Jumat, 26 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (797): Pelurusan Sejarah Zaman Kuno di Nusantara; Narasi Sejarah Hindia Belanda Tidak Valid Lagi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ada perbedaan motif para peneliti/ahli sejarah era Hindia Belanda dibandingkan era Indonesia masa kini. Para peneliti era Hindia Belanda (orang Belanda khususunya) ruang lingkup penyelidikannya sejara era VOC/Belanda dan era Portugis serta zaman kuno. Tujuan mereka hanya satu menemukan fakta yang sebenarnya, menganalisis dengan teliti dari data yang tersedia (saat itu). Motif mereka umumnya hanya bersifat akademik untuk kebenaran ilmu pengetahuan.


Ada perbedaan ketersedian data sejarah pada era Hindia Belanda dengan era masa kini. Pada masa Hindia Belanda, para peneliti terbilang masih sangat terbatas ketersediaan data. Metode pengumpulan data dan analisis masih bersifat manual. Meski tujuannya murni untuk tujuan ilmu pengetahuan, tetapi dengan keterbatasa serupa hasilnya valid pada masa itu tetapi nilai validitasnya berbeda dengan hal yang sama diselidiki kembali. Pada masa ini tidak hanya secara akumulatif data semakin tersedia, tetapi juga semakin terdokumentasi dengan baik. Teknologi informasi masa kini membedakan tools yang digunakan masa lalu. Oleh karenanya banyak hasil penelitian yang dilakukan pada era Hindia Belanda tidak valid lagi. Seharusnya penyelidikan masa kini pada topik yang sama harusnya lebih baik jika dibandingkan pada masa lalu. Satu yang penting hasil-hasil penelitian masa lalu juga perlua dibaca, dipahami agar penyelidikan masa ini dapat membenarkan dan juga dapat memperbaiki kesalahan yang ada.

Lantas bagaimana sejarah pelurusan sejarah zaman kuno Nusantara? Seperti disebut di atas, era Hindia Belanda sudah banyak dilakukan, tetapi dalam konteks narasi sejarah era Hindia Belanda sudah banyak yang tidak valid lagi. Lalu bagaimana sejarah pelurusan sejarah zaman kuno Nusantara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pelurusan Sejarah Zaman Kuno Nusantara; Narasi Sejarah Era Hindia Belanda Tidak Valid Lagi

Sementara VOC/Belanda semakin kuat di nusantara (setelah Portugis terusir dan Spanyol menyingkir ke Filipina), dengan pesaing kuatnya terutama Inggris, penyelidikan peta nusantara selesai, dalam perkembangannya diantara orang-orang Belanda mulai ada beberapa orang yang melakukan penyelidikan sejarah Nusantara. Dua topik yang penting dalam hal ini, pada awal permulaan penyelidikan itu adalah tentang situasi dan kondisi geografi nusantara dan tentang peranan orang-orang Belanda sejak kehadiran Belanda (khususnya sejak era VOC).


Dalam penyelidikan geografi nusantara itu, peta nusantara yang telah terbangun sejak era Portugis diupdate dengan laporan-laporan yang terkumpul dari para pedagang VOC di berbagai pulau/daerah. Dalam penyelidikan ini diidentifikasi berbagai daerah dimana kerajaan-kerajaan terbentuk. Peran para pedagangan VOC dan persitiwa kerjadian yang terjadi selama kehadiran Belanda, terutama setelah VOC dihubungkan dengan lalu lintas perdagangan dan perang yang terjadi antara VOC dengan kerajaan-kerajaan. Sejumlah penelitian awal ini dilakukan oleh Georg Eberhard Rumphius, Francois Valentijn, Saint Martin dan Cornelis Chastelein. Francois Valentijn secara khusus menggunakan data yang tersedia di dalam catatan Kasteel Batavia (Daghregister) dan dokumen pemerintahan VOC (seperti laporan-laporan dan plakaat). Dalam laporan-laporan yang digunakan termasuk peta-peta/sketsa dan lukisan-lukisan yang dibuat para pedagang. Satu yang penting hasil penyelidikan iti adalah buku yang diterbitkan oleh Francois Valentijn dalam beberapa volume yang mulai diterbitkan 1722-1726)..

Dalam penyelidikan lebih lanjut, terutama setelah di Batavia dibentuk 1778 lembaga ilmu pengetahuan yang diinisiasi oleh Radermacher. Sejak Lembaga ini dibentuk laporan-laporan spesifik mulai muncul tentang sejara local dan peran VOC dari masa ke masa. Pengumpulan benda-benda kuno dan penyelidikan situs-situs kuno sejak era Hindoe dan juga termasuk situs-situs tua VOC. Penyelidikan ini termasuk dengan menggabungkan data dan dikumen VOC. Era inilah yang dapat dikatakan penyidikan nusantara secara masif dan lebih mendalam.


Para peneliti-peneliti asing juga mulai mengambil bagian dalam sejarah Nusantara, terutama para peneliti-peneliti Inggris. Satu yang penting perlu dicatat disini adalah nama William Marsden. Dalam kegiatan penyelidikan William Marsden juga termasuk topik khusus tentang sejarah dan bahasa Melayu. Fokus penelitian Marsden hanya terfokus di Sumatra dengan bukunya yang terkenal The History of Sumatra (terbit pertama 1781). Seperti kita lihat nanti peneliti Inggris lain focus di Jawa, Rafless dengan bukunya yang terkenal The History of Java yang terbit tahun 1818.

Pada era Pemerintah Hindia Belanda (terutama pasca pendudukan Inggris), penyelidikan sejarah nusantara semakin intens dilakukan. Fungsi Lembaga ilmu pengetahuan Batavia menjadi sangat strategis. Para pejabat yang ditempatkan di daerah, terutama di daerah dimana cabang pemerintahan dibentu, tidak hanya menulis laporan tahunan dan laporan akhir masa jabatan, juga selama dan setelah menjabat para pejabat tersebut menjadi bagian dari anggota lembaga ilmu pengetahuan Batavia. Para peneliti yang datang khusus dari Belanda semakin banyak datang, baik sebagai tugas universitas maupun dalam kaitannya dengan organisasi profesi termasuk organisasi lembaga ilmu pengetahuan Batavia.


Lembaga ilmu pengetahuan Batavia, terus berkembang dan memainkan banyak peran dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan di nusantara. Kegiatan Lembaga sejak era VOC diteruskan seperti laporan perjalanan, penerbitan buku-buku dan pertemuan-pertemua ilmiah dan pertemuan tahunan. Satu yang penting fase awal ini adalah lembaga ilmu pengetahuan menerbitkan jutnal (semi) ilmiah yang kali pertama terbit tahun 1836. Jurnal in cukup lama bertahan, dan menjadi salah satu sunber data sejarah nusantara yang penting. Jangan dilupakan bahwa surat kabar yang pertama di Batavia telah terbit sejak 1810 dan kehadiran surat kabar tidak pernah berhenti, dan jumlahnya semakin banyak, adalah sumber sejarah yang penting juga. Di dalam surat kabar ini kemudian artikel sejarah juga ditemukan, meski sifatnya popular, tetapio juga kerap redaksi menurunkan artikel berseri yang didasarkan pada buku baru yang terbit atau buku yang tengah fase persiapan percetakan.

Dalam hal sejarah nusantara, yang dalam perkembangannya hanya lebih terfokus pada wilayah Hindia Belanda (baca: Indonesia), berbagai laporan diterbitkan dan berbagai analisis dan buku-buku diterbitkan, tertutama dari kalangan akademisi di Hindia Belanda maupun di Belanda, secara akunulatif telah membentuk data sejarah Indonesia (baca: Hindia Belanda) dan membentuk daftar bibliografi Indonesia yang semakin panjang. Dalam daftar ini juga termasuk diantaranya ditulis oleh orang-orang pribumi yang terpelajar (termasuk tesis dan desertasi).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Narasi Sejarah Era Hindia Belanda Tidak Valid Lagi: Tugas Peneliti/Ahli Sejarah Masa Kini Tidak Hanya Sekadar Membaca dan Mengutip

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar