Selasa, 02 Maret 2021

Sejarah Ternate (28): Kunjungan Presiden Soekarno ke Ternate 1951; Ir. Soekarno dan Tidore, Perjuangan Rebut Irian dari Belanda

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Ternate dalam blog ini Klik Disini

Kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia hanya dalam wujud RIS (lihat Plakat KMB). Itu satu, Yang kedua kerajaan Belanda masih ingin memiliki Papua (barat). Sikap Belanda ini segera mendapat reaksi dari bangsa Indonesia, lalu RIS dibubarkan dan kembali menjadi NK(RI). Ir Soekarno yang menjadi Presiden Republik Indonesia mulai berteriak di setiap kesempatan: Bebaskan Irian Barat. Dalam konteks inilah nama Soekarno terhubung dengan Tidore.

 

Ir Soekarno adalah Presiden (NK)RI, karena itu Ir Soekarno ingin mengunjungi seluruh bagian wilayah Indonesia. Rencana kunjungan Presiden Soekarno ke Indonesia Timur termasuk Maluku (utara) pada bulan April 1950 batal. Hal itu karena terjadi kisruh di Makassar. Pada saat itu Irian Barat masih dikuasai oleh Belanda, karena dejure tercantum dalam Plakat KMB 1949. Ketika RIS dibubarkan 17 Agustus 1950, kembali menjadi NKRI (Proklamasi 18 Agustus 1950), status Irian Barat mulai diperjuangkan. Apa yang menjadi klaim Belanda atas Papua, diklaim Presiden Soekarno atas nama Sultan Tidore. Apa pasal? Sejak 1667 bagian barat pulau Pupua berada di bawah Sultan Tidore dan Pemerintah Hindia Belanda baru pada tahun 1889 sepenuhnya berada di bawah kekuasaan (Hindia) Belanda. Seperti diketahui, Papua barus berhasil direbut dari Belanda tahun 1963.

Lantas bagaimana sejarah kunjungan Presiden Soekarno ke Ternate? Itu satu paket dengan kunjungan ke Tondano (Minahasa) pada bulan November 1951. Namun kunjungan ke Ternate ini, membuat darah Presiden Soekarno mendidih karena melihat Belanda di Papua. Boleh jadi itu membuat Presiden Soekarno sempat flu satu hari di Ternate sehingga jadwal ke Tondano tertunda Presiden Soekarno dan rakyat Indonesia menginginkan Papua. Sultan Tidore taruhannya. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Kunjung Presiden Soekarno ke Ternate November 1951

Tunggu deskripsi lengkapnya

Soekarno dan Tidore, Perjuangan Merebut Irian Barat

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar