*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini
Dalam berbagai tulisan, narasi sejarah awal di Indonesia pada zaman kuno
kerap dikaitkan dengan (kebudayaan) Dongson. Namun yang menjadi pertanyaan
bagaimana cara menarik relasi kebudayaan Dongson (Vietnam) menyebar ke
pulau-pulai di Hindia Timur (baca: Indonesia) seperti Sumatra dan Jawa. Okelah,
itu satu hal. Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah bagaimana dengan eksistensi
kebudayaan di Indonesia seperti kebudayaan Batak dan kebudayaan Jawa. Lalu
setelah itu baru direlasikan apakah ada relasinya dengan kebudayaan Dongson
Sebuah tulisan di detikTravel berjudl ‘Mengapa
Budaya Batak dan Toraja Hampir Sama?’ yang ditulis oleh Ivonesuryani (Sabtu, 27
Jan 2018 10:53 WIB). Berikut isinya: Sang penulis bertanya ‘pernahkah traveler
memperhatikan bahwa ada kemiripan budaya antara suku Toraja dan suku Batak?
Jawaban ditemui di TB Silalahi Center, Balige. Pada bentuk tongkonan di Toraja
dan rumah bolon di Batak, tarian tortor dan rambu solo, serta penyebutan marga
yang mirip, misalnya marga Aritonang, Tobing, Pakpahan dan Pardede pada suku
Batak, pada suku Toraja ada marga Aitonam, Toding, Pahan dan Pirade. Saya
mengunjungi Museum Batak di dalam Komplek TB Silalahi Center, saya melihat sebuah
miniatur tongkonan (rumah adat Toraja) dan rasa penasaran muncul, mengapa ada tongkonan
di Museum Batak? Dalam, miniatur tongkonan tersebut ada tulisan menjelaskan
bahwa budaya Batak dan Toraja mirip dengan kebudayaan Dongson. Para ahli
sejarah berpendapat yang mengembangkan kebudayaan Dongson adalah bangsa
Austronesia di kawasan Vietnam (terletak di sepanjang aliran sungai Merah
berbatasan langsung Yunan, Cina Selatan). Lalu bangsa Austronesia ada menetap
di Filipina dan lainnya di Indonesia bagian barat. Pendatang gelombang pertama
disebut Proto Melayu (Melayu Tua) yang berkembang menjadi suku Batak, Toraja,
Nias, Mentawai dan Dayak. Dulu saya pikir kesamaan budaya suku Toraja di
Sulawesi Selatan dan suku Batak di Sumatera Utara hanya karena sinkronisasi dan
akulturasi budaya semata, tapi ternyata kedua suku tersebut memang memiliki
garis keturunan yang sama’. Itulah apa yang diketahui penulis dan lalu
menyimpulkannya sendiri.
Lantas mengapa kebudayaan Dongson? Seperti disebut di atas, antara budaya
Batak dan budaya Toraja disimpulkan relasinya budaya Dongson. Lalu mengapa
tidak kebudayaan Jawa? Dalam berbagai tulisan juga disebut Jawa juga memiliki
relasi dengan Dongson. Namun yang tetap menjadi pertanyaan mengapa (harus)
kebudayaan Dongson? Bukankah ada kebudayaan Jawa? Lalu apakah kebudayaan Jawa
kebudayaan baru, padahal manusia Jawa (homosaspiens) sudah ada sejak zaman
purba? Lalu bagaimana dengan kebudayaan India? Bagaimana semua itu harus
dimengerti? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan
dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe