Kamis, 03 Februari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (395): Pahlawan Indonesia GB Josua Batoebara, Guru Studi ke Belanda;Front Medan Republik Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Seperti pada artikel-artikel sebelumnya, guru-guru pada era Pemerintah Hindia Belanda banyak yang berjuang dengan caranya masing-masing. Guru yang aktif berjuang diantaranya GB Josua. Berjuang meningkatkan studi (ke Poerwokerto dan Belanda), berjuang memabngun sekolah (di Medan) dan berjuang menyatukan bangsa Indonesia ke dalam wujud negara kesatuan (NKRI)..

Seperti halnya sekolah Taman Siswa, masih eksis hingga ini hari, sekolah yang didirikan pada awal perjuangan bangsa juga terdapat di Medan. Sekolah tersebut kini disebut Perguruan Josua (masih eksis hingga hari ini). Namun sekolah Perguruan Josua mungkin tidak disadari di Medan, sekaolah itu adalah tempat yang dibangun untuk berjuang demi bangsa. Pada era Pemerintah Hindia Belanda, sekolah Josua Instituut menjadi tempat perjuangan untuk mencerdaskan bangsa. Pada era perang kemerdekaan, sekolah itu menjadi basis Republiken dan pada era pengakuan kedaulatan Indonesia (Republik Indonesia) sekolah itu menjadi pusat penyatuan antara anak bangsa. Nama GB Jisua dan nama sekolah Josua Instituut/Pergoeriean Josua adalah bagai jiwa dan raga yang aktif berjuang demi bangsa.

Lantas bagaimana sejarah GB Josua Haji Muhammad Gading Muda Batubara? Seperti disebut di atas, GB Josua adalah seorang guru yang terus berjuang. Pada masa kini, Perguruan Josua di Medan adalah wujud perjuangan sejak era Pemerintah Hindia Belanda. Namun sayang, narasi sejarahnya belum ada pada laman Wikipedia. Lalu bagaimana sejarah GB Josua? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia GB Josua Batoebara, Guru Studi ke Belanda: Josua Instituut

Gading Batoebara lahir di Hoetapadang, Sipirok 10 Oktober 1901 (10-10-01), Setelah lulus Kweekschool Fort de Kock, Gading Batoebara melanjutkan sekolah ke Hogere Kweekschool (HKS) di Poeworedjo, Gading Batoebara Josua lulus HKS tahun 1923. Setelah lulus, GB Josua pulang kampung dan menjadi guru sementara di HIS swasta Sipirok (kampung halamannya).

Sekolah dasar berbahasa Belanda HIS sudah ada sejak lama di Padang Sidempoean. Lalu pada tahun 1920 dibuka sekolah HIS yang baru di Kotanopan dimana direkturnya seorang pribumi yang baru pulang sekolah guru dengan akta MO di Belanda, Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia. Sekolah HIS swasta di Sipirok didirikan sebelum sekolah HIS Kotanopan dibuka,

GB Josua kemudian merantau dan menjadi guru di Tandjoengpoera (Langkat). Tidak lama di Tandjongpoera, GB Josua tertarik atas tawaran untuk memajukan sekolah HIS swasta di Doloksanggoel. Kehadirannya membuat sekolah HIS Doloksanggoel maju pesat hingga akhirnya diakuisisi oleh pemerintah menjadi HIS negeri. Sukses GB Josua merancang HIS di Doloksanggoel membuat namanya diperhitungkan oleh pemerintah Nederlansch Indie. Dalam perkembangannya, Gading Batoebara Josua (GB Josua) diangkat menjadi guru pemerintah dan ditempatkan di Medan.

De Sumatra post, 17-09-1928): ‘G.B. Josua diangkat menjadi guru pemerintah dan ditempatkan di Schakel School di Medan. Mardan Tandjoeng dipindahkan dari Schakel School di Medan dan ditempatkan di Holandsch Inlandsch School (HIS) di Padang Sidempoean.

Pada tahun 1929 GB Josua melanjutkan pendidikannya ke Negeri Belanda di Groningen. Setelah mendapat akte Lager Onderwijs GB Josua kembali ke tanah air dengan menumpang kapal ss. Patria dari Rotterdam 4 November 1931 (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 01-12-1931). Dalam perkembangannya GB Josua merencanakan untuk mendirikan sekolah menengah MULO di Medan. Surat permintaan ini disampaikan kepada Dewan Kota yang sekolah ini direncanakan membangun di tempat dimana sebelumnya seorang Tionghoa menggunakannya sebagai fasilitas pencucian yang bertempat di Westenenkstraat (De Sumatra post, 02-07-1932).

De Sumatra post, 27-04-1933 (Hasil ujian masuk HBS, salah?): ‘Ada berita kejutan dan controversial di Pewarta Deli kemarin. Isinya diskusi perihal hasil dalam ujian masuk HBS yang disorot. Artikel ini menyebutkan hasil yang menakjubkan dari Taman Siswa dan angka yang sangat buruk untuk HIS (pemerintah). Artikel ini mengutip daftar perolehan masing-masing sekolah yang siswanya diterima di MULO: Taman Siswa lulus 50 persen, HIS pemerintah nol persen dan Institute Josua lulus 80 persen. Kami telah mengkonfirmasi kepada Direktur HBS bahwa informasi tersebut salah tempat. Bahwa artikel itu diambil selama dua tahun terakhir, bukan hasil tahun ini. Tahun sebelumnya berhasil sembilan persen. Insitut Josua gagal tahun ini tetapi berhasil 80 persen dalam dua tahun terakhir. Berbeda dengan lembaga lain. kami hanya perlu melihat hasil tahun ini ketika lima calon Taman Siswa tidak ada yang cukup berhasil. Daftar lengkap hasil sekolah adalah sebagai berikut: (lihat gambar).

Peresmian sekolah ini dilakukan tanggal 16 Juli 1934. De Sumatra post, 03-05-1934 (Nieuwe School): ‘Sekolah baru. Bertempat di Delistraat, sekolah dibangun untuk Institut Josua untuk pendidikan dasar dan menengah dibawah kepemimpinan Joshua. Bangunan harus selesai 1 Agustus (1934)’.

De Sumatra post, 22-06-1934 (Aktivitas guru pribumi): ‘Orang bisa mengatakan bahwa pemerintah telah mengadopsi langkah-langkah penghematan melalui stimulasi pada pengembangan inisiatif pribadi pribumi di bidang pendidikan. Pada tahun ajaran baru, yang dimulai 1 Agustus, HIS dengan Al-Quran di Medan dibuka di sekolah yang baru, yang akan dibangun yang menjadi alternative lain HIS dapat dipertimbangkan datang ke Willis Street. Selain ini kesempatan pendidikan baru, perluasan lebih lanjut  menggantikan yang sudah ada, terbukti dengan banyaknya pemberitahuan di majalah Melayu untuk guru dari pelatihan guru perguruan tinggi atau sekolah normal yang lebih tinggi, kekuatan yang kompeten. Ekspansi yang dilakukan sekolah yang dimiliki Mr Josua terbesar akan menjadi terbesar pada pendidikan dasar (HIS) dan menengah (MULO) di Medan, sebagai sekolah Mr Joshua, yang saat ini berada di Westenenckweg (kini Jalan Borobudur). Untuk bangunan sekolah ini sedang dibangun di Delistraat. Secara keseluruhan, Kota Medan, pendidikan anak-anak pribumi yang bersangkutan, tahun ini jauh lebih baik daripada awal tahun terakhir, ketika begitu banyak orang yang datang untuk melamar pendidikan Hollandsch Inlandsch School ditolak (karena kurang kapasitas)’.

Siswa-siswa Joshua Instituut telah menjadi bagian dari komunitas pelajar di Medan. De Sumatra post, 24-09-1934: ‘Kompetisi basket di Medan. Divisi senior terdaftar lima klub yakni IEV, JS. HBS, KJB (KMS), Su Tung dan MULO. Divis Junior sebanyak 10 asosiasi, yakni ÏEV (2 tim), klub MULO, Medan, NHIS, Eur. Sekolah Dasar, Chr. Euro. S., Chr. HIS, Institute Josua dan Taman Siswa’.

Tunggu deskripsi lengkapnya

GB Josua dan Front Medan Republik Indonesia: Berjuang Untuk Persatuan

Dengan Joshua Insyiyuut, nama GB Josua di Medan mulai kembali diperhitungkan di pentas dunia politik. De Sumatra post, 19-06-1934 memberitakan bahwa GB Josua diusulkan menjadi anggota Dewan Kota melalui pemilihan. Total kursi anggota dewan yang diperebutkan sebanyak 17 yang terdiri dari 10 kursi untuk Belanda, 5 kursi untuk pribumi dan 2 kursi untuk Non Belanda. Dari daftar calon untuk pribumi ada sebanyak 15 orang. Dari daftar ini terdapat enam anak Padang Sidempoen, yakni: Abdullah Lubis, Aboe Bakar, Abdul Hakim, GB Joshua, Madong Lubis dan Soeleiman Hasiboean.

Anak-anak Padang Sidempoean sudah banyak yang menjadi anggota dewan kota bahkan anggota Volksraads. Kajamoedin Harahap gelar Radja Goenoeng adalah pribumi pertama yang menjadi anggota dewan kota Medan (1918) dan Dr, Alimoesa Harahap, anggota Dewan Kota Pematang Siantar menjadi anggota Volksraads (pribumi pertama anggota Volksraad dari Noord Sumatra). Pada pemilihan periode terakhir ini satu diantaranya adalah Abdoel Hakim.

GB Josua belum beruntung. Namun demikian pada awal tahun 1935, GB Josua diangkat sebagai anggota Komite Pendidikan (lihat De Sumatra post, 02-02-1935). De Sumatra post, 20-07-1935 menyebutkan anggota komisi tersebut adalah Voorzitter: Ir. JC Francken, Directeur HBS. Secretaris: B.Benning Kesawan. Sebanyak Sembilan anggota: Mpvr. O. Nelissen-üumas, Tasmanlaan, Gan Hoat Soey, fa. Hap Tong, Luitenantsweg, PH Geensen, Hoofd 2e Holl. Inl. School, GB Josua, Hoofd Inst. voor gewoon en voortgezet, Lager onderwijs, PJH. Klevant, Hoofd Chr. Eerste Lagere School, JS Krenuing, Directeur Mulo, Dr. Sic Tjoau Sioe, Arts, FE Vervuurt, Hoofd Holl. Chin. School’.

De Sumatra post, 01-06-1935 (Toezicht en Bijstand Algemeene Volkscredietbank): ‘Untuk tugas pemantauan dan Bantuan Bank Kredit Algemeene Rakyat selama tiga tahun diangkat menjadi anggota pengawas dan bantuan dari umum lokal menggunakan kredit bank Volkse di Medan: GB Joshua, Kepala Lembaga Pendidikan Dasar dan Menengah di Medan’.

Pada periode berikutnya, GB Josua berhasil merebut kursi ke dewan kota (gemeenteraad) Medan. Dalam putaran terakhir pemilihan Dewan Kota Medan yang terpilih adalah Abdul Hakim dan GB Josua (lihat De Sumatra post, 04-04-1936). GB Josua juga diketahui sebagai Ketua SGIM (Serikat Goroe Goeroe Indonesia Medan) (De Sumatra post, 18-07-1936).

Dalam ujian masuk MULO Medan 1937 salah satu lulusan Instituut Josua Medan bernama Kasamiah berhasil diterima di MULO (De Sumatra post, 17-06-1937). Ini mengindikasikan bahwa sekolah swasta Joshua Instituut sudah mulai bisa bersaing dengan sekolah-sekolah lainnya.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar