Minggu, 21 Juni 2020

Sejarah Lombok (14): Sejarah Dompu, Tetangga Tambora; Mengapa Nama Pulau Sumbawa, Bukan Dompu atau Bima?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini 

Berdasarkan peta-peta lama, nama pulau Sumbawa ditulis dengan nama Cumbava, suatu pulau yang dibedakan dengan pulau Lombok. Pada peta yang lebih baru (Peta 1675) nama-nama tempat di pulau Sumbawa hanya diidentifikasi di pantai utara pulau (seperti halnya di pulau Lombok dan pulau Bali). Apa yang menjadi dasar penamaan pulau tersebut dengan nama Sumbawa? Apakah nama suatu tempat atau nama suatu (yang menjadi) kerajaan? Dalam kisah lama (Pararaton) tidak menyebut nama Sumbawa, tetapi hanya menyebut Dompo [Dompu] dan Gurun. Sejumlah penulis menginterpretasi Gurun adalah Lombok.

Peta 1675
Nama Lombok sudah diidentifikasi di dalam laporan ekspedisi pertama Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman (1597). Seperti yang terdapat pada Peta 1660 (atau sebelumnya) nama Sumbawa diidentifikasi untuk menunjukkan pulau di timur pulau Lombok. Dalam catatan Kasteel Batavia (Daghregister) terdapat nama-nama kerajaan Bima, Dompu, Tambora dan Sumbawa. Namun anehnya, nama Lombok atau Selaparang tidak terdapat dalam catatan Kasteel Batavia. Why? Perdagangan dari Lombok (Selaparang) menjadi feeder untuk pelabuhan-pelabuhan di Bima, Dompu, Tambora dan Sumbawa (serta Bali).

Pertanyaannya: Jika nama Dompu yang disebut pertama, lalu mengapa nama pulau disebut Sumbawa? Pada era VOC nama Dompu dan Sumbawa adalah nama-nama kerajaan sebagaimana kerajaan-kerajaan Bima dan Tambora. Okelah itu satu hal. Hal lain yang menjadi perhatian adalah bagiamana sejarah Dompu? Untuk enambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Peta 1660
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*. Peta 1660 Peta 1675

Nama Dompu

Dimana posisi GPS kerajaan Dompu di era Belanda (VOC) berbeda pada era Portugis. Semua penulis-penulis pada masa kini, mengidentifikasi letak kerajaan Bima berada di teluk Bima. Namun jika memperhatikan peta-peta Portugis, kerajaan yang berada di teluk Bima tersebut adalah kerajaan Dompu. Tampaknya, kerajaan Bima yang berada di depan (pantai utara) telah mengakuisisi wilayah kerajaan Dompu (di teluk Bima) dan kerajaan Dompu sendiri bergeser ke belakang (ke arah pantai barat). Kerajaan Tambora juga telah diakusisi kerajaan Bima, dan kerajaan Tambora relokasi ke wilayah eks kerajaan Bima.

Pulau Sumbawa (Peta Portugis)
Sumber Belanda tidak selalu cukup untuk menjelaskan latar belakang sejarah nama-nama tempat dan pulau di Indonesia. Sumber-sumber Portugis dan Inggris dapat digunakan untuk melengkapi sumber-sumber Belanda. Belanda dan Inggris di nusantara adalah sejaman, Sedangkan Portugis hampir satu abad lebih awal. Sumber-sumber Portugis juga menjadi rujukan Belanda dan Inggris. Orang Portugis sangat piawai dalam pembuataan peta-peta awal, termasuk peta Bali, Lombok dan Soembawa. Pulau Sumbawa (Peta Portugis)

Pada peta Portugis (yang disalin pada awal era VOC/Belanda), posisi GPS kerajaan Dompu berada di muara sungai di pantai utara pulau Soembawa (di sebelah timur teluk). Sementara kerajaan Bima juga berada di pantai utara (sebelah barat teluk).

