orang lagi akan kehilangan nyawa sebelum ketenangan dipulihkan.' Namun perang saudara berskala penuh, setidaknya untuk saat ini, gagal terwujud dan Jinnah, Jinnah yang berusia 71 tahun, pada dasarnya adalah satu-satunya penguasa Pakistan yang memisahkan diri. Lebih dari tujuh puluh juta Muslim dan minoritas Hindu yang kuat, diwakili oleh dua menteri di kabinetnya’.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok. Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi menulis artikel sejarah di blog di waktu luang. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Buku-buku sejarah yang sudah dipublikasikan: Sejarah Mahasiswa di IndonesiaGenerasi Pertama; Sejarah Pers di IndonesiaAwal Kebangkitan BangsaSejarah Sepak Bola di IndonesiaSejarah Pendidikan di IndonesiaPionir Willem IskanderSejarah Bahasa Indonesia. Forthcoming: “Sejarah Catur di Indonesia”; “Sejarah Kongres Pemuda dan Sumpah Pemuda”; “Sejarah Diaspora Indonesia”. Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar