Jumat, 26 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (798): Pelurusan Sejarah Zaman Baru di Indonesia; Narasi Sejarah Indonesia Kini Ada Tidak Reliabel


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sebagaimana pada artikel sebelum ini, ada perbedaan motif para peneliti/ahli sejarah era Hindia Belanda dibandingkan era Indonesia masa kini. Para peneliti masa kini, baik orang Indopnesia maupun orang asing (terutama orang Belanda) tentang sejarah Indonesia (sejarah Indonesia merdeka, sejarah Hindia Belanda, sejarah era VOC/Belanda dan era Portugis serta zaman kuno). Tujuan para peneliti pada masa ini tetap untuk tujuan kebenaran ilmiah, tetapi kerap tergoda dengan motif lainnya. Hal itulah mengapa narasi sejarah Indonesia masa kini tidak sedikit yang kontroversi (relative terhadap era Hindia Belanda).


Ada perbedaan ketersedian data sejarah pada era Hindia Belanda dengan era masa kini. Pada masa kini, para peneliti sudah cukup tinggi ketersediaan data, juga metode pengumpulan data dan analisis lebih canggih dan lebih banyak pilihan untuk yang sesuai. Hanya saja perlua diperhatikan bahwa data-data yang berasal dari era Hindia Belanda ada yang bersifat politis dan ada yang apa adanya. Dokumen-dokumen pemerintah harus dapat dipilah-pilah. Dokumen pemerintahm terutama yang bersifat kebijakan tidak mengacu pada fakta dan data. Selain itu, data yang bersumber dari era Indonesia merdeka meski banyak tersedia tetapi para peneliti tidak semurni pada era Hindia Belanda. Para peneliti masa kini sudah tergoda dengan pesanan (pihak lain) atau tujuan yang lain (tujuan pribadi) yang adakalanya tidak terkait dengan kebenaran ilmiah, tetapi ada yang sebaliknya kesimpulan penelitian yang dibuat malahan untuk tujuan pembenaran.

Lantas bagaimana sejarah pelurusan sejarah zaman baru Indonesia? Seperti disebut di atas, penelitian pada era Hindia Belanda banyak yang tidak valid lagi. Lalu penelitian pada masa ini narasi sejarah Indonesia merdeka banyak yang tidak reliabel. Semua itu karena masuknya motif pribadi yang tidak terkait dengan tujuan kebenaran ilmu pengetahuan. Lalu bagaimana sejarah pelurusan sejarah zaman baru Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pelurusan Sejarah Zaman Baru Indonesia; Narasi Sejarah Indonesia Merdeka Banyak Tidak Reliabel

Sejarah Indonesia, sejak era Nusantara (baca: Hindia Timur) sudah banyak ditulis dan semakin banyak tulisan-tulisan yang dipublikasikan dalam berbagai bentuk di berbagai jenis media (surat kabar, majalah, jurnal dan buku). Data dan publikasi menjadi sumber sejarah yang penting yang dapat digunakan para peneliti/penulis berikutnya (tentu saja bis akita akses semua pada masa ini). Seperti dideskripsikan pada artikel sebelum ini, banyak data publikasi pada era Hidia Belanda tidak valid lagi. Untuk meningkatkan validitasnya sudah menjadi tugas para peneliti/penulis pada era Indonesia (orang Indonesia dan asing). Dalam konteks inilah kita membicara soal pelurusan sejarah zaman baru Indonesia.


Dalam penulis narasi sejarah Indonesia, jika ada tujuan dengan motif pribadi, yang mengingkari kebenaran ilmu pengetahuan, misalnya kebohongan dengan mempromosikan dan mengelembungkan pelaku dan peristiwa sejarah satu pihak, maka akan menghilangkan pelaku sejarah dan mengerdilkan peristiwa sejarah pihak lain, juga akan menurangi hak public. Dunia ilmu pengathuan dalam hal ini telah sejak lama mengusung motto: Veritas, Probitas, Iustitia yang artinya Kebenaran, Kejujuran, Keadilan. Motto ini membentengi dunia ilmu pengetahuan masuknya motif pribadi di atas hak public.

Pada era Indonesia baru ini, akumulasi data dan publikasi orang-orang Belanda semakin menurun (terutama sejak 1857), sementara data dan publikasi anak bangsa Indonesia semakin banyak, seperti fungsi dokumentasi instansi, surat kabar dan penerbitan buku-buku baik di lingkung perguruan tinggi maupun lainnya. Dalam fase baru Indonesia ini, sumber yang dijadikan rujukan adalah sumber-sumber yang berasal dari era Hindia Belanda dan juga sumber-sumber terkini. Analisis dan penerbitan orang Indonesia yang semakin banyak, alamnya sudah berbeda dengan era Belanda (VOC dan Pemerintah Hindia Belanda). Dalam alam Indonesia baru, presferensi penulis tidak sepenuhnyanya lagi dengan motto Veritas, Probitas, Iustiti. Mengapa?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Narasi Sejarah Indonesia Merdeka Banyak Tidak Reliabel: Politik dan Etik dalam Penyelidikan Sejarah Masa Kini

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar