Minggu, 27 Maret 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (496): Pahlawan Indonesia dan Abdoel Rachim di Bandoeng; Perhimpunan Nasional Indonesia - Soekarno

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Abdoel Rachim? Yang jelas di laman Wikipedia belum ada entry nama Abdoel Rachim. Okelah itu soal lain. Sebagian kecil orang Indonesia masa kini, ‘ingat-ingat lupa’ nama Abdoel Rachim, Yang jelas Abdoel Rachim adalah bagian tidak terpisahkan dari Sejarah Menjadi Indonesia. Dari sebagian kecil orang Indonesia yang mengetahui bahwa Abdoel Rachim adalah ayah dari Siti Rachmiati Meutia, lahir di Bandoeng. Siti Rachmiati kemudian lebih dikenal sebagai istri Drs Mohamad Hatta (Wakil Presiden RI Pertama).

Hari ini (27-03-2022) saya datang menghadiri ulang tahun Ibu Meutia Farida Hatta dan Ibu Gemala Rabi’ah Hatta di rumah almarhum Abdoel Rachim di bilangan daerah Ciluar, Bogor. Dalam acara ulang tahun kedua putri Wakil Presiden Mohamad Hatta tersebut juga diisi dengan peluncuran buku Prof Meutia Farida Hatta Swasono berjudul ‘Indonesia yang mewarnai Perjalanan Hidupku’ dan buku berjudul ‘Secercah Kenangan Melawan Lupa’ hasil tulisan Gemala Rabi’ah Hatta dkk. Dalam hal ini saya diundang oleh Ibu Gemala Hatta. Di sela-sela acara yang begitu ramai dan sibuk, Ibu Gemala Hatta mengarahkan saya untuk berziarah ke makam (alm) Abdoel Rachim di bagian halaman belakang rumah (keluarga) besar itu. Saya meminta putri bungsu saya yang ikut ke acara itu untuk memotret seputar makam dan semua batu nisan yang ada (untuk merekam data sejarah). Setelah berdoa, saya sholat Zuhur di musholla dekat makam. Namun tidak lama kemudian sehabis sholat, Ibu Gemala datang ke makam memandu satu keluarga (tamu). Saya kemudian ikut bergabung sambil mendengarkan penjelasan Ibu Gemala tentang makam-makam yang ada untuk menambah pengetahuan saya setelah sebelumnya saya membaca semua tulisan pada batu nisan dan melakukan perekaman data. O, iya saat saya tiba di acara (belum begitu ramai) saya melihat senior saya di FEB-UI Prof Edi Swasono. yang duduk di barisn kursi tamu, tentu saja saya menemui beliau.  

Lantas bagaimana sejarah Abdoel Rachim? Seperti disebut di atas, sejauh ini belum ada entri nama Abdoel Rachim di laman Wikipedia. Hal itulah mengapa tulisan ini dibuat. Sebelumnya saya sudah pernah menulis sejarah Abdoel Rachim di dalam blog ini. Namun setelah berziarah ke makam beliau muncul lagi keinginan menulis sejarahnyai. Lalu bagaimana sejarah Abdoel Rachim? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Abdoel Rachim di Bandoeng; Perhimpoenan Nasional Indonesia dan Ir Soekarno

Anak pertama Abdoel Rachim yang diberi nama Siti Rachmiati lahir di Bandung pada tanggal 16 Februari 1926. Nama Siti Rachmiati kemudian ditambahkan Meutia sebagai pemberian nama oleh neneknya yang berasal dari Aceh, Abdoel Rachim sendiri berasal dari Jawa, sedangkan istrinya, Annie Noerdin berasal dari Atjeh.

Pada bulan Mei di Bandoeng Soekarno dan M Anwari lulus fakultas teknik THS Bandoeng. Mereka berdua menginisiasi pembentukan klub studi yang diberi nama Algemene Studieclub di Bandoeng. Dalam kepengurusan klub studi ini yang menjadi ketua adalah M Putuhena (mahasiswa tingkat akhir di THS). Klub studi ini selain menerbitkan buletin juga secara berkala melakukan pertemuan umum yang dihadiri banyak massa. Dalam perkembangannya, Parada Harahap, pemimpin surat kabar Bintang Hindia yang juga sekretaris Sumatranen Bond mendesak Ir Soekarno turun gunung, lalu kemudian diketahui pada bulan Juli 1927 di Bandoeng, Ir Soekarno dkk mendirikan organisasi kebangsaan yang diberi nama Perhimpoenan Nasional Indonesai (PNI) yang mana sebagai ketua adalah Ir Soekarno. Pada bulan September 1927 Parada Harahap menginisiasi pertemuan para pemimpin organisasi kebangsaan yang diadakan di rumah Hoesein Djajadiningrat. Hasil pertemuan ini sepakat dibentuk federasi oraganisasi kebangsaan yang diberi nama Permoefakatan Perhimponen-Perhimpoenan Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Secara aklamasi ditunjuka MH Thamrin (Kaoem Betawi) sebagai ketua dan Parada Harahap sendiri sebagai sekretaris. Program pertama federasi adalah membangun gedung PPPKI di gang Kenari dan menyelenggarakan Kongres PPPKI yang akan diadakan di Batavia pada bulan September 1928. Dalam pertemuan pembentukan federasi ini dihadiri pimpinan dari sejumlah organisasi kebangsaan termasuk Pasoendan. Perhimponan Nasional Indonesia di Bandoeng diwakili oleh Ir Soekarno dan Studieclub Soerabaja diwakili oleh Dr Soetomo. Dalam kongteks inilah kiprah Abdoel Rachim mulai muncul ke permukaan.

Abdoel Rachim memulai karir sebagai pegawai di perusahaan kereta api pemerintah. Pada tahun 1923 Kantor Pusat Kereta Api Negara (Staatsspoor en Tramwegen) wilayah Java dipindahkan dari Batavia (Weltevreden) ke Bandoeng (lihat De Preanger-bode, 13-09-1923). Semua pejabat dan pegawai juga pindah ke Bandoeng. Dalam daftar pegawai (bureauklerke) yang ‘bedol desa’ ke Bandoeng termasuk Abdoel Rachim, FH Laurens, GA Tamboenan dan ERF van Motman.

Mohammad Noerdin adalah guru yang sudah lama mengajar di Atjeh. Mohammad Noerdin pernah bekerja untuk Prof Christiaan Snouck Hurgronje. Mohammad Noerdin kemudian melanjutkan studi ke sekolah guru atas (HKS dengan bahasa pengantar bahasa Belanda) di Bandoeng. Lama studi di HKS Bandoeng tiga tahun. Lulusan HKS Bandoeng dapat mengajar di sekolah HIS (sekolah pribumi bahasa pengantar bahasa Belanda). Mohamad Noedrin lulus di HKS bandoeng tahun 1927. Besar dygaan Mohammad Noerdin mengikuti pendidikan HKS di Bandoeng sekitar awal 1924. Pada saat pendidikan di Bandoeng inilah Mohamad Noerdin menikahkan putrinya Anni Noerdin dengan Abdoel Rachim (diperkirakan pada akhir tahun 1924). Hal ini berdasarkan cuti yang diambil oleh Abdoel Rachim (lihat Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 22-09-1924). Disebutkan karena alasan yang sangat penting terhitung mulai tanggal 7 Oktober 1924  diberikan cuti di Batavia dan Bandoeng, bureauklerk lste kl. A. Rachim. Dalam perkembangannya setelah pernikahan, Anni Noerdin yang sudah sempat bekerja di Batavia pindah kerja ke Bandoeng (mengikuti suami). Anni Noerdin di Batavia bekerja sebagai pegawai di kantor de Volkslectuur dan kemudian ditransfer ke Bandoeng untuk bekerja sebagai pegawai di Kantor SS en Tr Bandoeng. Hal ini dapat diluhat pada Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 14-05-1925 yang memberitakan bahwa ditempatkan di kantor pusat perusahaan kereta Jawa [Departemen Personalia] diangkat sebagai 1e ckerke ny. A. Rachim b. Noerdin, sebelumnya bekerja di kantor de Volkslectuur. Dalam perkembangannya Anni Noerdin di Bandoeng mengambil cuti kerja selama tiga bulan (lihat De locomotief, 26-12-1925). Disebutkan terhitung mulai tanggal 1 Januari 1926 karena alasan yang penting diberi cuti untuk jangka waktu tiga bulan kepada pegawai 1ste kleerk di SS, ny. A. Rachim b. Noerdin. Hal ini diduga karena terkait dengan kehamilan dan menunggu proses persalinan. Seperti disebut di atas pada tanggal 16 Februari 1926 anak pertama Abdoel Rachim dan Anni Noerdin lahir yang diberi nama Siti Rachmiati.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Abdoel Rachim dan Annie di Bandoeng: Siti Rachmiati, Istri Drs Mohamad Hatta

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar