Rabu, 01 Juni 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (625): Belitung-- Kalimantan Pernah Bersatu; Semenanjung Malaya Bangka, Karimata hingga Filipina?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ada gajah di Semenanjung Malaya dan ada juga gajah di Borneo Utara. Lalu apakah itu tidak menimbulkan pertanyaan? Idem dito, ada harimau di Sumatra dan ada juga harimau di Jawa. Lantas apakah tu tidak menimbulkan pertanyaan? Di Sumatra dan Semenanjung ada gajah dan juga ada harimau. Namun tidak ada harimau di Borneo dan juga tidak ada gajah di Jawa. Itu bukan aritmatika tetapi hanya aljabar sederhana. Nah, sekarang, kita membutuhkan jawaban sederhana terhadap pertanyaan yang rumit: apakah (pulau) Belitung dan Kalimantan pernah menyatu sebagai daratan? Jika itu dapat dijawab dengan iya, maka akan lebih mudah menjawab bahwa Semenanjung Malaya, Bangka dan Belitung dan Kalimantan bahkan hingga pulau-pulau di Filipina pernah bersatu.

Selat Karimata adalah selat luas yang menghubungkan Laut Natuna dengan Laut Jawa. Selat ini terletak di antara Pulau Sumatra dan Kalimantan di Indonesia. Lebar selat ini sekitar 207 km apabila diukur dari Kalimantan hingga Pulau Belitung. Belitung dipisahkan dari Pulau Bangka oleh Selat Gaspar. Bangka terletak dekat pesisir timur Sumatra yang dipisahkan oleh Selat Bangka. Kepulauan Karimata terletak di Selat Karimata. Pulau Karimata atau Pulau Karimata Besar adalah sebuah pulau yang merupakan pulau terbesar di Kepulauan Karimata. Pulau ini secara administratif terletak di dua desa di Kecamatan Kepulauan Karimata, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat (jarak 180 km dari ibu kota Kayong Utara di Sukadana. Catatan penjelajah Tiongkok yaitu Wang Dayuan serta catatan Xingcha Shenglan dari tahun 1436 menyebutkan mengenai Pulau Karimata sebagai salah satu tempat perdagangan tempurung penyu. Panduan pelayaran Tiongkok dari sekitar abad ke-15 atau 16 yaitu Shun Feng Hsiang Sung menyebutkan nama Pulau Karimata sebagai chi-ning-ma-na[-t'a dan chia-li-ma. Pada abad ke-17, Pulau Karimata menjadi wilayah pusat ekspor besi di bawah kekuasaan sebuah kerajaan yang berpusat di Sukadana. Pada masa itu, muncul ungkapan di Malaka mengenai senjata keris "yang bajanya berasal dari Karimata". Penambang dan pandai besi pun muncul di Karimata yang terus menjadi salah satu pusat perdagangan besi selama abad-abad setelahnya hingga sekitar awal abad ke-19 ketika persaingan muncul dari perdagangan Eropa dan Tiongkok. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Belitung dan Kalimantan Pernah Bersatu? Jika itu dapat dibuktikan, maka Semenanjung Malaya, Bangka, Kepulauan Karimata, Kalimantan hingga pulau-pulau di Filipina pernah bersatu. Seperti disebut di atas, posisi kunci dalam koneksi pulau-pulau ini sangat ditentukan oleh pulau-pulau Karimata di Selat Karimata. Lalu bagaimana sejarah sejarah Belitung dan Kalimantan Pernah Bersatu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Selasa, 31 Mei 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (624): Semua Orang di Indonesia adalah Indonesia, Semua Orang di Malaysia Sebut Melayu; Mengapa?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada masa kini, penduduk dari etnik Indonesia seperti Minangkabau, Angkola Mandailing, Banjar, Bugis dan Jawa serta Banjar, bagi Orang Indonesia tidak keberatan dianggap sebagai Orang Melayu, Namun semua orang Indonesia dianggap Melayu oleh Orang Malayu Malaysia tentulah mengundang reaksi. Fakta bahwa orang Jawa, orang Batak termasuk Angkola Mandailing jelas bukan orang Melayu. Sebab di Indonesia, meski berbeda-beda etnik mengakui sebagai Orang Indonesia. Dalam hal ini semua orang di Indonesia adalah Orang Indonesia, sebaliknya semua orang pribumi (di luar Cina, India dll) di Malaysia adalah Oranng Melayu. Mengapa begitu?

Masyarakat Melayu Malaysia adalah salah satu komponen dari bangsa Malaysia. Kebanyakan adalah penduduk setempat yang telah menghuni wilayah Semenanjung Tanah Melayu dan Pulau Borneo bagian barat laut. Masyarakat Melayu di Malaysia kebanyakan adalah sama dengan masyarakat Melayu yang berdiam di beberapa wilayah Indonesia, meskipun di beberapa wilayah merupakan kelompok tersendiri (misalnya di Sarawak, Sabah, Kedah, Terengganu atau Kelantan). Meskipun demikian, Undang-undang Dasar Malaysia memiliki batasan tersendiri mengenai kemelayuan di negara itu. Definisi Melayu adalah sebagai penduduk peribumi yang bertutur dalam bahasa Melayu, beragama Islam, dan yang menjalani tradisi dan adat-istiadat Melayu. Di Malaysia, penduduk pribumi dari keturunan suku-suku di Indonesia, seperti Minangkabau, Aceh, Bugis, Mandailing, Banjar, atau Jawa yang bertutur dalam bahasa Melayu, beragama Islam dan mengikuti adat-istiadat Melayu, semuanya dianggap sebagai orang Melayu (Anak Dagang) selain daripada Melayu Anak Jati yang berasal daripada Tanah Melayu itu sendiri. Bahkan orang bukan pribumi yang berkawin dengan orang Melayu dan memeluk agama Islam juga diterima sebagai orang Melayu. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah semua orang di Indonesia adalah Orang Indonesia, sebaliknya semua orang pribumi (di luar Cina, India dll) di Malaysia adalah Oranng Melayu? Seperti disebut di atas, sikap dan kebijakan pemerintah di Malaysia dan di Indonesia berbeda soal perihal kebangsaan. Lalu bagaimana sejarah semua orang di Indonesia adalah Orang Indonesia, sebaliknya semua orang pribumi (di luar Cina, India dll) di Malaysia adalah Oranng Melayu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah Menjadi Indonesia (623): Kedah di Semenanjung Malaya; Daya Pencarian Situs Zaman Kuno Era Semenanjung Chersonesus

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah Kedah, khususunyta Keah zaman kuno (Kedah Tua) sudah banyak ditulis. Dengan mengacu pada tulisan-tulisan itu, dalam artikel ini, dihubungkan dengan peta zaman kuno Ptolomeus abad ke-2. Peta zaman kuno itu disebut semenanjung Aurea Chersonesus. Sejumlah ahli telah meyakini peta semenanjung itu kini adalah Semenanjung Malaya (negara Malaysia).

Kerajaan Kedah Tua merupakan salah satu kerajaan awal terkenal yang terletak di Semenanjung Tanah Melayu. Ia juga dikenali sebagai Kataha, Kadaram, Sai, Kalah, Kalah Bar dan Kalagram. Menurut catatan I-Tsing (Yijing, 635-715, sami di Dinasti Tang) dari negara China, Kedah Tua juga disebut sebagai Cheh-Cha / Chiecha dalam rekod Cina). Kerajaan Kedah Tua diasaskan pada abad ke 2. Pada peringkat awal, Sungai Mas merupakan pelabuhan utama tetapi kemudian dipindah ke Lembah Bujang. Masyarakat Kedah Tua menghasilkan barang perdagangan seperti rotan, damar, kayu cendana dan gading gajah. Kedah Tua dipengaruhi oleh agama Buddha dan seterusnya diikuti oleh agama Hindu, pengaruh Hindu-Buddha ini boleh dibuktikan melalui peninggalan candi yang terletak di Lembah Bujang. Gunung Jerai telah menjadi petunjuk atau panduan kepada pedagang luar untuk singgah di pelabuhan Lembah Bujang ataupun di Sungai Mas. Pelabuhan Kedah Tua telah menjadi tempat penukaran barang, tempat persinggahan dan tempat membaiki kapal pelayar dan pedagang dari Arab, India, Sri Lanka, Parsi dan Eropah sebelum mereka meneruskan perjalanan mereka ke Timur. Ia juga menjadi pusat perdagangan pelbagai hasil tempatan yang dikumpul oleh penduduk tempatan seperti bijih timah, emas, beras, lada hitam, gading, damar, rotan, tanduk dan sebagainya. Walaupun ia adalah sebuah kerajaan samudera tetapi juga menjadi pengeluar padi terkenal kerana dikurniakan tanah pamah yang rata dan luas. Kerajaan Kedah Tua mencapai zaman kegemilangan semasa pemerintahan Sultan al-Mutawakil (847-861). Ini dapat dibuktikan melalui penemuan wang perak pada zaman Sultan, manik yang dibawa dari negara India dan barangan kaca dari Timur Tengah. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Kedah di Semenanjung Malaya yang dapat dihubungkan dengan upaya pencarian situs zaman kuno era semenanjung Aurea Chersonesus? Seperti disebut di atas, banyak ahli yang menyatakan Kedah adalah pusat peradaban awal di Semenanjung dengan berdeirinya kerajaan tua di kawasan. Lalu bagaimana sejarah Kedah di Semenanjung Malaya yang dapat dihubungkan dengan upaya pencarian situs zaman kuno era semenanjung Aurea Chersonesus? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 30 Mei 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (622): Ras Rasial dan Rasialisme Sejak Era Hindia Belanda; Suku Agama Ras Antar Golongan (SARA)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Praktek rasial itu tetap hidup sepanjang masa bahkan hingga ini hari. Di satu sisi makna rasial terus bergeser di sisi lain para pendukung anti rasis telah berhasil menekan jumlah orang-orang rasis. Praktek rasial mengemukan sejak kehadiran orang Eropa di Hindia. Praktek rasial ini melekat lekat pada orang Belanda (agak berbeda dengan orang Portugis). Kerjasama orang Belanda dengan semua kerajaan/kesultanan penyakit menular ini berjangkit diantara orang kraton. Lalu muncul gerakan anti rasial. Orang-orang Belanda melawan perbudakan (praktek rasial diantara penduduk) tetapi orang Belanda masih membedakan dirinya dengan orang pribumi dalam berbagai aspek.

Rasialisme adalah suatu penekanan pada ras atau pertimbangan rasial. Kadang istilah ini merujuk pada suatu kepercayaan adanya dan pentingnya kategori rasial. Dalam ideologi separatis rasial, istilah ini digunakan untuk menekankan perbedaan sosial dan budaya antar ras. Walaupun istilah ini kadang digunakan sebagai kontras dari rasisme, istilah ini dapat juga digunakan sebagai sinonim rasisme. Penganut paham rasialisme, yang sering disebut rasialis, sering mengutip karya akademik kontroversial seperti Race, Evolution and Behavior karya J. Philippe Rushton, IQ and the Wealth of Nations karya Richard Lynn, serta The Bell Curve karya R.J. Herrnstein dan Charles Murray. Jika istilah rasisme umumnya merujuk pada sifat individu dan diskriminasi institusional, rasialisme biasanya merujuk pada suatu gerakan sosial atau politik yang mendukung teori rasisme. Pendukung rasialisme menyatakan bahwa rasisme melambangkan supremasi rasial dan karenanya memiliki maksud buruk, sedangkan rasialisme menunjukkan suatu ketertarikan kuat pada isu-isu ras tanpa konotasi-konotasi tersebut. Para rasialis menyatakan bahwa fokus mereka adalah pada kebanggaan ras, identitas politik, atau segregasi rasial. Organisasi seperti NAAWP (National Association for the Advancement of White People) di Amerika Serikat, berkeras mengenai perbedaan tersebut, dan mengklaim bahwa mereka justru menentang segala bentuk rasisme. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah ras, rasial dan rasialisme di Indonesia sejak era Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, praktek rasial itu tetap eksis dalam kadar yang berbeda-beda hingga ini hari. Lalu bagaimana sejarah ras, rasial dan rasialisme di Indonesia sejak era Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah Menjadi Indonesia (621): Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-en Volkenkunde; Kon.Ins.voor Taal, Land en Volken.(KITLV)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV) adalah lembaga (kerajaan) Belanda yang dibentuk sejak era Hindia Belanda. KITLV ini masih eksis hingga ini hari. Lembaga ini pada era Republik Indonesia dibuka cabangnya di Jakarta (tetapi kini telah ditutup). Dalam hal ini apa keutamaan KITLV? Yang jelas nama lembaga ini bersamaan dengan terbitnya jurnal/majalah yang diterbitkan di Hindia Belanda yang diberi nama Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-en Volkenkunde.

 

Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Indonesia: "Lembaga Ilmu Bahasa, Negara dan Antropologi Kerajaan Belanda" dan Inggris: Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies) atau sering disingkat KITLV adalah sebuah lembaga ilmiah yang didirikan pada tahun 1851. Tujuan utamanya ialah penelitian ilmu antropologi, ilmu bahasa, ilmu sosial, dan ilmu sejarah wilayah Asia Tenggara, Oseania dan Karibia. Wilayah-wilayah ini merupakan wilayah penelitian sebab di terletak bekas jajahan Belanda dan juga wilayah Kerajaan Belanda yaitu Indonesia, Suriname, Antillen Belanda, dan Aruba. Perpustakaan KITLV di Leiden, Belanda memiliki koleksi lengkap buku-buku, naskah-naskah manuskrip, dan bentuk dokumentasi lainnya. Majalah terkenal yang diterbitkan oleh KITLV adalah Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde. Jurnal ilmiah ini menerbitkan artikel-artikel tentang pengetahuan bahasa, antropologi dan geografi, terutamanya tentang Indonesia modern, dan sudah diterbitkan 161 tahun. Walaupun judul majalah itu dalam bahasa Belanda, kebanyakan artikel dikarang dalam bahasa internasional yaitu bahasa Inggris sekarang. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah jurnal/majalah Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-en Volkenkunde dan Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde? Seperti disebut di atas, keduanya lahir relatif bersamaan. Lalu bagaimana sejarah jurnal/majalah Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-en Volkenkunde dan Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Minggu, 29 Mei 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (620): Semenanjung Chersonesus dan Pulau Taprobana Peta Era Ptolomeus Abad ke-2; Daratan Menyempit dan Kemudian Meluas

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Apakah Teori Sundaland terbukti? Jika tidak terbukti, Teori Sundaland telah membutatan mata kita untuk melihat bentuk yang lain tentang sebaran pulau-pulau di Indonesia. Dalam hal ini Teori Sundaland adalah satu hal. Hal yang lain yang ingin dibuktikan dalam artikel ini adalah Teori Semenanjung Chersonesus dan Teori Pulau Taprobana.

Dalam artikel ini Teori Sundaland ditolak. Sebaliknya dipromosikan Teori Semenanjung Chersonesus dan Teori Pulau Taprobana. Pada artikel lain dalam blog ini telah dibuktikan bahwa dimana posisi pulau Taprobana yang dibicarakan hampir dua ribu tahun sejak era Ptolomeus abad ke-2, sejatinya adalah pulau Kalimantan. Idem dito dengan Teori Pulaiu Taprobana, bahwa Teori Semenanjung Chersonesus masih terus diperdebatkan bahkan hingga ini hari. Seperti pada ertikel sebelum ini telah dideskripsikan bahwa pulau Jawa dan Sumatra pernah bersatu dengan daratan Asia (di wilayah Burma). Dalam artikel ini Teori Semenanjung Chersonesus membuktikan bahwa posisi GPSnya di masa lampau adalah Semenanjung Bangka (sebelum terbentuk Semenanjung Malaya). Teori Semenanjung Bangka telah diuraikan pada artikel lain dalam blog ini.

Lantas bagaimana sejarah Semenanjung Chersonesus pada Era Ptolomeus abad ke-2? Seperti disebut di atas, ada dua peta masa lalu Semenanjung Chersonesu dan Pulau Taprobana masih mendapat perhatian hingga masa ini dimana posisi GPS-nya. Seperti dilihat nanti disimpulkab bahasa Semenanjung Chersonesus adalah Semenanjung Bangka (sebelum terbentuknya Semenanjung Malaya). Lalu bagaimana sejarah Semenanjung Chersonesus pada Era Ptolomeus abad ke-2? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..