Kamis, 23 Juni 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (669): Malaya 1957 dan Proklamasi Kemerdekaan Federasi Malaya; Kemerdekaan Indonesia 1945

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada tahun 1957 adalah tahun yang penting bagi Semenanjung Malaya. Hal itu karena tanggal 31 Agustus 1957 Kerajaan Inggris memberikan kemerdekaaan bagian Semenanjung Malaya yang meliputi Federasi Malaya serta kolini Inggris Malaka dan Penang. Bagaimana dengan Singapoera, Brunai, Sarawak dan Sabah? Itu lain lagi.

Malam 30 Agustus 1957, kerumunan berkumpul di Lapangan Klub Diraja Selangor (Royal Selangor Club) untuk menyaksikan penyerahan kekuasaan dari Britania. Tunku Abdul Rahman tiba pada pukul 11:58 malam dan langsung berbaur dengan divisi pemuda Partai Aliansi saat menyaksikan dua menit dalam kegelapan. Di tengah malam, lampu-lampu lapangan dinyalakan, panji Union Jack di lapangan tersebut diturunkan untuk yang terakhir kalinya. Panji Jalur Gemilang kemudian dikibarkan dan Negaraku pun dimainkan. Diikuti dengan tujuh seruan "Merdeka!" oleh kerumunan. Tunku Abdul Rahman kemudian memberikan pidato, memuliakan upacara tersebut sebagai "momen termahsyur dalam kehidupan rakyat Malaya". Pagi 31 Agustus 1957, perayaan dipindahkan ke Stadion Merdeka yang baru saja selesai dibangun. Lebih dari 20,000 orang menyaksikan upacara yang dimulai pada pukul 9:30 pagi. Adapun yang menghadiri upacara bersejarah tersebut antara lain penguasa negeri-negeri Malaya, perwakilan asing, anggota kabinet federal, dan warga. Perwakilan Sang Ratu, Adipati Gloucester memberikan instrumen kemerdekaan pada Tunku Abdul Rahman. Tunku kemudiam membacakan deklarasi, yang diakhiri dengan seruan "Merdeka!" tujuh kali yang mana kerumunan turut mengikuti seruannya. Upacara dilanjutkan dengan pengibaran Bendera Nasional disertai dengan lagu kebangsaan yang dimainkan oleh band militer dan penghormatan 21 meriam, diikuti dengan kumandang Azan. Hari itu kemudian dilangsungkan penobatan Yang di-Pertuan Agong pertama, Tuanku Abdul Rahman dari Negeri Sembilan, di Jalan Ampang, dan perjamuan penobatan pertama untuk menghormatinya dan pada malam harinya diikuti dengan pesta kembang api. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Malaya tahun 1957? Seperti disebut di atas, Malaya (Inggris) berbeda dengan Malaysia. Di Semenanjung Malaya terdapat koloni sejak era Portugis dan VOC/Belanda dan pulau Penang dan pulau Singapoera. Federasi Malaya inilah yang mendapat kemerdekaan pada tahun 1957. Lalu bagaimana sejarah Malaya tahun 1957 Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Malaya 1957: Proklamasi Kemerdekaan Federasi Malaya

Pada tahun 1957, tahun dimana dijanjikan oleh Inggris bahwa Federasi Malaya akan mendapat kemerdekaan. Pejuang-pejuang Melayu asal Semenanjung Malaya ikut berjuang dari Indonesia. Di Djakarta sudah ada organisasi anak Melayu (asal Semenanjung Malaya). Organisasi ini memilikiu organ sendiri berupa majalah yang diberi nama Suara Malaya Merdeka. Pada bulan Januiari 1957 di Singapoera (dimana Inggris berkuasa) dilarang beredar majalah Suara Malaya Merdeka yang diterbitkan di Djakarta (lihat Algemeen Indisch dagblad, 02-01-1957). Juga disebutkan orang Melayu yang terlibat dalam majalah ini juga dilarang di Singapoera. Mengapa?

Janji (kerajaan) Inggris yang akan diberikan kemerdekaan adalah Federasi Malaya (organisasi kesultanan) yang berada di Semenanjung Malaya (minus Malaka). Sementara itu sejak lama Inggris telah membentuk koloni di Penang, Wilayah Malaka dan Singapoera. Wilayah Malaka dalam hal ini adalah wilayah tukar guling tahun 1824 antara Belanda (di Malaka) dan Inggris (di Bengkulu). Pulau Penang dan Pulau Singapoera adalah pulau yang ‘dibeli; dari Kesultanan Kedah dan Kesultanan Djohor. Sejak 1824 batas wilayah yurisdiksi antara Inggris dan Belanda (Hindia Belanda) adalah selat Singapoera dimana Singapoera di bawah otoritas Inggris dan Bintan di bawah otritas Belanda. Pemberian kemerdekaan Federasi Malaya, atas pertimbangan Inggris juga disertakan pulau Penang dan wilayah Malaka (tidak termasuk Singapoera). Lalu bagaimana reaksi para pemimpin Melayu di Semenanjung Malaya terhadap pembatasan ini (tidak termasuk Singapoera). Dalam hal ini Singapoera adalah salah satu wilayah otoritas Inggris yang masih tersisa, yang lainnya adalah Sarawak, Brunai dan Sabah (di wilayah Borneo Utara). Itulah sebanya majalah Suara Malaya Merdeka dilarang, karena mengobarkan pembebasan juga Singapoera. Pulau Singapoera yang (juga) berada di bawah otoritas Inggris adalah suatu negara otonom yang mana perdana menterinya hingga tahun 1957 adalah Lim Yew Hoek.

Pada bulan Maret 1957 sudah diketahui kemerdekaan Federasi Malaya akan diberikan pada bulan Agustus 1957 tetapi tanggalnya belum ditentukan. Informasi bulan Agustus itu diketahui setelah Perdana Menteri Federasi Malaya Abdul Rachman pulaug dari Inggris. Setelah itu menyusul Perdana Menteri Singapoera Lim Yew Hoek yang ke Inggris dengan mebawa proposal (untuk didiskusikan dalam menentukan dan menetapkan pasal-pasal. Diskusi yang a lot telah terjadi di Inggris antara Lim dan otoritas Inggris dalam hubungannya pembentukan (negara otonom) Singapoera seiring dengan pemberian kemerdekaan Federasi Malaya. Dalam hubungan keamanan di satu sisi posisi Inggris masih eksis yang artinya di Federasi Malaya pengaruh Inggris ditiadakan, tetapi masih bersokol di Singapoera.

Di masa sebelumnya, di Indonesia permasalahan lebih sederhana daripada di Semenanjung Malaya. Di Indonesia, semua bangsa Indonesia menentang Belanda. Hal itulah terjadi perang kemerdekaan menyeluruh dan berusahaan meninggikan pribumi. Perang yang berakhir pada tahun 1949, dimana Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, tetapi sebagian wilayah yang diperjuangkan masih digemgam Belanda (Pupua). Pengaruh Belanda pada tahun 1950 berakhir di Indonesia (kecuali yang masih tersisa Papua). Di Semenanjung Malaya, ada tiga hal yang harus dibicarakan sekalgus yakni kemerdeakaan Federasi Malaya di satu sisi dan hubungan Inggris dengan Singapoera (sebaliknya antara Singapoera dengan keberadaan Inggris). Hasil kesepakatan Lim di Inggris menjadi ketiga hal saling terkait (lihat Het Parool, 02-04-1957). Hal yang mendasari adalah orang Melayu yang dominan di Semenanjung Malaya merasa terancam dengan orang Melayu minoritas di Singapoera. Dalam hal ini posisi orang Cina di Singapoera juga dapat terancam karena orang Melayu dominan di Semenanjung Malaya (yang menjadi sumber perdagangan Singapoera). Salah satu butir proposal yang diajukan Lim adalah membentuk keamanan sendiri di Singapoera. Untuk mendapat otonomi penuh bagi Singapoera dimasukkan unsur kekhawatiran Inggris (hilangnya pengaruh Inggris). Hasilnya adalah Singapoera boleh membentuk keamanan sendiri tetapi berada di bawah satu dewan keamanan yang mana keanggotaan dewan ini terdiri dari tiga orang Inggris, tiga orang Singapoera (cenderung orang Cina) dan satu ditambahkan Menteri dari Federasi Malaya. Otonomi Singapoera akhirnya didamaikan dengan kepentingan pangkalan angkatan laut Inggris di pulau, yang jauh melampaui pertahanan Singapura itu sendiri. Dalam hal ini Inggris yang licik tetapi berada di atas, tiga wakil di internal keamanan dan ada pula pangkalan angkatan laut. Bagaimana reaksi orang Indonesia dalam kesepakatan Federasi Malaya dan kesepakatan Singapoera? Bisa ditebak! Yang jelas pangkalan angkatan laut Inggris di Singapoera adalah yang terbesar di Asia Tenggara.     

Tunggu deskripsi lengkapnya

Proklamasi Kemerdekaan Federasi Malaya: Kilas Balik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1945

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar