Selasa, 08 November 2022

Sejarah Bengkulu (2): Asal Usul Awal Nama Bengkulu;Benkulen, Bengkulen, Bangkulon, Bangkaihulu, Bangkahulu dan Bencoolen


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini 

Apalah arti sebuah nama? Itu bahasa sastra ala William Shakespeare. Namun dalam bahasa sejarah nama (tempat) itu sangat berarti, tidak hanya sebagai penanda navigasi pelayaran perdagangan, juga koding yang penting dalam navigasi pencarian data sejarah. Nama Bencoolen haruslah memandu kita pada masa menavigasi untuk mencari data sejarah di Bengkulu. Dalam hal inilah nama Bengkulu dalam rentang sejarah memiliki arti.


Asal-usul Nama Bengkulu: dari Bangkai dan Hulu, Terkait Perang. KOMPAS.com - Kota Bengkulu adalah sebuah provinsi yang berada di pulau Sumatra. Kota ini terletak di bagian Barat Daya Pulau Sumatra, yang berbatasan dengan provinsi Sumatra Barat, Jambi, Sumatra Selatan, dan Lampung. Bengkulu dalam bahasa Belanda disebut Benkoelen atau Bengkulen; dalam bahasa Inggris disebut Bencoolen; sementara dalam bahasa Melayu disebut Bangkahulu. Terdapat banyak versi cerita tentang asal usul dan nama Bengkulu, ada yang menyebutkan bahwa nama Bengkulu berasal dari bahasa Melayu 'Bangkulon'. Kata 'bang' yang berarti “pesisir” dan 'kulon' yang berarti “barat”, kemudian mengalami pergeseran pengucapan. Kata "bang" berubah menjadi beng, dan "kulon" menjadi kulu. Sementara sumber lain menyatakan nama “Bencoolen” diambil dari sebuah nama bukit di Cullen, Skotlandia, Bm of Cullen. Dilansir laman resmi Pemeritah Kota Bengkulu, sumber tradisional menyebutkan bahwa Bengkulu atau Bangkahulu berasal dan kata Bangkai dan Hulu yang maksudnya bangkai di hulu. Konon menurut sejarah, dulu pernah terjadi perang antara kerajaan-kerajaan kecil yang ada di Bengkulu. Pertempuran itu banyak menimbulkan korban dari kedua belah pihak di hulu sungai Bengkulu. Korban perang inilah yang menjadi bangkai tak terkuburkan di hulu sungai tersebut. Maka tercetuslah sebutan Bangkaihulu yang lama-kelamaan berubah pengucapan menjadi Bangkahulu atau Bengkulu (Kompas.com).

Lantas bagaimana sejarah asal usul awal nama Bengkulu? Seperti disebut di atas ada banyak versi yang banyak ditulis Benkoelen (Belanda), Bencoolen (Inggris) dan Bengkulu (masa ini). Lalu bagaimana sejarah asal usul awal nama Bengkulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Asal Usul Awal Nama Bengkulu; Benkoelen, Bengkulen, Bangkaihulu, Bangkahulu, Bencoolen dan Bangkulon

Kapan nama Bengkulu bermula tidak diketahui secara pasti. Namun yang jelas nama Bengkulu sudah terinformasikan dalam Peta 1655 yang diidentifikasi dengan nama Boncolo. Dalam sketsa tahun 1665 yang dibuat pelaut VOC/Belanda juga dengan nama Boncolo. Meski demikian, pantai barat Sumatra sudah dikenal pelaut-pelaut Belanda sejak awal (bahkan sejak era pelaut-pelaut Portugis), tentu saja wilayah/Kawasan Bengkulu, tetapi tidak ada yang mengidentifikasi nama Bengkulu.


Saat kehadiran pelaut-pelau Belanda kali pertama, dalam ekspedisi yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman (1595-1597). Ekspedisi ini yang datang dari arah Madagaskan menemukan pulau pertama yang mereka identifikasi Engano (Enggano). Setelah menemukan pulau Enggano, satu kapal menyusuri pantai barat Sumatra hingga ke ujung di utara, sedangkan kapal-kapal lainnya meneruskan pelayaran ke (pelabuhan Banten). Di perjalanan, di selat Soenda, Cornelis de Houtman dan para pendampingnya diterima di suatu kampong yang mereka identifikasi dengan nama kampong Dampin. Nama (kampong) Dampin ini saya kira berada di Kalianda yang sekarang. Dalam peta ekspedisi Cornelis de Houtman di dekat Bengkulu hanya mengidentifikasi nama Dampin dan Andepuro (Indrapura).

Identifikasi nama Bengkulu (sketsa 1665) yang dibuat oleh Johannes Vingboons, seorang pelukis Francis diduga kuat setelah ekspedisi VOC/Belanda ke pantai barat Sumatra pada tahun 1665 untuk menaklukkan tiga kerajaan di di sekitar kota Padang yang sekarang. Pada tahun 1665 ini juga kebijakan baru Pemerintah VOC untuk menjadikan penduduk sebagai subjek.


Sejak kehadiran Belanda (1596), jika disebut Dampin telah mendapat penerimaan yang baik, tetapi Cornelis de Houtman di Banten mendapat masalah, yang kemudian mereka melanjutkan pelayaran ke Ambonia, namun satu kapal rusak di atas perairan utara Bali dan setelah mengitari pulau Lombok mereka diterima di Bali (pantai timur). Ekspedisi-ekspedisi Belanda berikutnya semakin intens, namun ekspedisi yang dipimpin Cornelis de Houtman Kembali (1598) mendapat masalah di Atjeh (Cornelis de Houtman terbunuh). Pada tahun 1605 satu ekspedisi yang dipimpin Admiral van Hagen, yang didalamnya termasuk Frederik de Houtman yang juga turut dalam dua eskpedisi de Houtman, menyerang Portugis di Amboina. Benteng Portugis di Amboina kemudian dijadikan ibu kota/pos utama perdagangan Belanda. Pada tahun 1613 Belanda yang berpusat di Amboina menyerang Portugis di Solor dan Koepang. Dengan modal itulah kemudian Belanda yang berhomebase di pulau Onrust atas nama VOC menyerang Jakatra yang kemudian tahun 1619 benteng Batavia didirikan (ibu kota direlokasi dari Amboina). VOC di Batavia sempat mendapat serangan dari Mataram dan Banten (1626), lalu kemudian menyerang Portugis di Malaka dan Kamaboja tahun 1641 (tamat sudah Portugis, kecuali tersisa di pulau Timor bagian timur dan Makao). VOC/Belanda yang semakin menguat paksi yang berbeda di pantai barat Sumatra meminta bantuan VOC, yang lalu dikirim ekspedisi tahun 1665. Pada tahun 1669 satu kerajaan kuat di Makassar (Gowa) berhasil ditaklukkan VOC di bawah komando admiral Spelmann. Praktis kekuasan VOC telah menyebar di seluruh Asia Tenggara, kecuali Borneo yang kurang mendapat perhatian dan Filipina (di bawah Spanyol). Pemberontak sang anak di Kesultanan Banten yang meminta bantuan VOC, satu ekspedisi dikirim ke Banten tahun 1682. Sang ayah (Sultan) yang bermitra dengan Inggris tersingkir dari Banten. Akibatnya wilayah, selain Banten, Lampung menjadi bagian dari perdagangan VOC (di teluk Semangka dan muara sungai Toelang Bawang). Pada saat kekacauan di Banten, Inggris yang berpusat di India (Calcutta) bekerjasama dengan Selebar yang ingin membebaskan diri dari Banten tahun 1685. Lalu Inggris tahun 1686 bekerjasama dengan pemimpin local di Bengkulu dimana perwakilan Inggris Ralph Ord berkedudukan (sementara VOC memiliki otoritas dari Indrapoera hingga Barus dan Singkil). Dalam perkembangannya nanti Inggris sempat diusir oleh Prancis di Bencoolen di bawah d’Estaing (Prancis berpusat di Air Bangis). Peta Cornelis de Houtman (1595-1597).

Pada awalnya tahun 1685 Inggris membuka pos pedagangan di muara sungai Benculo. Tempat ini sebelumnya kurang mendapat perhatian tampanya Namun tempat itu tidak sehat bagi orang-orang Inggris, sehingga pos perdagangan tersebut di direlokasi ke tempat, satu jam perjalanan di selatan, benteng Inggris. Pusat Kota Bengkulu sekarang (lihat Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1842 dengan judul artikel Bengkoelen 1833).


Ada satu peristiwa penting yang mendahului pembukaan pos perdagangan Inggris di Bencoolen, yakni berakhirnya perang saudara di Banten yang berebut kekuasaan antara sang ayah (Sultan) dan sang anak (pangeran). Sultan yang telah berhasil disingkirkan antas bantuan Belanda/VOC, membuat Inggris juga tersingkir yang selama ini dekat dengan Sultan. Peristiwa yang terjadi pada akhir perang di Banten, VOC/Belanda yang berkedudukan di Padang dan Palembang, Pemerintah yang berkedudukan di Batavia, mengirim satu ekspedisi ke Pagaroejoeng dari Malaka ke pedalaman yang dipimpin oleh Thomas Dias melalui sungai Kampar/sungai Siak tahun 1684. Peristiwa penting lainnya sesudah Inggris berkedudukan di Benkoelen adalah pengirim ekspedisi ke wilayah hulu sungai Tjiliwong yang dipimpin oleh Sersan Scipio tahun 1687.  

Tunggu deskripsi lengkapnya

Benkoelen, Bengkulen, Bangkaihulu, Bangkahulu, Bencoolen dan Bangkulon: Nama Tempat Itu Berarti

Sejak kehadiran Inggris (EIC) di Bengkulu, nama Bengkulu dari nama Bonculo kemudian teridentifikasi dengan nama Bencolen (lihat Amsterdamse courant, 09-05-1724). Disebutkan tiga kapal EIC baru tiba di Inggris dari Baombay, St Helena dan Bencolen. Ini mengindikasikan, pantai barat India di Bombay sudah dikuasasi Inggris, sementara VOC/Belanda yang sebelumnya masih memiliki otoritas di Coromandel dan Malabar telah direbut EIC yang berpusat di Calcutta/Madras. Nama Bengkulu juga diidentifikasi dengan nama Bencoolen (lihat 's Gravenhaegse courant, 27-09-1734). Disebutkan kapal EIC berangkat dari Inggris 3 kapal menuju China, 6 kapal menuju Kust en de Baey, 2 kapal menuju Bencoolen dan 3 kapal menuju Bombay.


Nama Bengkulu diduga pertama kali diidentifikasi oleh para pelaut VOC/Belanda dengan nama Boncolo. Namun sejak kehadiran Inggris di Bengkulu nama Boncolo bergeser menjadi Bencoolen atau Bencolen. Penamaan diantara Inggris dan Belanda tampaknya soal pelafalan semata. Lantas, bagaimana dengan pengucapan dan penulisan nama aslinya menurut penduduk Bengkulu sendiri. Besar dugaan dilafalkan sebagai Bengkulu seperti pada masa ini. Peta Francois Valentijn.

Peta Sumatra yang lebih sempurna baru terbit pada tahun 1724, peta yang dibuat oleh seorang ahli geografi Belanda yang tinggal di Amboina, Francois Valentijn. Peta ini kemudian kerap dijadikan patokan oleh ahli kartografi asing seperti Inggris. Valentijn yang banyak mengunjungi berbagai tempat khususnya di Hindia Timur telah menerbitkan buku yang diterbitkan pada tahun 1726, Francois Valentijn tidak hanya mengulik klaporan-laporan Portugis juga memiliki akses pada data catatan harian Kasteel Batavia (Daghregister). Oleh karena itu, peta yang dibuat Valentij lebih kaya tentang nama-nama geografi di Hindia Timur.


Dalam peta yang dibuat Francois Valentijn, nama Bengkulu diidentifikasi dengan nama Bancoulo. Nama ini tampaknya pelafalan baru oleh orang-orang Belanda yang tetap berbeda dengan cara pelafalan orang-orang Inggris. Identifikasi Valintijn ini pad dasarnya masih mirip dengan nama awal Bengkulu sebelum identifikasi nama oleh Inggris. Dalam peta Valentijn ini dengan jelas posisi kota/kampong Dampin dan Bencoulo diifrntifikasi. Kampong Dampin berada di sekitar gunung Radja Basa, Kalianda yang sekarang, sementara posisi kampong/kota Bengkulu berada di sebelah utara sungai Bengkulu (sungai Serut). Sedangkan kota/kampong diidentifikasi di ujung tanjong antara selat Lampung dan selat Semangka dekat dengan pulau Lagundi.

Yang perlu diperhatikan dalam peta Francois Valentijn, bahwa nama Bengkulu yang diidenytifikasi dengan nama Bencoulo. Memiliki kemiripan dengan nama ditempat lain di pantai timur Sumatra yakni nama pulau Bangka yang diidentifikasi dengan Banca (Bangka) dan nama Bancalo di sungai Rokan (Bangkalis atau Bengkalis). Jika penduduk Bengkulu di wilayah pesisir adalah orang Melayu, lalu apakah ada hubungan nama tersebut di zaman kuno antara Bengkulu di pantai barat dan nama Bangka dan nama Bengkalis.


Nama Banca pertama kali diidentifikasi oleh pelaut-pelaut Portugis. Banca atau Bangka dalam hal ini diduga adalah nama yang berasal dari zaman kuno (Banka atau Bangka). Oleh karena itu nama Bangkulu dan nama Bengkalis juga diduga berasal dari zaman kuno. Nama Bangka lainnya juga ditemukan di Jawa (Bangkalan di pulau Madura). Bisa juga ditambahkan disini nama Bangkok. Last but not least: bagaimana dengan nama Bangko di pedalaman? Dalam hubungannya dengan nama Bengkulu, untuk nama yang terakhir tersebut mungkin akan dibuat artikel tersendiri.

Sebagaimana akan dideskripsikan nanti, nama-nama yang beredar sekarang yakni Bengkulu; Benkoelen, Bengkulen, Bangkaihulu, Bangkahulu, Bencoolen dan Bangkulon, hanya nama Bangkaihulu yang tidak dapat ditelusuri. Nama Bengkoelen atau Bengkulen berasal dari nama Belanda, sementara Bengcoolen dari nama Inggris. Bangkahulu merujuk pada nama yang diberikan oleh penduduk asli, sedangkan orang yang berasal dari Jawa ada yang menyebut nama Bangkulon. Namun tampaknya dari semua itu ada yang terlupakan nama Banka atau Bangka adalah nama yang berasal dari zaman kuno. Oleh karena itu, seperti dideskripsikan nanti kisahnya menjadi berubah.Nama Bengkoeloe atau Bengkulu sendiri baru meuncuk belakangan.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar