Jumat, 11 Februari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (410): Pahlawan Indonesia - Liem Ing Hwie Studi ke Belanda di Delft; Sejarah Orang Tionghoa Jogjakarta

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Saat mana Soerachman menyelesaikan studinya di Universiteit te Delft, Liem Ing Hwie menjadi mahasiswa baru. Sangat jarang mahasiswa asal Indonesia (baca: Hindia Belanda) dari golongan Eropa/Belanda, Cina dan pribumi memilih fakultas teknik di Delft, boleh jadi karena sangat sulit. Meski demikian ada beberapa yang berhasil meraih gelar insinyur teknik dari Delft antara lain Ir Soerachman (lulus tahun 1922) dan Ir Liem Ing Hwie.

Mahasiswa asal Hindia Belanda banyak yang studi ke Belanda. Setiap universitas terbaik merujuk pada nama kota. Untuk studi hukum dan sastra terkenal di Leiden; studi pertanian di Wageningen, studi keguruan di Haarlem, studi kedokteran di Amsterdam, studi kedokteran hewan di Utrecht dan studi teknik di Delft. Mahasiswa asal Indonesia di fakultas teknik di Delft adalah Raden Kartono (abang dari RA Kartini) tahun 1896. Namun dalam perkembangannya R Kartono tidak meneruskannya dan lebih memilih studi Indologi di Leiden. Setelah itu baru Soerachman. Pada tahun 1920 fakultas teknik dibuka di Bandoeng Technische Hoogeschool (THS). Fakultas pertama di Indonesia (THS) dapat dikatakan kurikulum sebagai kloning dari Universiteit te Delf yang juga dosennya pernah mengajar di Delftt. Salah satu mahasiswa yang terkenal di THS Bandoeng adalah R Soekarno (diterima tahun 1922).

Lantas bagaimana sejarah Liem Ing Hwie? Seperti disebut di atas, setelah menyelesaikan sekolah menengah (HBS), Liem Ing Hwie melanjutkan studi di fakultas teknik di Universiteit te Delft. Lalu bagaimana sejarah Liem Ing Hwie? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Liem Ing Hwie Studi ke Belanda di Delft

Liem Ing Hwie melanjutkan studi ke sekolah menengah HBS di Soerabaja. Pada tahun 1919 Liem Ing Hwie lulus ujian akhir di HBS Soerabaja (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 24-05-1919). Sebagaimana diketahui kemudian R Soekarno lulus pada tahun 1922 di HBS Soerabaja dan pada tahun tersebut diterima di THS Bandoeng.

Sekolah menengah HBS terdapat di beberap kota seperti di Batavia, Semarang dan Soerabaja. Lama studi di HBS lima tahun. Sekolah menengah yang kurang lebih setara dengan HBS adalah AMS enam tahun. Siswa yang diterima di HBS/AMS adalah lulusan sekolah dasar berbahasa Belanda ELS atau HIS. Lulusan MULO ditempatkan di kelas empat HBS/AMS. Lulusan HBS/AMS dapat melanjutkan studi ke fakultas/universitas.  

Liem Ing Hwie kemudian melanjutkan studi ke Belanda. Namun tidak terinformasikan kapan berangkat. Pada tahun 1922 Liem Ing Hwie di Technische Hoogeschool di Delft lulus ujian propaedutisch werktuigkundig ingenieur (teknik mesin/mekanik). Dalam daftar yang mengikuti ujian di Delf hanya Lem Ing Hwie yang bernama Cina/pribumi.

Di Univetsiteit te Delft ada sejunmlah fakultas seperti teknik sipil, tekni mesin, teknik elektro, teknik pertambangan dan teknik kimia serta teknik perkapalan. Pada tahun 1922 ini di fakultas teknik kimia lulus dengan gelar insinyur teknik kimia Ir Soerachman. Setahun sebelumnya tahun 1921 di fakultas kedokteran hewan di Utrecht lulus ujian dengan gelar dokter hewan Dr Sorip Tagor Harahap. Ir Soerachman dan Dr Sorip Tagor Harahap masing-masing yang pertama lulus di kampus tersebut yang berasal dari Hindia Belanda dari golongan pribumi. Sorip Tagor Harahap kini dikenal sebagai kakek dari artis Risty/Inez Tagor.

Tampaknya Liem Ing Hwie lancar dalam studi. Pada tahun 1924 Liem Ing Hwie lulus ujian kandidat di departemen teknik mesin Delft (lihat De Tijd : godsdienstig-staatkundig dagblad,   26-06-1924). Disebutkan Liem Ing Hwie lahir di Tempel. Nama-nama lain yang bersamaan lulus dari departemen yang sama kelahiran Hindia Belanda adalah W van Deventer di Pekalongan, AWA Meyer dan WA Spoelstra di Soerabaja dan HC Munter di Meester Cornelis. Akhirnya pada tahun 1925 Liem Ing Hwie lulus dengan gelar insinyur teknik mesin.

Tidak terinformasikan pada bulan apa Liem Ing Hwie lulus. Pada bulan Juni Liem yang beralamat di Koniggratz, bagian Slowakia dengan namanya bergelar insinyur (lihat Delftsche courant, 13-06-1925). Dalam surat kabar Het Vaderland : staat- en letterkundig nieuwsblad, 15-06-1925 disebutkan Ir Liem Ing Hwie diangkat untuk insinyur mesin di Skoda Werke di Koniggratz. Pada tahun ini mahasiswa asal Indonesia yang lulus sarjana maupun doktor cukup banyak. Diantara yang lulus dengan mendapat gelar doktor (Ph.D) adalah Alinoedin Siregar gelar Radja Enda Boemi (bidang hukum); R. Soesilo (bidang kedokteran); HJD Apituley (bidang kedokteran); Soebroto (bidang hukum); dan Samsi Sastrawidagda (bidang ekonomi);

Setelah beberapa tahun Ir Liem Ing Hwie kembali ke tanah air. Pada tahun 1929 Ir Liem Ing Hwie pulang dengan kapal ss Pieter Corneliszoon berangkat dari Amsterdam tanggal 7 Mei dengan tujuan akhir Batavia (lihat  De avondpost, 08-05-1929). Di dalam manifes kapal Ir Liem tidak sendiri tetapi bersama istri P van der Linden dan seorang anak,

Tunggu deskripsi lengkapnya

Ir Liem Ing Hwie: Sejarah Orang Tionghoa di Jogjakarta

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar