Senin, 02 November 2020

Sejarah Kalimantan (53): Kota Balikpapan di Teluk Balikpapan, Kerajaan Kuno Jadi Kota Minyak; Kini Tetangga Jakarta Baru

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Timur di blog ini Klik Disini 

Kota Balikpapan yang sudah terkenal sejak lama, akan lebih terkenal lagi, Hal ini karena Kota Balikpapan (akan) menjadi tuan rumah atas kedatangan tetangga baru, Kota Jakarta Baru (ibu kota baru Republik Indonesia). Kota-kota Depok, Bekasi dan Tangerang sebelum menjadi lebih populer karena tetangga dari ibu kota Republik Indonesia (Jakarta), Seperti dapat dibaca dalam blog ini sejarah Depok, sejarah Bekasi dan sejarah Tangerang, maka tiba waktunya sejarah Kota Balikpapan ditulis.

Sebagai status Kota, kota Balikpapan sudah lama. Ini bermula pada tahun 1956 provinsi Kalimantan dimekarkan menjadi tiga provinsi: Kalimantan Selatan, Kalimantan Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur (lalu kemudian provinsi Kalimantan Selatan dimekarkan dengan membentuk provinsi Kalimantan Tengah). Pada tahun 1859 di wilayah Provinsi Kalimantan Timur dibentuk empat Kabupaten (Kutai, Pasir, Bulungan dan Berau) dan dua Kota. Dua kota tersebut adalah Samarinda dan Balikpapan. Kini di provinsi Kalimantan Timur sudah bertambah dua kota lagi yakni Tarakan dan Bontang.

Bagaimana sejarah Kota Balikpapan? Sudah barang tentu sudah ditulis. Namun sehubungan dengan adanya tetangga baru dari Jakarta, maka patut dihormati dengan menulis kembali sejarah Kota Balikpapan, Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Bagaimana permulaan itu dicatat kurang terinformasikan secara lengkap. Hal itu karena penggalian data terus dilakukan. Sejauh diteukan fakta dan data baru, maka penulisan sejarah Kota Balikpapan masih diperlukan. Dengan begitu, untuk menyambut tetangga baru, perlu disiapkan narasi baru Sejarah Kota Balikpapan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Balikpapan

Nama Balikpapan bukanlah baru, tetapi nama kuno. Paling tidak nama Balikpapan sudah diidentifikasi pada Peta 1657. Dalam peta ini nama Balikpapan diidentifikasi sebagai suatu kerajaan yang setara dengan kerajaan-kerajaan lain seperti Pasir, Kutai dan Berau. Peta ini dibuat jauh sebelum era Prancois Valentijn (1705-1725)..

Nama pulau Borneo sendiri diperkenalkan orang-orang Portugis yang kemudian mereka salin ke dalam peta-peta mereka. Orang Portugis kali pertama ke pulau di kota Boernai pada tahun 1521 di bawah pimpinan George Menesez. Peta Portugis pertama yang mengidentifikasi nama Borneo adalah peta pada tahun 1539. Nama Borneo merujuk pada kota pelabuhan yang mereka kunjungi. Orang Portugis sendiri sudah sejak 1511 di kota pelabuhan Malaka. Pelabuhan Boernai (Borneo) berada di bawah (yurisdiksi) kerajaan Aroe (lihat Mendes Pinto, 1535). Kerajaan Aroe berada di pantai timur Sumatra di daerah aliran sungai Barumun, Padang Lawas, Tapanuli pada masa sekarang.

Jelas dalam hal ini nama Balikpapan adalah nama kuno, nama suatu kerajaan di pantai timur pulau Borneo. Dalam Peta 1657 ini nama Balikpapan ditulis Billipapan, Peta ini dibuat seorang Portugis Johannes Janssonius dengan judul Insula Borneo et occidentalis pars Celebis cum adjacentibus Insulis. Orang-orang Belanda (VOC) masih tahap menyalin peta-peta buatan Portugis.

Orang Belanda pertama mengunjungi pulau Borneo adalah Oliver Noort pada tahun 1601 (ekspedisi kedua Cornelis de Houtman), Pada tahun 1619 orang-orang Belanda meninggalkan pulau Borneo karena empat pelautnya terbunuh. Orang-orang Belanda (VOC) baru kembali ke pulau Borneo pada tahun 1711 setelah beberapa tahun sebelumnya (1705) orang-orang Inggrsi diusir dari Banjarmasin. Oleh karena itu, antara tahun 1619 hingga 1705 orang-orang Portugis yang lalu lalang di seputar pantai pulau Borneo. Orang Portugis sendiri di Malakan ditaklukkan VOC-Belanda pada tahun 1643, lalu orang-orang VOC menaklukkan Portugis di Ternate pada tahun 1659  yang menyebabkan Portugis tamat di Hindia Timur. Boleh jadi Peta 1657 adalah karya terakhir Portugis dalam pembuatan peta-peta Hindia Timur.

Wilayah seputar Borneo adalah wilayah perdagangan Portugis yang tersisa hingga akhirnya Belanda (VOC) menjalin perdagangan dengan Kesultanan Bandjarmasin secara intensif sejak tahun 1711. Pada peta yang dibuat Prancois Valentijn (Oud en nieuw Oost-Indien, 1726) nama Balikpapan tetap eksis dengan nama yang masih sama dengan peta-peta terdahulu dari orang-orang Portugis.

Pada era Pemerintah Hindia Belanda, nama Billipapan diidentifikasi dengan nama Balec Kappan. Dalam peta ini diidentifikasi dua teluk yakni teluk Pasir dan teluk Balikpapan (lihat Peta 1835). Dalam peta ini wilayah administratif dibedakan antara Pasier dan Koetai. Ini berarti Balikpapan termasuk di wilayah yurisdiksi kesultanan Koetai. Seorang penulis geografi Belanda Abraham Jacob Aa dalam bukunya berjudul Aardrijkskundig woordenboek der Nederlanden yang terbit tahun 1840 menulis sama dengan yang ada di dalam Peta 1835.

Nama-nama yang dicatat pada era Portugis dan era VOC adalah Billipapan, kemudian ditulis berbeda pada era Peerintah Hindia Belanda dengan Balee Kappan (Bali Kapan). Lantas kapan nama Balikpapan ditulis sebagaimana ditulis saat ini. Mengapa nama Billipapan begitu lama bertahan. Namun lambat laun penulisan nama Balikpapan mulai mengarah pada nama yang sekarang. Di dalam buku yang berjudul Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel yang terbit tahun 1857 ditulis dengan Balikpapan. Boleh jadi ini setelah ada pejabat Pemerintah Hindia Belanda yang bertugas untuk pantai timur Borneo (H von de Wall, sejak 1846). Jean Abraham Chrétien Oudemans dalam bukunya berjudul Verslag van de bepaling der geographische ligging van punten aan de zuid- en westkust van Borneo yang terbit pada tahun 1867 mengikutinya dengan nama Balikpapan.

Meski demikian, nama Billipapan masih ada yang menggunakan bahkan sekelas seorang ahli geografi Belanda yang terkenal dalam bukunya berjudul Aardrijkskundig en statistisch woordenboek van Nederlandsch Indie yang diterbitkan tahun 1869. Dalam hal ini nama Billipapan dan nama Balikpapan sama-sama eksis, selain juga muncul dengan penulisan yang mirip seperti Bale’c Pappan, Balek Pappan, Balik Pappan.

Nama Balikpapan, meski masih ada yang menulis nama yang lama dan pengejaan yang kurang pas tetapi dalam perkembangannya mulai ditulis secara konsisten. Seperti nama-nama di tempat lain, penulisan juga mengalami perubahan, Akan tetapi jika diperhatikan perbedaan itu lebih pada perbedaan pengucapan (lapal) dan cara mengkoding  dalam teks, Nama Balikpapan sudah barang tentu sudah dilapalkan penduduk asli ketika namanya didiidentifikasi di dalam kuno (Peta 1657). Ini menujukkan nama Balikpapan sudah kuno. Bagaimana asal-usulnya disebut demikian oleh penghuninya tidak ada yang mengetahuinya karena sudah sekian abad yang lampau. Jika pun ada yang coba menafsirkan asal-usulnya itu hanya sekadar rekaan saja,

Tunggu deskripsi lengkapnya

Balikpapan di Era Pemerintah Hindia Belanda: Kota Minyak

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar