Titik singgung sungai Ciliwung dan Cisadane |
Mengenal Sejarah Tata Ruang Sosial Ekonomi Depok, Bogor (Buitenzorg), Jakarta (Batavia) dan Bandung (Preanger) serta Wilayah Lainnya di Indonesia (Nederlandsch Indie)
Minggu, 25 Desember 2016
Sejarah Jakarta (15): Buitenzorg Ibukotanya Blubur, Sejarah Kota Bogor yang Sebenarnya
Sabtu, 24 Desember 2016
Sejarah Jakarta (14): Jalan Pos, Cikal Jalan Raya; Titik Nol Casteel Batavia. Pos Pertama di Bidara Tjina
Bataviasche koloniale courant, 05-01-1810 |
Jumat, 23 Desember 2016
Sejarah Jakarta (13): Nama-Nama Kampong Tempo Doeloe di Batavia (Jakarta)
*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Beberapa tahun sebelumnya sudah dicatat nama-nama kampong di Batavia dan sekitar (berdasaekan Almanak 1815). Di Batavia dimana terkonsentrasi orang-orang Cina dikepalai oleh seorang Majoor (Lie Tieuwko) dan dibantu oleh enam luitenant. Untuk pemimpin pribumi adalah Majoor orang Moor (Haied Lebe Ibnoo Candoo), Komanadan orang Bali di Kampong Krokot (Mohamad Japar Jenal Babandam), di Kampong Ankay (Mohamad Jedar Ismael Soojara), di Kampong Pakojan (Bojeng Abdoel Majeed), di Gustee Ankay (Mohaad Ching). Tampaknya orang-orang Bali yang sudah ada sejak awal era VOC sudah beragama Islam. Komandan orang Makassar dan orang Busgis di kampong Patooakan dan kampang Bugis (Kamalodin), di kampong Jacatra dan kampong Macassar (Abdoel Manap).Komandan orang Malajoe di kampong Malajoe (Jaman Andoella). Komandan orang Ambon di kampong Ambon (Mohamad AbdoelKadeer), Komandan orang Sumbawa di kampong Tambora (Baharan). Komandan orang Paranakan (Chinese Natives of Batavia) adalah Alimoedin. Komandan orang Jawa di kampong Manggadoea (Abdoel Somad), di kampong Patoeakan (Mohamad Sahedan) dan di kampong Loear Batang (Hauwas Kertjaya). Dari daftar ini jelas bahwa penduduk pribumi di Batavia dan sekitar dominan orang-orang yang berasal dari Jawa, Bali, Makassar, Bugis, Sumbawa, Melayu dan Ambon. Mereka ini umumnya adalah pasukan pribumi pendukung militer VOC yang tidak kembali ke kampong asal dan menetap di Batavia dan sekitar dengan membuka lahan pertanian (yang menjadi cikal bakal munculnya nama-nama kampong tersebut). Mereka inilah bersama orang Moor dan orang Paranakan (Cina) plus orang Soenda yang datang dari pedalaman yang mendukung terbentuknya komunitas pribumi awal di Batavia (yang boleh dikatakan sebagai orang Betawi yang sekarang).
Dalam perkembangannya nama-nama kampong yang teridentifikasi di Batavia dan sekitar semakin banyak (lihat Peta 1825):
Senin, 19 Desember 2016
Willem Iskander (3): ‘Iskander Effect’, Mengubah Pandangan Pemerintah tentang Pendidikan Pribumi di Jawa
Willem Iskander |
Willem Iskander (2): Mendirikan Kweekschool Tanobato (1862), Sekolah Guru Terbaik di Hindia Belanda
Nieuwe Rotterdamsche courant:, 27-07-1861 |
Minggu, 18 Desember 2016
Willem Iskander (1): Pionir Pendidikan Indonesia; Pribumi Pertama Studi ke Belanda (1857)
Willem Iskander adalah pionir pendidikan Indonesia. Willem Iskander tidak hanya orang Indonesia satu-satunya yang memiliki guru berlisensi Eropa tetapi juga mampu mendirikan sekolah guru (kweekschool) terbaik pada era Hindia Belanda di kampungnya di Tanobato, afdeeling Mandailing en Angkola. Willem Iskander meminta perhatian pemerintah untuk mengirim guru studi ke Belanda agar pendidikan di Jawa yang jauh tertinggal dapat lebih berkembang.