Pulau Sumbawa (Now)
Mengapa terjadi posisi kerajaan Bima, kerajaan Tambora dan kerajaan Dompoe, besar dugaan terjadi pada awal era VOC. Besar dugaan VOC telah membantu kerajaan Bima dalam perang melawan kerajaan Dompoe. Akibatnya posisi kerajaan Bima dipindahkan ke teluk, sementara kerajaan Dompoe telah relokasi ke pedalaman, wilayah yang telah ditinggalkan oleh Portugis. Menghilangnya Portugis di pulau Somebawa diduga telah diusir oleh VOC (Portugis hanya tersisa di Timor). Kerajaan Tambora juga telah ditaklukkan oleh kerajaan Bima. Kerajaan Tambora relokasi ke wilayah yang marjinal di barat kerajaan Bima (sekitar gunung—Tambora). Kerajaan Sanggar juga telah ditaklukkan kerajaan Bima. Berdasarkan peta Portugis tersebut, kerajaan Sanggar menempati wilayah eks kerajaan Bima. Eks kerajaan Sanggar inilah yang kemudian ditempati oleh kerajaan Tambora. Boleh jadi latar belakang inilah yang menyebabkan kemudian hubungan antara pemerintah VOC dan kerajaan Bima sangat intim. Kerajaan Bima telah ditinggikan posisinya di kawasan (pulau Soembawa). Kejayaan kerajaan Dompo, Tambora dan Soembawa di era Portugis telah meredup dan kerajaan yang berjaya kemudian hanya kerajaan Bima (era VOC).

Lalu kapan perubahan-perubahan tersebut terjadi? Besar dugaan sebelum Belanda berhasil menaklukkan Portugis di (pulau) Timor. Belanda pada tanggal 20 April 1613 telah menaklukkanPortugis di pantai barat daya Timor (lihat Verhandelingen van het Bataviaasch genootschap, der konsten en weetenschappen, 1781). Disebutkan penaklukkan Portugis ini terjadi di Fort Concordia di kampong Copuang [Kupang]. Sehubungan dengan penalukkan Timor barat daya ini, Portugis telah memindahkan pos utamanya dari Lisao ke Dilli.

Kerajaan Dompu (Peta 1681)
Pada awal kehadiran Belanda di Hindia, sejumlah pertempuran antara Belanda dan Portugis terjadi, Pertempuran pertama di Amboina pada tahun 1605. Besar dugaan Belanda telah mengusuir Portugis di pulau Soembawa antara tahun 1605 dan 1613. Sebagaimana diketahui Belanda merelokasi pos utamanya dari Amboina pada tahun 1619 dengan membangun benteng kasteel Batavia di muara sungai Tjiliwong (Batavia). Sejak di Batavia inilah Belanda (VOC) semakin digdaya dan mampu bersaing dengan Portugis. Pada tahun 1644 VOC juga berhasil mengalahkan Portugis di Malaka. Praktis Portugis hanya menyisakan Timor (timur). Sebelumnya, pada ekspedisi Cornelis de Houtman pada tahun 1597 telah melakukan perjanjian dengan (kerajaan) Bali. Dari Bali semua pengetahuan Belanda untuk menguasai seluruh pulau-pulau Soenda kecil (kecuali bagian timur pulau Timor) dimulai. Pada ekspedisi Belanda kedua (1598) ekspedisi tidak hanya memetakan kembali Lombok (teluk Lombok) juga pantai utara pulau Sumbawa (termasuk teluk Bima dan pulau Sangeang).

Pada peta yang dibuat tahun 1681 pulau Soembawa dipetakan secara lebih detail. Semua pantai-pantai utara pulau telah diukur kedalaman lautnya. Ini berarti ukuran kedalaman laut di teluk (Bima) dapat diperbanding dengan pengukuran tahun 1598. Pada Peta 1681  kerajaan-kerajaan yang diidentifikasi adalah Bima, Tambora, Dompoe dan Pekat. Kerajaan Soembawa dan kerajaan Sape tidak diidentifikasi sebagai kerajaan. Nama Soembawa hanya diidentifikasi sebagai negorij (kampong) Soebawa (berada di pedalaman kota Sumbawa Besar yang sekarang). Letak geografis kerajaan-kerajaan yang diidentifikasi pada Peta 1681 itu persis seperti peta-peta selanjutnya (hingga sekarang).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Karajaan Dompu pada Era VOC

Tunggu deskripsi lengkapnya

Karajaan Dompu dan Gunung Tambora (1815)

Semua kerajaan-kerajaan di pulau Sumbawa semasa era VOC sangat makmur. Perdagangan sangat hidup yang berpusat di pelabuhan Bima (tempat dimana residen berada). Namun menjadi hari kelam bagi semua kerajaan-kerajaan di pulau Soembawa saat terjadinya letusan gunung Tambora (di kerajaan Tambora). Kerajaan Dompo yang bertetangga dekat dengan kerajaan Tambora memiliki dampak yang kurang lebih sama. Hancur.

Pemerintah VOC dibubarkan pada tahun 1799. Kerajaan Belanda membentuk Pemerintah Hindia Belanda. Namun belum sepenuhnya pembentukan cabang-cabang pemerintah efektif, dan perdagangan antara Batavia dengan pulau-pulau di luar Jawa, terjadi pendudukan Inggris pada tahun 1811. Seperti pada era VOC, di Bima ditempatkan pejabat pemerintah setingkat residen. Pada bulan April 1815 terjadi letusan gunung Tambora.

Menurut pendataan yang dilakukan yang dirangkum oleh Jung Huhn menyatakan bahwa hanya tersisa sebanyak 40 orang penduduk kerajaan Dompu (lihat Java, zijne gedaante, zijn plantentooi en inwendige bouw, 1853-1854). Disebutkan dua kerajaan yang terdekat dengan TKP yakni kerajaan Pekat dan kerajaan Tamboro hanya survive tiga orang dan kerajaan Soembawa penduduknya yang selamat tidak lebih dari 26 orang.

Selain penduduk yang tersisa dari empat kerajaan di sekitar gunung Tambora ini sangat sedikit, sejumlah tertentu penduduk dari empat kerajaan ini pada saat kejadian berada di luar wilayah apakah karena tengah berdagang atau karena bertugas membantu pemerintah pendudukan Inggris. Sejak era VOC, penduduk dari lima kerajaan yang berada di pulau Sumbawa sudah ada yang berdomisili di Batavia atau tempat-tempat lain.

Kebudayaa Dompu yang telah terbentuk ratusan tahun (bahkan sejak era Majapahit) telah hilang terkubur seiring dengan hilangnya ribuan penduduk (kerajaan) Dompu. Tidak hanya penduduk yang hilang kekayaan penduduk kerajaan Dompu juga turut hilang, sebagian sebagian terbakar dan sebagian terkubur di bawah lapiran debu yang sangat tebal.

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

3 komentar:

  1. Satu paparan yang menarik dan menggugah tetapi menggelitik. Sayangnya hanya didasarkan pada peta buatan Portugis dan Belanda. Bila mengkaji dokumen-dokumen kuno Naskah BO Bima , kita akan mendapatkan penjelasan atas dugaan-dugaan yang disajikan. Informasi dari Tome Pires pada dasawarsa kedua abad ke-16 yang diangkat A. Cortesao dalam " The Summa Oriental of Tome Pires " menyebut daerah Bima dengan : PULAU BIMA. Kalau mendasarkan kesimpulan kita sekalipun dalam bentuk dugaan, tentu disimpulkan, keberadaan daerah Bima pada sebuah pulau yang terpisah dari Dompu dan Sumbawa. Begitu pula kalau mendasarkan pada peta Portugis dan Belanda masa lalu.

    BalasHapus
  2. Dikatakan:" Dalam kisah lama (Pararaton) tidak menyebut nama Sum-bawa, tetapi hanya menyebut Dompo [Dompu] dan Gurun. Sejumlah penu-lis menginterpretasi Gurun adalah Lombok " . Pernyataan yang keliru karena dalam Pupuh XIV kitabNegara Kretagama Mpu Prapanca disebutkan nama-nama negeri wilayah timur antara lain: " ...Gurun serta Sukun, Taliwang , Pulau Sapi, Dompo, Sang Hyang Api, Bima, Seran, Hutan Kadali, Pulau Gurun (Lombok Merah), Sasak ....". Hutan Kadali [ sekarang Utan], Taliwang dan Seran [ Seteluk ] adalah Sumbawa. Mungkin yang dimaksudkan adanya kata "SUMBAWA" secara harfiah. Apakah harus demikian padahal raja -raja kerajaan Taliwang juga menjadi raja Kesultanan Sumbawa berganti dengan Kedatuan Jereweh , Seran dan Alas ?.

    BalasHapus
  3. Bung Tetakahayan, sejarah lama nusantara harus memisahkan ketika kehadiran orang Eropa (sejak Portugis) dan sebelumnya hingga ke belakang (Islam dan Hindoe Boedha). Pemetaan tentulah sudah ada sejak navigasi kuno, tetapi peta-peta Hindia Timur (nusantara), secara geografi, baru dimulai pada era Portugis (karena dibutuhkan para ahli geografi dan kartografi di Eropa). Sejak Portugis ini pengetahuan geografi terakumulasi, yang juga kemudian digunakan para pelaut-pelaut Belanda (dan terus diupdate). Hal itulah mengapa landasan analisis (peta) geografis hanya (valid) didasarkan pada peta-peta yang dipublis di Eropa.
    Jika mengurutkan waktu, berdasarakan peta-peta itu maka yang muncul adalah identifikasi nama geografi (pulau atau tempat) dalam peta berdasarkan keutamaannya (posisi relatif dari yang lain). Akibatnya ada satu masa suatu nama muncul, tetapi pada masa berikutnya hilang dan yang diidentifikasi nama yang lain (yang mungkin lebih penting dalam navigasi pelayaran perdagangan). Sementara itu, untuk sekadar menambahkan bahwa pada periode sebelum Eropa ini data geografis sangat minim--selain tidak terakumulasi (berkisanambunga), kita hanya mengandalkan sumber yang terbatas seperti naskah kuno (Negarakertagama era Majapahit dan yang lebih muda Bo Sangaji Kai era pedagang Moor dan Portugis) dan prasasti-prasasti seperti Wadu Tunti dan prasasti yang lebih tua Seko (Toraja), Minahasa dan Laguna (Filipina) plus Flores. Mengapa saya daftar nama-nama prasasti ini karena terkait satu sama lain karena (pulau Sumbawa) ada hubungannya dengan jalur navigasi pelayaran perdagangan yang lebih tua dari utara (Filipina, Sulawesi dan Maluku). Jalur dari barat (Jawa) dapat dikatakan lebih muda. Dengan kata lain nama-nama seperti Bima dan Dompo (sudah eksis sebelum ekspansi perdagangan Majapahit ke arah timur seperti disebut dalam Negarakertagama). Prasasti Wadu Tunti sendiri saya duga muncul pasca Hindoe-Majapahit yakni dari arah Maluku yang sudah beragama Islam (Sang Haji-Sangaji dan Saparua). Dalam hal ini sebelum muncul pengaruh Majapahit di pulau (Sumbawa) sudah lebih dahulu eksis beberapa kerajaan—yang terkait dengan navigasi pelayaran perdagangan dari utara (Maluku, Sulawesi dan Filipina). Prasasti Laguna bertarih 900 M diduga terkait dengan Sumatra bagian utara (boleh jadi itu Kerajaan Aru).

    BalasHapus