Rabu, 31 Maret 2021

Sejarah Australia (12): P Natal (Christmas Island) dan P Kelapa (Cocos Island) Selatan Jawa; Kota Natal di Pantai Barat Sumatra

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Australia dalam blog ini Klik Disini

Tempo doeloe Pulau Natal, kini lebih dikenal sebagai Christmas Island. Pulau ini sudah dikenal sejak lama dan juga cukup dikenal di Indonesia, tidak hanya karena dekat (di selatan Pulau Jawa), tetapi juga kerap dijadikan sejumlah orang tertentu di Indonesia untuk berbisnis. Pulau yang terdekat dari Pulau Natal ini adalah Pulau Kelapa atau Cocos Island. Meski dua kepulauaan terpencil ini begitu dekat dengan Indonesia, tetapi keduanya masih teritorial Australia. Apakah ada masalah tentang itu?

Dua teritori pulau di Lautan Hindia ini, sesungguhnya adalah puncak gunung bawah laut. Pulau Natal adalah sebuah pulau yang beriklim tropis. Pulau yang kini lebih dikenal Pulau Christmas terletak terletak 2.600 Km dari arah barat laut kota Perth dan 500 dari arah selatan Jakarta, Indonesia Pulau ini kini memiliki populasi sebanyak 1.402 jiwa (termasuk Melayu dan Cina) tersebar di sejumlah pemukiman di ujung utara pulau di Flying Fish Cove (kampung Kota Perak, Poon Saan dan Drumsite. Pulau Kelapa yang kini lebih dikenal Cocos Island terdiri dari dua buah atol dan puluhan pulua koral sehingga disebut Kepulauan Cocos atau Keeling. Di Pulau Cocos juga termasuk orang Melayu, Cina dan India. Jarak antara Pulau Christmas dan Kepulauan Cococ sekitar 975 Km.

Lantas bagaimana sejarah Pulau Natal (Christmas Island) dan Kepulauan Cocos? Meski pulau-pulau di selatan Jawa ini sudah dikenal sejak era VOC (Belanda) yang berpusat di Batavia (kini Jakarta), tetapi dalam perkembangannya jatuh ke tangan Inggris (sehingga kini menjadi bagian dari teritori Australia). Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Pulau Natal dan Pulau Kelapa

Pulau-pulau kecil di Lautan Hindia sidah dikenal sejak era Portugis. Pulau kecil yang yang pertama dikunjungi pelaut-pelaut Portugis di sebelah timur Madagaskar adalah Pulau Mauritius. Pulau ini menjadi pos Portugis di tengah lautan dalam navigasi pelayaran dari Eropa via Afrika Selatan menuju Hindia Timur (kini Indonesia). Di arah tenggara Pulau Mauritius ini diidentifikasi pelaut-pelaut Spanyol sebagai Pulau St Paulo (kini St Paul). Pada tahun 1610 pelaut-pelaut Belanda mencari rute dari pantai Afrika Selatan menuju Hindia Timur melalui Pulau St Paul terus ke arah tiur laut menuju Selat Soenda (ke Banten). Satu pulau sekitar 90 Km dari Pulau St Paul searah jalur navigasi diidentifikasi pelaut-pelaut Belanda sebagai Pulau Amsterdam. Dua pulau di tengah Lautan Hindia ini menjadi tempat persinggahan pelaut-pelaut Belanda menuju Selat Sunda.

Pelaut-pelaut Belanda lebih memilih rute Afrika Selatan, Pulau St Paul dan Pulau Amsterdam terus ke Selat Soenda karena mengikuti angin barat yang lebih aman dan menghindari garis khatulistiwa via Pulau Mauritius (angin yang kurang bersahabat) yang umumnya jalur navigasi pelaut-pelaut Portugis dan Spanyol. Pada garis rute pelayaran Belanda dari Pulau St Paul-Pulau Amsterdam inilah terdapat Pulau Kelapa dan Pulau Natal (yang kini menjadi teritori Australia). Dalam perkembangannya wilayah Afrika Selatan menjadi wilayah yurisdiksi Belanda (VOC). Nama pulau disebut Pulau Kelapa mengikuti bahasa Melayu, sebab di Pulau Madagaskar dan Pulau Mauritius sejak era Portugis sudah banyak yang berbahasa Melayu. Sedangkan pulau yang kedua disebut Pulau Natal, diduga mengadopsi nama (kota) Natal di Afrika Selatan (sejak era Portugis). Dua pulau di selatan Jawa ini pada masa itu (era VOC) diduga belum berpenghuni, hanya dijadikan sebagai tempat persinggahan kapal (dalam perjalanan jarak jauh). Nama Natal juga ditabalkan oleh pedagang-pedagang VOC (Belanda) di pantai barat Sumatra sebagai pos perdagangan. Kota pelabuhan Natal di pantai barat Sumatra ini kini masuk wilayah kabupaten Mandailing-Natal, Tapanuli (Sumatra Utara).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Christmas Island dan Cocos Island: Teritori Australia

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar