*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Hasil karya terkenal Soetan Takdir Alisjahbana adalah
novel Layar Terkembang. Namun karya terpenting Soetan Takdir Alisjahbana adalah buku Tatabahasa
Baru Bahasa Indonesia. Kedua buku itu diterbitkan tahun 1936. Tatabahasa Bahasa
Indonesia Soetan Takdir Alisjahbana dapat dikatakan merujuk pada buku tatabahasa
Bahasa Malayu (Maleische Spraakkunst) karya Charles Adrian van Ophuijsen
(1908). Karya Charles Adrian van Ophuijsen merujuk pada tatabahasa Bahasa Batak
karya HN van der Tuuk (1857). Bagaimana bisa? Charles Adrian van Ophuijsen
adalah guru di sekolah guru Kweekschool Padang Sidempeoan 1881-1890 (lima tahun
terakhir sebagai direktur). Ayahnya adalah Controleur di Natal, Residentie
Tapanoeli (1853-1855).
Sutan Takdir Alisjahbana (STA) lahir di Natal
(Tapanoeli) 11 Februari 1908 (meninggal 17 Juli 1994) adalah seorang budayawan,
sastrawan dan ahli tata bahasa Indonesia. Ia juga salah seorang pendiri
Universitas Nasional, Jakarta. Ayahnya, Raden Alisyahbana gelar Sutan Arbi,
ialah seorang guru.[2] Kakek STA dari garis ayah, Sutan Mohamad Zahab, dikenal
sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan agama dan hukum yang luas. Ibunya,
Puti Samiah adalah seorang Minangkabau yang telah turun temurun menetap di
Natal, Sumatra Utara. Puti Samiah merupakan keturunan Rajo Putih, salah seorang
raja Kesultanan Indrapura yang mendirikan kerajaan Lingga Pura di Natal. Dari
ibunya, STA berkerabat dengan Sutan Sjahrir, perdana menteri pertama Indonesia.
Setelah lulus dari sekolah dasar pada waktu itu, STA pergi ke Bandung. STA
menikah dengan Raden Ajeng Rohani Daha (menikah tahun 1929 dan wafat pada tahun
1935); menikah dengan RA Rohani Daha dengan tiga anak yaitu Samiati
Alisjahbana, Iskandar Alisjahbana, dan Sofyan Alisjahbana. Tahun 1941, STA
menikah dengan Raden Roro Sugiarti (wafat tahun 1952) dengan dua anak yaitu
Mirta Alisjahbana dan Sri Artaria Alisjahbana. Istri terakhirnya, Dr. Margaret
Axer (menikah 1953 dan wafat 1994) dengan empat anak, yaitu Tamalia
Alisjahbana, Marita Alisjahbana, Marga Alisjahbana, dan Mario Alisjahbana. Putra
sulungnya, Iskandar Alisjahbana mantan Rektor ITB yang juga dikenal sebagai
"Bapak Sistem Komunikasi Satelit Domestik Palapa." Sofjan dan Mirta
Alisjahbana merupakan pendiri majalah Femina Group.(Wikipedia).
Lantas
bagaimana sejarah Sutan
Takdir Alisjahbana? Seperti disebut di atas, Sutan Takdir Alisjahbana
lahir di Natal (Tapanuli Selatan). Guru-gurinya di Natal adalah guru-guru
alumni Kweekschool Padang Sidempoean (para murid Chahles Adrian van Ophuijsen,
anak seorang Controleur di Natal 1853-1855). Sutan Takdir Alisjahbana berteman baik dengan Armijn
Pane (lahir di Moeara Sipongi, Tapanuli Selatan). Lalu bagaimana sejarah Sutan Takdir Alisjahbana? Seperti
kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.