*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini
Seperti
halnya guru, tokoh pers asal Padang Sidempuan tempo doeloe juga cukup banyak. Hampir
semuanya berkarir di luar wilayah Tapanuli, tidak hanya di Medan dan Padang,
juga di (pulau) Jawa. Semuanya bermula dari sang pionir, Saleh Harahap gelar
Dja Endar Moeda, kelahiran Padang Sidempoean, alumni sekolah guru (kweekschool)
Padang Sidempoean tahun 1884. Dalam sejarah pers nasional, Dja Endar Moeda
dikenal sebagai Radja Persoeratkabaran di Sumatra. Dja Endar Moeda pernah
mengatakan: ‘pendidikan dan jurnalistik sama pentingnya, sama-sama mencerdaskan
bangsa’ (1897).
Nama Dja Endar Moeda, bahkan hingga ini hari,
kurang terinforasikan di Kota Padang Sidempoean. Boleh jadi karena namanya tempo
doeloe lebih populer di kota-kota Padang, Sibolga, Atjeh dan Medan. Namun itu
satu hal. Hal lainnya yang lebih penting dari figur pers nasional Dja Endar
Moeda adalah ketokohannya di masa lampau di kota Padang Sidempoean, yang
langsung-tidak langsung telah munculnya tokoh pers nasional asal Padang
Sidempuan, seperti: Hasan Nasution gelar Mangaradja Salamboewe, editor pribumi
kedua, Pertja Timor di Medan 1902-1908); Radjioen Harahap gelar Soetan
Casajangan di Belanda dan pendiri surat kabar Poestaha di Padang Sidempoean,
1915); Parada Harahap, yang memulai karir sebagai jurnalis pada usia muda 15
tahun yang mengivestigasi kekejaman para planter terhadap koeli asal Jawa di
Deli, 1918 dan menjadi The King of Java Press; Daftar ini sangat panjang, namun
yang fenomenal antara lain Sanusi Pane, seorang sastrawan besar Indonesia, Adam
Malik, pendiri kantor berita Antara, 1937, kelak menjadi Wakil Presiden RI; Mochtar
Lubis (pendiri surat kabar Indonesia Raja di Djakarta; Sakti Alamsyah Siregar,
pendiri surat kabar Pikiran Rakyat di Bandoeng dan AM Hutasuhut, pendiri
sekolah jurnalistik (kini IISIP, Lenteng Agunng, Jakarta).
Lantas
bagaimana sejarah tokoh pers nasional asal Padang Sidempoean ini terhubung satu
sama lain? Seperti disebut di atas itu semua bermula dari sang
pionir Dja Endar Moeda yang pernah menyatakan bahwa ‘pendidikan dan jurnalistik
sama pentingnya, karena sama-sama mencerdaskan bangsa’. Tokoh-tokoh pers asal
Padang Sidempoean ini aktif dan berpartisipasi penuh dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia. Lalu bagaimana sejarah mereka berlangsung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber
tempo doeloe.