*Untuk melihat semua artikel Sejarah Indonesia Jilid 1-10 di blog ini Klik Disini
Siapa leluhur bangsa
Indonesia? Yang jelas terdapat penghormatan terhadap leluhur dari satu generasi
ke generasi. Pada masa ini asal usul bangsa Indonesia disebut sangat beragam
dan kompleks, dengan beberapa teori yang menjelaskan kedatangan nenek moyang ke
kepulauan Nusantara. Teori yang paling umum diterima adalah bahwa nenek moyang
bangsa Indonesia berasal dari wilayah Yunan, Tiongkok Selatan, yang kemudian
bermigrasi melalui jalur darat dan laut ke kepulauan Indonesia.
Beberapa teori dan pendapat ahli mengenai asal usul nenek moyang bangsa Indonesia: 1. Teori Yunan: bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan, Cina, dan masuk ke Indonesia melalui dua gelombang migrasi. 2. Teori Out of Taiwan: Teori ini menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Taiwan dan menyebar ke wilayah Nusantara. 3. Teori Nusantara: Teori ini menekankan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah penduduk asli kepulauan Indonesia yang kemudian berkembang dan menyebar ke berbagai wilayah. 4. Teori Afrika: Teori ini menyatakan bahwa manusia purba dari Afrika menyebar ke berbagai benua, termasuk Indonesia. Secara umum, nenek moyang bangsa Indonesia diperkirakan terdiri dari beberapa kelompok, antara lain: Proto Melayu (Melayu Tua): Kelompok ini diyakini sebagai kelompok pertama yang masuk ke Nusantara dan membawa budaya Neolitikum. Deutero Melayu (Melayu Muda): Kelompok ini masuk ke Nusantara setelah Proto Melayu dan membawa budaya perunggu dan besi. Melanesoid: Kelompok ini diperkirakan mendiami wilayah Indonesia bagian timur, seperti Papua. Negrito dan Weddid: Kelompok ini diperkirakan sudah ada di Indonesia sebelum kedatangan kelompok Melayu. Perlu diingat bahwa teori-teori ini merupakan hasil penelitian dan pendapat para ahli, dan masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini (AI Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah dalam penghormatan terhadap leluhur masa lalu? Seperti disebut di atas penghormatan terhadap leluhur sudah dimulai dari generasi ke generasi sejak masa lampau. Dalam hal inilah penting penulisan sejarah tentang asal-usul bangsa Indonesia. Lalu bagaimana sejarah dalam penghormatan terhadap leluhur masa lampau? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja. Dalam hal ini saya bukanlah penulis sejarah, melainkan hanya sekadar untuk menyampaikan apa yang menjadi fakta (kejadian yang benar pernah terjadi) dan data tertulis yang telah tercatat dalam dokumen sejarah.
Sejarah dalam Penghormatan Terhadap Leluhur Masa Lalu: Tentang Asal-Usul Bangsa Indonesia
Bukti-bukti penghormatan terhadap leluhur dapat diperhatikan sebagai suatu warisan masa lampau yang Sebagian masih dilestarikan hingga ke masa kini. Bukti-bukti itu antara lain dalam bentuk bahasa, aksara, adat istiadat. Tentu saja yang tidak boleh dilupakan adalah badan yang membentuk diri yang dibedakan satu dengan yang lainnya seperti postur tumbuh, rambut, bentuk mata, warna kulit, rahang dan sebagainya.
Penghormatan terhadap leluhur merupakan praktik
budaya yang umum di berbagai masyarakat, termasuk Indonesia, yang menunjukkan
rasa hormat dan bakti kepada nenek moyang yang telah meninggal dunia. Tradisi
ini beragam, mulai dari upacara adat, ritual keagamaan, hingga menjaga dan
melestarikan nilai-nilai luhur yang diwariskan. Beberapa contoh penghormatan
leluhur: Upacara adat: Banyak suku di Indonesia memiliki upacara adat khusus
untuk menghormati leluhur, seperti Ma'nene di Toraja (memandikan dan mengganti
pakaian jenazah leluhur). Ritual keagamaan: Dalam konteks agama, seperti dalam
tradisi Hindu, terdapat ritual seperti Pitra Yadnya yang ditujukan untuk
menyucikan roh leluhur. Dalam Islam, ada tradisi haul (peringatan kematian)
yang juga merupakan bentuk penghormatan. Perayaan budaya: Beberapa daerah
memiliki perayaan khusus untuk memperingati leluhur, seperti Suran di Jawa yang
merupakan perayaan tahun baru Jawa dalam Islam. Menjaga nilai-nilai luhur: Penghormatan
juga bisa dilakukan dengan menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur, adat
istiadat, dan tradisi yang diwariskan oleh leluhur. Alasan penghormatan
leluhur: Mengingat sejarah: Menghormati leluhur adalah cara untuk mengingat
sejarah dan asal usul diri sendiri. Memperkuat ikatan spiritual: Tradisi ini
dapat memperkuat ikatan spiritual dan moral dengan generasi sebelumnya. Melestarikan
budaya:Penghormatan leluhur membantu melestarikan budaya dan tradisi suatu
masyarakat. Mendapatkan berkah: Beberapa kepercayaan meyakini bahwa dengan
menghormati leluhur, keturunan akan mendapatkan berkah dan perlindungan. Menjaga
persatuan keluarga: Dalam budaya Tionghoa, penghormatan leluhur juga dianggap
memperkuat persatuan keluarga. Penghormatan terhadap leluhur bukan hanya
sekadar ritual, tetapi juga merupakan wujud syukur, pelestarian budaya, dan
penguatan ikatan antar generasi (AI Wikipedia).
Sejak kehadiran orang Eropa/Portugis di nusantara, pencatatan-pencatatan tentang berbagai hal yang dilakukan dapat dibandingkan dengan situasi dan kondisi masa kini. Bahasa yang beragam, keberadaan bahasa Melayu, bahasa lainnya seperti bahasa Jawa dan bahasa Batak masih dapat diperhatikan pada masa ini sebagai bahasa Melayu di berbagai daerah (yang menjadi cikal Bahasa Indonesia), bahasa Jawa di Jawa dan bahasa Batak di Sumatra. Bahasa dalam hal ini menjadi salah satu warisan dari para leluhur.
Tidak hanya perkembangan dalam bahasa-bahasa yang ada,
yang terus mengalami perkembangan, ada bagian dalam bahasa yang hilang dan ada
bagian bahasa yang ditambahkan (dipinjam dari bahasa lain atau terbentuk
sendirinya di dalam masing-masing bahasa), juga di dalam aksara. Adat istiadat
juga ada bagian yang hilang dan ada bagian yang ditambahkan. Demikian juga
dalam hal religi. Sudah barang tentu tentang pengetahuan dan kemajuan ilmu dan
teknologi di masing-masing wilayah dimana bahasa, aksara dan adat istiadat itu berada.
Sudah seberapa tua warisan-warisan dari para leluhur itu ada tidak terinformasikan sepenuhnya. Hanya serpihan-serpihan yang bisa ditentukan penanggalannya yang terinformasikan seperti sejumlah prasasti dan sejumlah candi. Berbeda dengan serpihan berbahan karbon seperti kayu, kulit kayu, daun dan kertas yang dapat diukur usianya, penanggalan tanah dan bebatuan seperti prasasti dan bahan candi masih sulit didating.
Sementara penanggalam terhadap suatu benda/bangunan
kepurbakalaan yang masih sulit ditentukan penanggalannya, tentu saja masih
banyak bukti-bukti masa lampau yang belum terinformasikan pada masa ini, namun
tidak tertutup kemungkinan ditemukan kemudian. Dengan demikian pengetahuuan
masa lampau (dari para leluhur) masing mungkin terus berkembang.
Salah satu pencapaian mutakhir pada masa ini adalah teknologi genom (Y-DNA Haplogroups). Teknologi DNA ini mampu memetakan keragaman populasi manusia bahkan hingga ukuran wilayah yang lebih kecil. Peta DNA ini dapat digunakan untuk melihat adanya relasi kelompok populasi di suatu wilayah dengan kelompok populasi di lain wilayah. Pemetaan DNA ini juga sudah mulai dimanfaatkan dalam studi migrasi populasi zaman dulu. Dalam peta DNA ini disebutkan para peneliti menemukan jejak DNA tertua di Nusantara terkait dengan gelombang pertama migrasi Homo Sapiens) dari Afrika sekitar 72.000 tahun yang lalu.
DNA Indonesia, yang mencakup jejak genetika berbagai
kelompok leluhur, berasal dari berbagai periode waktu yang berbeda. Peneliti
menemukan bahwa jejak DNA tertua di Nusantara terkait dengan gelombang pertama
migrasi Homo Sapiens dari Afrika sekitar 72.000 tahun yang lalu. Migrasi kedua,
yang membentuk sebagian besar populasi Indonesia saat ini, terjadi sekitar
30.000 tahun yang lalu dari Asia Daratan bagian selatan. Selain itu, ada juga
migrasi dari Formosa sekitar 5.000 hingga 6.000 tahun yang lalu, dan migrasi
terakhir dari wilayah Samudra Hindia antara abad ketiga hingga ketiga belas. Secara
lebih rinci, jejak DNA di Indonesia dapat ditelusuri melalui beberapa gelombang
migrasi: Migrasi Awal (72.000 tahun lalu): Gelombang pertama migrasi Homo
Sapiens dari Afrika yang menyusuri jalur selatan, mencapai wilayah Nusantara. Migrasi
Kedua (30.000 tahun lalu): Migrasi dari Asia Daratan bagian Selatan, yang
dianggap sebagai asal usul sebagian besar populasi Indonesia saat ini. Migrasi
Formosa (5.000-6.000 tahun lalu): Migrasi dari Formosa (Taiwan) ke Kepulauan
Nusantara. Migrasi Terakhir (Abad ke-3 hingga ke-13): Migrasi dari wilayah
sekitar Samudra Hindia. Penelitian genetika, yang dikombinasikan dengan
penelitian sejarah, antropologi, arkeologi, dan linguistik, memberikan gambaran
yang lebih jelas tentang asal-usul leluhur orang Indonesia. Penelitian ini
menunjukkan bahwa orang Indonesia adalah hasil dari campuran berbagai kelompok
leluhur yang datang ke Nusantara pada waktu yang berbeda (AI Wikipedia).
Jejak DNA tertua di Nusantara dari Afrika tentu saja tidak signifikan dalam pembentukan peta DNA populasi Indonesia masa kini. Yang cukup signifikan antara lain dari Asia Daratan bagian selatan. Namun yang mengejutkan juga dari Formosa. Migrasi terakhir ke nusantara disebut dari wilayah Samudra Hindia (antara lain India) antara abad ke-3 hingga ke-13. Bagaimana dengan dari Laut Tengah dan Eropa?
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tentang Asal-Usul Bangsa Indonesia: Out of Africa dan Out of Taiwan vs Out of Home Nusantara
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang
warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor
(1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai
dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya
memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar
dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau
waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar