*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Kegiatan tulis menulis tidak selalu linier. Itu juga
terjadi dalam pers(uratkabaran). Pers berbahasa Melayu, sebenarnya dimulau oleh
orang-orang Belanda, tetapi kemudian dikembangkan oleh orang Cina dan orang
Batak. Pers berbahasa Melayu adalah surat kabar dan majalah yang menggunakan bahasa
Melayu. Ini mengindikasikan pada awal orang Melayu sendiri belum terlibat dalam
pers berbahasa Melayu. Orang-orang Melayu di Semenanjung Malaya bahkan belum
kenal ap aitu pers berbahasa Melayu.
Surat kabar di Nusantara (Indonesia, Malaysia, Singapoera dan Filipina serta lainnya) bermula di Batavia (kini Jakarta). Dengan mengabaikan surat kabar pada era VOC/Belanda, surat kabar di Batavia dimulai pada tahun 1810. Surat kabar pertama ini berbahasa Belanda. Setelah Batavia kemudian baru muncul di Soerabaja. Semarang dan Padang. Seiring dengan pertumbuhan surat kabar di Indonesia (baca: Hindia Belanda), mulau muncul jurnal/semi/ilmiah di Batavia kemudian disusul di Singapoera (berbahasa Inggris) dan di Manila (berbahasa Spanyol). Surat kabar berbahasa Melayu muncul pertama di Soerabaja pada tahun 1853. Lalu kemudian menyusul di Padang dan Batavia. Pada awal pertumbuhan pers berbahasa Melayu ini mulai muncul surat kabar berbahasa Inggris di Singapoera dan berbahasa Spanyol di Manila. Hingga sejauh ini pers berbahasa Melayu (di Hindia Belanda) masih dikelola oleh orang-orang asing (Belanda dan Jerman). Pada tahun 1895 di Padang seorang pribumi (orang Batak) mulai aktif sebagai editor dalam surat kabar berbahasa Melayu. Lalu bagaimana dengan orang-orang Cina.
Lantas bagaimana sejarah pers berbahasa Melayu dikembangkan orang Cina dan orang Batak? Seperti disebut di atas, pers berbahasa Melayu awalnya orang asing tetapi kemudian menysul yang pertama orang pribumi dan orang Cina. Lalu bagaimana sejarah pers berbahasa Melayu dikembangkan orang Cina dan orang Batak? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.