Jumat, 10 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (285): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Organisasi Pemuda; Jong Java, Jong Sumatra dan Jong Batak

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Organisasi pemuda juga menjadi salah satu dimana pahlawan Indonesia lahir. Organisasi pemuda dibedakan dengan organisasi mahasiswa/pelajar. Organisasi pemuda pada awalnya, era Pemerintah Hindia Belanda, adalah onderbouw dari organisasi induk (senior). Seperti contoh Jong Java di dalam organisasi kebangsaan Boedi Oetomo, organisasi Jong Sumatranen Bond terkait dengan organisasi kebangsaan Sumatranen Bond, organisasi Jong Batak dengan organisasi kebangsaan Bataksche Bond, dan laiinnya. Secara individu ada yang menjadi organisasi mahasiswa dan organisasi pemuda.

Organisasi pemuda pada masa ini sangat banyak. Itu merupakan garis continuum sejak mulai dibentuknya organisasi pemuda Indonesia sejak era Pemerintah Hindia Belanda seperti Jong Java, Jong Sumatra, Jong Batak, Jong Islamieten Bond. Organisasi mahasiswa pertama adalah Indische Vereeniging yang didirikan di Belanda pada tahun 1908 yang digagas oleh Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan. Organisasi mahasiswa, baru kemudian terbentuk lagi pada era perang kemerdekaan yakni organisasi mahasiswa Himpoenan Mahasiswa Islam di Djogjakarta bulan Februari 1947 yang digagas oleh Lafran Pane dan organisasi mahasiswa Persatoean Mahasiswa Universita Indonesia (PMUI) bulan November 1947 di Dajakarta yang dugagas oleh Ida Nasution dan G Harahap. Organisasi pemuda berikutnya baru muncul pada era Republik Indonesia seperti KNPI dan sebagainya.:

Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Indonesia yang bermula di organisasi kepemudaan? Seperti disebut di atas, organisasi kepemudaan terbentuk pertama pada era Pemerintah Hindia Belanda. Organisasi pemuda pertama yang terbentuk adalah Jong Java pada tahun 1915, suatu organisasi onderbouw Boedi Oetomo yang anggota tidak hanya pemuda tetapi juga para pelajar/mahasiswa. Lalu bagaimana semua itu terjadi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Organisasi Pemuda

Boedi Oetomo pada awalnya adalah jong Java, Suatu organisasi kebangsaan yang didirikan oleh para mahasiswa Jawa di STOVIA pada bulan Mei 1908. Namun menjadi lain ketika kongres pertama Boedi Oetomo di Djogjakarta awal bulan Oktober 1908. Para senior mengokupasi Boedi Oetomo. Dalam kongres ini ditetapkan Djogjakarta sebagai tempat badan (pengurus) pusat yang mana sebagai ketua terpilih Bupati Karanganjar. Boedi Oetomo di Batavia (yang menjadi asal mula Boedi Oetomo) dalam arsitektur Boedi Oetomo baru (badan pusat di Djogjakarta) hanya dijadikan sebagai salah satu cabang yang ada. Tampaknya para pemuda Boedi Oetomo di Batavia gigit jari.

Organisasi kebangsaan yang pertama didirikan di Padang yang diberi nama Medan Perdamaian (dengan badan hukum dari pemerintah). Organisasi ini didirikan oleh para senior pada tahun 1900. Organisasi ini awalnya digagas dan diketuai oleh Dja Endar Moeda  ini. Di dalam organisasi Medan Perdamaian kurang terdengar partisipasi para golongan muda (yang belum menikah).

Pada akhir bulan Oktober 1908 di Belanda Soetan Casajangan, menginisiasi pembentukan organisasi kebangsaan yang baru yang disebut Indische Vereeniging. Organisasi ini sebagian besar (jika tidak dapat dikatakan seluruhnya) adalah mahasiswa pribumi yang studi di Belanda.

Soetan Casajangan sendiri dari segi umur sudah senior (34 tahun). Namun karena ia adalah mahasiswa yang tergabung dengan mahasiswa yang berumur muda (bahkan masih ada yang belum mencapai 20 tahun), meski namanya Indische Vereeniging (Perhimpoenan Hindia), maka organisasi ini lebih tepat dikatakan organisasi mahasiswa (karena faktanya orang-orang pribumi yang tidak sekolah/kuliah dapat dikatakan tidak pernah dilibatkan (seperti awak kapal, pembantu dan sebagainya). Sementara itu Boedi Oetomo cabang Batavia, meski mencakup seluruh lapiran tetapi dalam urusan sehari-hari didominasi oleh golong muda yang nota bene pelajar/mahasiswa terutama dari STOVIA. Oleh karena itu Boedi Oetomo cabang Batavia kurang lebih fosturnya sama dengan Indische Vereenigiung di Belanda (tidak dapat dikatakan organisasi pemuda, tetapi faktanya adalah organisasi pemuda).

Oleh karena Boedi Oetomo cenderung dipimpin oleh para senior (keculai di Batavia), maka ada gap yang terjadi antara lapisan muda dengan lapisan senior. Dalam konteks inilah lapisan muda Boedi Oetomo sering disebut Jong Javanen atau Jong Javaasche (oleh pers berbhasa Belanda). Tentu saja belum muncul terminologi Jong Java. Yang sudah muncul adalah terminologi Jong Indier (Hindia Muda). Lantas kapan lapisan muda Boedi Oetomo (Jong Javanen) memisahkan diri dan kemudian membentuk asosiasi (vereeniging) sendiri yang disebut Jong Java.

Pada masa ini organisasi Jong Java (Jawa Muda) dicatat yang pada permulaan bernama “Tri Koro Darmo” (Tiga Tujuan mulia) yang didirikan tanggal 7 Maret 1915 dan diresmikan di Gedung STOVIA (Batavia) atas prakarsa Dr. Satiman Wirjosandjojo yang kemudian menjadi ketuanya. Perkumpulan pemuda ini didirikannya karena banyak pemuda yang menganggap bahwa Boedi Oetomo dianggap sebagai organisasi elit. Tri Koro Dharmo bertujuan untuk mempersatukan para pelajar pribumi, menyuburkan minat pada kesenian dan bahasa nasional serta memajukan pengetahuan umum untuk anggotanya. Hal ini dilakukan antara lain dengan menyelenggarakan berbagai pertemuan dan kursus, mendirikan lembaga yang memberi beasiswa, menyelenggarakan berbagai pertunjukan kesenian, serta menerbitkan majalah Tri Koro Dharmo. TKD berubah menjadi Jong Java pada 12 Juni 1918 dalam kongres pertamnya yang diadakan di Solo, yang dimaksudkan untuk bisa merangkul para pemuda dari Sunda, Madura dan Bali. Bahkan tiga tahun kemudian atau pada tahun 1921 terbersit ide untuk menggabungkan Jong Java dengan Jong Sumatranen Bond, tetapi upaya ini tidak berhasil. Oleh karena jumlah murid-murid Jawa merupakan anggota terbanyak, maka perkumpulan ini tetap bersifat Jawa dan terlihat dalam kongres II yang diadakan di Yogyakarta pada tahun 1919 yang dihadiri oleh sedikit anggota yang tidak berbahasa Jawa. (lihat Wikipedia).

Kegelisahan yang ada di golongan muda Boedi Oetomo juga dirasakan diantara para pemuda Sumatra. Sebab selama ini diantara organisasi kebangsaan (di) Sumatra cenderung diasosiasikan dengan golongan senior. Golongan muda hanya sekadar membantu. Seperti halnya pada golonga muda Jawa, pada golongan muda Sumatra juga tidak memiliki otoritas sendiri. Seperti halnya golongan muda Jawa yang membentuk Boedi Oetomo di Batavia, golongan muda Sumatra membentuk asosiasi tidak di Sumatra tetapi di Belanda pada bulan Januari 1917.

Sorip Tagor Harahap mempelopori didirikannya Perhimpoenan Sumatra di Belanda. Pada tanggal 1 Januari 1917, golongan muda Sumatra (yang juga tergabung sebagai Indische Vereeniging) resmi didirikan dengan nama ‘Soematra Sepakat di Utrecht’. Dewan terdiri dari Sorip Tagor Harahap (sebagai ketua); Dahlan Abdoellah, sebagai sekretaris dan Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia sebagai bendahara. Tujuan didirikan organisasi ini untuk meningkatkan taraf hidup penduduk di Sumatra, karena tampak ada kepincangan pembangunan antara Jawa dan Sumatra. Mereka yang tergabung dalam himpunan ini menerbitkan majalah yang akan dikirim ke Sumatra dan mengumpulkan berbagai buku yang akan dikirimkan ke perpustakaan di Padang, Fort de Kock, Sibolga, Padang Sidempoean, Medan. Koeta Radja dan di tempat lain di Soematra  (lihat De Sumatra post, 31-07-1919). Namun dalam perkembangnya di Batavia didirikan Sumatranen Bond. Organisasi ini dibentuk oleh mahasiswa-mahasiswa STOVIA yang berasal dari Sumatra. Sumatra Bond yang disebut Jong Sumatra ini didirikan pada tanggal 8 Desember 1917. Asosiasi pemuda ini lahir dari suatu pemikiran bahwa intensitas (pembangunan) hanya berada di Jawa dan di Sumatra dan pulau-pulau lainnya terabaikan. Dengan kata lain pemikirannya sama dengan Sumatranen Bond/Sumatra Sepakat yang berada di Belanda. Susunan pengurus Jong Sumatranen di Batavia ini adalah Tengkoe Mansoer sebagai ketua, Abdoel Moenir Nasoetion sebagai wakil ketua, Amir dan Anas sebagai sekretaris serta Marzoeki sebagai bendahara (lihat De Sumatra post, 17-01-1918). Jong Sumatranen di Batavia ini dapat dikatakan sukses golongan muda Sumatra di Belanda (Sumatra Sepakat).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kongres Pemuda: Jong Java, Jong Sumatra dan Jong Batak

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar