Jumat, 26 November 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (256): Pahlawan Nasional Pertama Abdul Muis di Bandoeng; Sarikat Islam dan Surat Kabar Kaoem Kita

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pahlawan Nasional Abdoel Moeis adalah Pahlawan Indonesia yang pertama ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional. Mengapa bisa yang pertama, tentu saja menjadi menarik. Abdoel Moeis ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan SK tanggal 30 Agustus 1959 (pada awal era demokrasi terpimpin) ala Presiden Soekarno. Ini tidak lama setelah meninggalnya Abdoel Moeis pada tanggal 17 Juni 1959.

Abdoel Moeis (3 Juli 1886 – 17 Juni 1959) adalah seorang sastrawan, politikus, dan wartawan Indonesia. Dia merupakan pengurus besar Sarekat Islam dan pernah menjadi anggota Volksraad mewakili organisasi tersebut. Abdoel Moeis dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional yang pertama oleh Presiden RI, Soekarno, pada 30 Agustus 1959. Abdoel Moeis adalah seorang Minangkabau, putra Datuk Tumangguang Sutan Sulaiman. Ayahnya merupakan seorang demang yang keras menentang kebijakan Belanda di dataran tinggi Agam. Selesai dari ELS, Abdoel Moeis melanjutkan pendidikannya ke STOVIA (sekolah kedokteran, sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia).  (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Nasional Abdoel Moeis? Seperti disebut di atas, Abdoel Moeis adalah Pahlawan Indonesia yang pertama ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional. Lalu bagaimana sejarah Abdoel Moeis? Tentu saja sudah ditulis. Namun sejauh data baru ditemukan, narasi sejarah Abdoel Moeis haruslah dilengkapi. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 25 November 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (255):Pahlawan Indonesia Parada Harahap, Poenalie Sanctie, PPPKI; Hindia Belanda Jadi Indonesia Raya

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Banyak Pahlawan Indonesia, tetapi hanya sebagian kecil yang ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional. Salah satu Pahlawan Indonesia pada era awal pergerakan bangsa Indonesia adalah Parada Harahap yang menjadi Sekretaris PPPKI (1927-1928). Seperti halnya Pahlawan Indonesia lainnya seperti Abdoellah Lubis dan Abdoel Moeis dan Abdoel Rivai, dalam hal ini Parada Harahap juga berprofesi pada bidang jurnalistik. Seperti kata Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda (1898) bahwa pendidikan dan jurnalistik sama pentingnya: sama-sama mencerdaskan bangsa

Parada Harahap (15 Desember 1899-11 Mei 1959) adalah seorang jurnalis Indonesia. Ia dijuluki King of the Java Press karena kemauannya yang keras dan semangat belajarnya yang tinggi, baik secara otodidak maupun mengikuti kursus-kursus. Sejak bulan Juli 1914, ia bekerja sebagai leerling schryver pada Rubber Cultur My Amasterdam di Sungai Karang, Asahan. Karena kecerdasan dan daya ingatnya yang sangat baik Parada Harahap kemudian dapat menggantikan juru buku berkebangsaan Jerman. Selama bekerja di perkebunan itu Parada Harahap terus belajar supaya dapat berbicara bahasa Belanda membaca surat kabar De Sumatra Post dan surat kabar berbahasa Melayu seperti Benih Merdeka dan Pewarta Deli serta mempelajari tulisan-tulisan yang dimuat dalam surat kabar itu. Pada tahun 1917 dan 1918 Parada Harahap telah menulis dan membongkar kekejaman Poenale sanctie dan perlakuan di luar batas perikemanusiaan terhadap kuli-kuli kontrak yang dilakukan baik oleh tuan kebun maupun bawahannya. Karier jurnalisnya dimulai ketika ia menjadi staf redaksi surat kabar Benih Merdeka. Kemudian dia kembali ke kampung halamannya dan memimpin surat kabar Sinar Merdeka (1919) dan memimpin majalah Poestaha. Surat kabarnya sebagian besar mengkritik kebijakan pemerintahan kolonial Belanda akibat kesewenang-wenangan mereka selama di Hindia Belanda. Selama dua tahun di Padangsidempuan, ia telah 12 kali terkena delik pers serta berulangkalu keluar masuk penjara. Pada tahun 1922, ia pindah ke Batavia menerbitkan mingguan Bintang Hindia, Bintang Timur dan Sinar Pasundan. Pada saat itu ia mulai memakai nama samaran Oom Baron Matturepeck yang diambil dari bahasa Batak (berarti suara dari kertas). Selain itu, ia adalah satu-satunya orang pertama yang mendirikan Akademi Wartawan di Jakarta. pada masa pendudukan Jepang, dia dipercaya menjadi pemimpin redaksi Surat Kabar Sinar Baroe. Menjelang masa kemerdekaan pada tahun 1945, ia masuk dalam susunan anggota BPUPKI yang dibentuk oleh Jepang di Jakarta. Dalam hal ini, dia adalah satu-satunya anggota BPUPKI yang berasal dari etnis Batak  (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Indonesia Parada Harahap? Tentulah sangat menarik. Seperti disebut di atas, Parada Harahap, seorang jurnalis sejati yang menjadi inisiator pendirian supra organisasi kebangsaan PPPKI 1927. Lalu bagaimana sejarah Parada Harahap selengkapnya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.