Kamis, 30 Juni 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (684):Ejaan yang Disempurnakan Indonesia - Malaysia 1972; Aksara Pallawa, Aksara Jawi, Aksara Latin

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ada satu peristiwa sejarah bahasa pada tahun 1972. Peristiw tersebut adalah perubahan dari eajaan yang tidak sempurna lalu dideklarasikan ejaan yang disempurnakan (EYD) antara negara Indonesi dan negara (federasi) Malaysia. Saat saya duduk dikelas dua sekolah dasar (SD), cara menulis nama saya berubah dari Achir Matua Harahap menjadi Akhir Matua Harahap. Ada perubahan ejaan ch menjadi kh. Namun perubahan itu masih janggal dan saya masih kerap menulis dengan ejaan ch, sebab umumnya masyarakat secara luas hanya mengenal itu, termasuk ayah dan ibu saya. Dengan mengabaikan adaptasi ejaan di kalangan pers, saat itu perubahan ejaan terkesan bergaung hanya di sekolah. Pada izajah kelulusan saya di sekolah dasar nama saya dibakukan dengan ejaan kh.

Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia Tun Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin bagi bahasa Melayu ("Rumi" dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) dan bahasa Indonesia. Di Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972 diresmikanlah pemakaian ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia. Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut merupakan hasil yang dicapai oleh kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada tahun 1966. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan daripada Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik yang dipakai sejak bulan Maret 1947. Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor 0196/U/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan Istilah". (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah ejaan yang disempurnakan Indonesia dan Malaysia 1972? Seperti disebut di atas, ada korbanya yakni perbedaan penulisan pada dokumen resmi seperti akta dan izajah. Nama saya termasuk bagian dari perubahan itu. Lalu sejarah ejaan yang disempurnakan Indonesia dan Malaysia 1972? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Ejaan yang Disempurnakan Indonesia dan Malaysia 1972: Perubahan Aksara (Pallawa, Aksara Jawi, Aksara Latin) hingga Perubahan Ejaan

Pada tahun 1972 ada sejumlah peristiwa bahasa di Indonesia, diantaranya buku Max Havelaar karya Multatuli diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia (lihat Het Parool, 25-01-1972). Buku yang berkisah dari awal perjalanan Edward Douwes Dekker sebagai Controleur di Natal dalam membela penindasan Belanda terhadap penduduk Angkola Mandailing tahun 1842/1843. Buku legendaris yang diterbitkan kali pertama tahun 1860 diterjemahkan oleh HB Jassin dan diterbitkan oleh Penerbit Djambatan, Jakarta.

Peristiwa bahasa lainnya adalah Boen Sri Oemarjati, lahir di Jakarta, meraih gelar doktor di bidang sastra. Disertasinya berjudul ‘Chairil anwar, Penyair dan Bahasanya’. Pembimbingnya adalah Dr A Teeuw, guru besar penuh Bahasa Indonesia dan Bahasa dan Sastra Melayu di Universiteit Leiden (lihat NRC Handelsblad, 28-12-1972).

Pada tahun 1972 ada sejumlah peristiwa bahasa di Belanda, diantaranya adalah tentang penyamaan ejaan di Belanda (lihat Leeuwarder courant : hoofdblad van Friesland, 23-03-1972). Disebutkan antara wilayah utara dan wilayah selatan di Belanda ejaan bahasanya selama ini tidak sama. Isu ejaan ini muncul dalam berbagai artikel surat kabar dan program televisi.  Disebutkan partisipasi dalam panitia ejaan resmi, yang telah bekerja selama bertahun-tahun pada ejaan yang bertanggung jawab mungkin dan yang juga dapat diterima oleh orang-orang Belanda Utara dan Selatan. Khususnya dalam dua puluh tahun terakhir, orang-orang di kalangan pendidikan tidak terlalu senang dengan hasil yang dibuat oleh orang-orang yang sangat bijaksana ini: setelah banyak mengutak-atik ejaan telah dibuat bahwa tidak ada seorang pun tanpa "buku hijau" yang benar untuk menulis.

Di Indonesia, ejaan pertama kali diusulkan oleh Charles Adrian van Ophuijsen, seorang guru yang memulai karir guru di Angkola Mandailing dan menjadi guru bahasa Melayu di sekolah guru (kweekschool) Padang Sidempoean sejak 1881. Charles Adrian van Ophuijsen sebagai guru di Padang Sidempoean selama delapan tahun dimana dalam lima tahun terakhir sebagai direktur Kweekschool Padang Sidempoean. Ejaan van Ophuijsen ini cukup lama hingga muncul ejaan Soewandi atau ejaan Repoeblik pada masa perang kemerdekaan Indonesia (1947). Lalu kemudian ejaan disempurnakan pada tahun 1972.

Pada tahun 1972 ini di Indonesia juga dilakukan perubahan dalam ejaan Bahasa Indonesia. Keputusan ini dituangkan dalam Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972 yang diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972. Penyempurnaan ini bersama dengan bahasa Melayu di Malaysia.

Nederlands dagblad : gereformeerd gezinsblad / hoofdred. P. Jongeling ... [et al.], 10-08-1972: ‘Ejaan bahasa Indonesia diperbarui. Jakarta. “Masih banyak orang di Indonesia yang lebih suka berbicara bahasa asing daripada bahasa Indonesia”, kata Menteri Pendidikan Indonesia, Mashuri, saat menyerahkan draf ortografi baru untuk bahasa resmi Indonesia, Bahasa Indonesia. Menurut menteri, sistem ejaan lama, termasuk republik dan Suwandhi, tertinggal dalam perkembangan penggunaan bahasa. Misalnya, sejauh ini dalam Bahasa Indonesia huruf f, ch. v dan sj ditulis, sementara mereka diucapkan. Selanjutnya, pengenalan ejaan baru harus mencegah merayap masuk kata-kata asing’.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Perubahan Ejaan: Ejaan Ophuijsen, Soewandi hingga EYD

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar