Bandoeng, 1819 |
Mengenal Sejarah Tata Ruang Sosial Ekonomi Depok, Bogor (Buitenzorg), Jakarta (Batavia) dan Bandung (Preanger) serta Wilayah Lainnya di Indonesia (Nederlandsch Indie)
Minggu, 19 Februari 2017
Sejarah Bandung (26): Lukisan Bandung Tempo Doeloe; Adrianus Johannes Bik, Le Clercq, Junghuhn dan Groneman
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini
Adrianus
Johannes adalah orang pertama yang mengabadikan Bandung dalam sebuah lukisan
yang dibuat pada tahun 1819. Lukisan pertama tentang Bandung adalah lanskap
Bandung (area pusat kota Bandung yang sekarang). Lukisan Adrianus
Johannes ini diberi judul ‘Herten jacht te Bandong’ (Berburu rusa di Bandung). Lukisan ini menggambarkan
suatu bangunan panggung yang besar di tengah padang yang menjadi area perburuan
rusa oleh militer Belanda. Adrianus
Johannes ke Preanger pada era Pemerintahan Hindia Belanda (pasca era Inggris 1811-1815). Pada tahun 1810 Pemerintah Hindia Belanda mulai melakukan invasi ke Preanger dan mulai membangun jalan pos trans-Java ruas Batavia-Chirebon melalui Buitenzorg, Tjoseroea, Tjiandjoer, Baybang (kini Radja Mandala), Soemadang. Saat Adrianus Johannes membuat lukisan, ruas Baybang-Soemadang masih melalui area yang lebih tinggi di Tjipagantie dan Oedjoengbrong.
Sejarah Bandung (25): Emma Poeradiredja, Wanita Pertama Anggota Dewan Kota (Gemeenteraad); Kiprah Perempuan Pribumi
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini
Di dewan kota Bandung terdapat dua wanita.
Selain Emma adalah Raden Aju Sangkaningrat. Sangat menakjubkan di dewan kota
Bandung ada dua wanita pribumi duduk dan tidak ada wanita Europcesche. Ini
sangat disesalkan (Soerabaijasch handelsblad, 14-09-1938). Ini berarti secara
politik, wanita pribumi lebih maju jika dibandingkan dengan wanita Eropa.
Sudah
diketahui secara luas tokoh wanita Bandung Dewi Sartika, terkenal sebagai
pionir pendidikan untuk kaum perempuan. Namun, generasi penerusnya bernama Emma
Poeradiredja kurang terinformasikan. Padahal Emma adalah perempuan pertama di
Bandoeng yang menjadi anggota dewan (gemeenteraad). Emma Poeradiredja sendiri adalah
Ketua divisi perempuan Pasundan yang banyak terlibat di dalam kegiatan sosial.
Idola Emma Poeradiredja, Ratu Emma |
Emma
Poeradiredja bukanlah nama asli, melainkan kombinasi nama idola Ratu Emma dan
nama ayah Poeradiredja. Nama aslinya sebagaimana disebut dalam berbagai
tulisan adalah Raden Rachmat’ulhadiah, lahir di Chirebon, 1902. Ayahnya adalah
seorang anggota dewan di Bandung dan demikian juga saudara-saudaranya. Dugaan
bahwa dua tokoh (ratu dan ayah) ini menjadi sumber cita-cita Emma Poeradiredja.
Sabtu, 18 Februari 2017
Sejarah Bandung (24): Negara Pasundan dan Pemberontakan DI/TII; Sukarno dan Hatta Juga Pernah ‘Ingkari’ Republik Indonesia
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini
Sisa bara api Bandung Lautan Api (24 Maret 1946) belum sepenuhnya padam, para pejuang masih berjuang di luar kota, di Bogor Soeria Karta Legawa, mantan Bupati Garoet mendirikan Partai Rakyat Pasundan. Ketika wilayah republik makin menyusut, karena digrogoti oleh Belanda, Negara Pasundan diproklamirkan di Bandung. Namun dalam perkembangan lebih lanjut, ketika Belanda memberikan pengakuan pada Republik Indonesia, di Bandung pada tanggal 8 Maret 1950 dilakukan kembali ikrar: Wilayah Jawa Barat (eks Negara Pasundan) kembali menjadi bagian Republik Indonesia.
