*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Soekarno
lahir sejatinya sudah ‘orang Indonesia’. Semasa sekolah, Soekarno berada di
lingkungan diantara anak-anak Belada di HBS Soerabaja dan anak-anak pribumi
yang tergabung dalam Jong Java. Sejak nama Indonesia ‘diproklamasikan’--oleh
para mahasiswa pribumi di Belanda yang tergabung dalam Indische Vereeniging
dalam Kongres Hindia di Belanda tahun 1917—Soekarno yang masih sekolah di HBS Soerabaja
mulai memahami arti Indonesia. Soekarno dan Mohamad Thabrani menyuarakannya pada
waktu kongres Jong Java di Soerabaja.
Soekarno lahir 6 Juni 1901 di Peneleh, Surabaya, dengan nama Koesno. Ayah Raden Soekemi Sosrodihardjo (1873–1945) dan ibu Ida Ayu Nyoman Rai (1881–1958). Raden Soekemi seorang guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja. Nyoman Rai merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan beragama Hindu, sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama Islam. Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini sebelum Soekarno lahir. Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung. Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke Mojokerto, mengikuti orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut. Di Mojokerto, ayahnya memasukkan Soekarno ke Eerste Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja. Pada Juni 1911 Soekarno pindah ke ELS. Pada tahun 1915, melanjutkan ke HBS di Surabaya. Soekarno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Dharmo organ muda Budi Utomo. Nama organisasi tersebut kemudian ia ganti menjadi Jong Java pada 1918. Soekarno aktif menulis di "Oetoesan Hindia" dipimpin Tjokroaminoto. Tamat HBS Soerabaja bulan Juli 1921, Soekarno melanjutkan ke THS (kini ITB), setelah dua bulan dia meninggalkan kuliah, tetapi tahun 1922 mendaftar kembali dan tamat tahun 1926 (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah Soekarno studi di Technischehoogeschool di Bandoeng? Seperti disebut di atas, Soekarno bergaul dengan beragam suku/bangsa. Di kampus ada temannya seperti Anwari, Tupamahu, di luar kampus yang bekerja di pers antara lain Parada Harahap, Mohamad Thabrani dan WR Soepratman. Bagaimana dengan mahsiswa pribumi di Belanda? Lalu bagaimana sejarah Soekarno studi di Technischehoogeschool di Bandoeng? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.