*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini
Orang-orang Tionghoa umumnya tinggal di kota Batavia (Jakarta) dan kota Bantam (Banten). Hanya beberapa keluarga orang Tionghoa yang tinggal di muara sungai Tjisadane, orang Belanda menyebutnya de Qual (asal kata Kuala?). Keluarga-keluarga Tionghoa di de Qual inilah yang melakukan perdagangan ke arah hulu sungai Tjisadane, bahkan hingga benteng (fort) Tangerang. Singkat kata: belum ada orang Tionghoa yang bertempat tinggal (menetap) di Tangerang.
Orang-orang Tionghoa umumnya tinggal di kota Batavia (Jakarta) dan kota Bantam (Banten). Hanya beberapa keluarga orang Tionghoa yang tinggal di muara sungai Tjisadane, orang Belanda menyebutnya de Qual (asal kata Kuala?). Keluarga-keluarga Tionghoa di de Qual inilah yang melakukan perdagangan ke arah hulu sungai Tjisadane, bahkan hingga benteng (fort) Tangerang. Singkat kata: belum ada orang Tionghoa yang bertempat tinggal (menetap) di Tangerang.
Oprechte Haerlemsche courant, 18-07-1741 |
Orang-orang Tionghoa di Batavia mulai banyak berdagang ke Tangerang
sehubungan dengan selesainya pembangunan kanal Mookervaart (1887). Sejauh ini
orang-orang Tionghoa dan pekerja asal Tiongkok masih terpisah (belum berbaur).
Orang Tionghoa berada di de Qual, sedangkan pekerja Tiongkok berada di dalam
perkebunan-perkebunan Eropa/Belanda di sekitar daerah aliran sungai Tjisadane
dan seputar kanal Mookervaart. Hal ini berlangsung lama hingga terjadi apa yang
disebut pemberontakan Cina di Batavia (9 Oktober hingga 22 Oktober 1740).
Lantas apa dampaknya dengan Tangerang? Mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.