Sisa bara api Bandung Lautan Api (24 Maret 1946) belum sepenuhnya padam, para pejuang masih berjuang di luar kota, di Bogor Soeria Karta Legawa, mantan Bupati Garoet mendirikan Partai Rakyat Pasundan. Ketika wilayah republik makin menyusut, karena digrogoti oleh Belanda, Negara Pasundan diproklamirkan di Bandung. Namun dalam perkembangan lebih lanjut, ketika Belanda memberikan pengakuan pada Republik Indonesia, di Bandung pada tanggal 8 Maret 1950 dilakukan kembali ikrar: Wilayah Jawa Barat (eks Negara Pasundan) kembali menjadi bagian Republik Indonesia.
Jawa Barat tidak sendiri, juga terdapat di
Sumatra Timur, Sumatra Selatan, Jawa Timur, Madura dan Indonesia Timur. Saat
ibukota RI di Bukitinggi, daerah-daerah lain yang masih republik hanya tinggal
hitungan jari, yakni: Aceh, Tapanuli, Djokjakarta dan Lampung. Daerah lainnya
bersifat otonom.
Proklamasi 17 Agustus 1945
Proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1945 di
Jakarta. Teks proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno disamping Drs. M. Hatta
dihadapan para pejuang kemerdekaan Indonesia. Tanggal ini menandai seluruh
rakyat Indonesia telah merdeka. Tidak tergantung kepada Jepang, tidak tergantung
kepada Belanda dan juga tidak tergantung Negara lain. Proklamasi ini telah
mengubah cita-cita yang sudah lama diimpikan dan kini benar-benar menjadi kenyataan.
Penduduk Priangan adalah rakyat Indonesia yang pertama bersukacita atas
kemerdekaan ini ketika di daerah-daerah lain kabar berita itu belum sampai.
Rabu, 15 Februari 2017
Sejarah Bandung (23): Bandung Lautan Api, Ini Rincian Faktanya; Bumi Hangus di Padang Sidempuan Demi Jaga Harga Diri
van Mook (koran 1946) |
Politik
bumi hangus (verschroeide aarde) terjadi dua cara: Pertama, pihak yang
menyerang melakukan pembakaran baik akibat granat, bom darat atau udara.
Pasukan sekutu dan pasukan Jepang banyak melakukan tindakan ini seperti di
Birma, Singapora, Australia, Batam dan Soerabaja. Kedua, pihak yang diserang
melakukan pembakaran dengan cara konvensional agar bangunan tidak dapat
digunakan musuh. Ini banyak dilakukan oleh para pejuang RI dan penduduk seperti
di Bandung, Padang Sidempuan,.
Politik
Bumi Hangus
Pendudukan oleh militer Jepang atas
Batavia terjadi pada tanggal 5 Maret 1942. Orang-orang Belanda du Batavia belum
menyadari karena begitu cepat sudah terjadi militer dimana-mana. Tindakan bumi
hangus (verschroeide aarde) oleh Belanda atas gedung-gedung tertentu tidak
sempat dilaksanakan meski sudah direncanakan.
Nieuwe
Apeldoornsche courant, 16-03-1942:‘Angkatan
bersenjata Hindia Belanda (Nederlandsc Indie) tidak punya waktu tersisa untuk pelaksanaan yang
efektif politik "bumi hangus" di ibukota Batavia. Setelah pendudukan
Jepang pada tanggal 5 Maret ibukota Nederlandsch Indie kembali ke kehidupan
normal’.
Ini mengindikasikan praktek bumi hangus
sudah ada di pihak Belanda sebelum umum dilakukan oleh militer dan penduduk
pribumi pada tahap berikutnya. Dalam berita-berita lain, tidak terlaksananya
bumi hangus sebagian orang-orang Belanda sedikit agak lega. Bangunan-bangunan
yang ditargetkan seperti kantor telepon, perpusatakaan urung dilaksanakan
karena itu adalah asset. Hanya kerugian yang terjadi jika itu terlaksana.
Selasa, 14 Februari 2017
Sejarah Bandung (22): Pikiran Rakyat dan Sakti Alamsyah; ‘Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung’
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini
Ini adalah kisah tentang Sakti Alamsyah dan
kawan-kawannya: Mereka yang terjun dalam bidang pers, antara lain Mochtar Lubis, Adam Malik, Parada Harahap dan AM
Hoetasoehoet. Di bidang militer antara lain Abdul Haris Nasution, Zulkifli Lubis dan Mengaradja
Onggang Parlindungan. Yang berprofesi sebagai politisi antara lain Amir Sjarifoeddin Harahap, Zanul Arifin Pohan, Burhanuddin
Harahap dan Abdul Hakim Harahap. Diantara teman-teman Sakti Alamsyah tersebut hanya Abdul Haris
Nasution dan Mangaradja Onggang Parlindungan yang pernah lama menetap di
Bandung.
Tokoh PPPKI (1929): Thamrin, Soetomo, Soekarno dan Parada |
Kisah
Sakti Alamsyah di Bandung sangat mirip dengan kisah Radjamin di Surabaya (Walikota pribumi pertama Kota Surabaya).
Keduanya, lahir sebagai Anak Tapanuli (Selatan) tetapi meninggal sebagai 'Anak Bandung' dan
'Arek Surabaya'. Seperti umumnya orang-orang Tapanuli, 'sekali merantau tidak akan kembali', mereka terbiasa mengikuti pepatah 'dimana bumi dipijak disitu langit
dijunjung'. Mereka tidak melihat dekat Indonesia antara Pakantan hingga Sipirok,
tetapi melihat jauh antara Sabang hingga Merauke. Mereka adalah generasi Indonesia yang sebenarnya (Truly Indonesia).
Dari Pikiran Rakyat Hingga Pikirkan Rakyat
Surat
kabar Pikiran Rakyat Bandung terbit kali pertama tanggal 30 Mei 1950. Surat
kabar ini dipimpin oleh Djamal Ali. Dalam jajaran direksi terdapat Palindih, Sakti
Alamsyah dan Asmara Hadi. Motto surat kabar ini ‘Mengadjak Pembatja Berfikir
Kritis’.
Sabtu, 11 Februari 2017
Sejarah Bandung (21): Fikiran Ra’jat, Pikiran Rakjat dan Pikiran Rakyat; Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat
Surat kabar Harian Pikiran Rakyat
Bandung adalah surat kabar legendaries di Bandung. Surat kabar pertama di Bandoeng
adalah Preanger Bode (terbit 1896). Surat kabar Pikiran Rakyat adalah penerus
surat kabar Prenager Bode. Sejarah Preanger Bode (lihat Artikel 17), sejarah
Pikiran Rakyat mari kita lacak. Asal-usul pendirian surat kabar Pikiran Rakyat tidak
pernah ditulis. Untuk itu coba dilengkapi dalam artikel ke-21 ini. Asal-usul pendirian surat kabar
Pikiran Rakyat sangat esensial sebagai pra kondisi mengapa surat kabar Pikiran Rakyat
namanya tetap dipertahankan sejak era Belanda dan mengapa pula tetap merupakan surat kabar utama di Kota Bandung.
Asal
Usul Pikiran Rakyat
Sakti Alamsyah Siregar, pendiri Pikiran Rakyat |
Untuk
mengenang surat kabar Harian Pikiran Rakyat yang sekarang, kita harus memutar
jarum jam ke tahun 1950. Pada bulan Mei 1950, surat kabar Pikiran Rakjat
diterbitkan di Bandoeng. Kelak motto surat kabar baru ini adalah ‘Dari Rakyat,
Oleh Rakyat dan Untuk Rakyat’.
Di Djakarta, surat kabar yang memiliki motto
yang sama dengan Pikiran Rakyat adalah Indonesia Raya. Surat kabar yang
mengambil nama dari surat kabar lama Indonesia Raja dan nama lagu kebangsaan
Indonesia Raya yang diciptakan oleh WR Supratman. Pada tahun 1925 WR Supratman
bekerja sebagai editor kantor berita pribumi pertama, Alpena yang digagas oleh
Parada Harahap.
Surat
kabar Indonesia Raya terbit pertama kali pada 29 Desember 1949 didirikan oleh
Mochtar Lubis dengan kawannya dan yang bertindak sebagai editor adalah Mochtar
Lubis.
Langganan:
Postingan (Atom)