*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Batavia adalah pusat perjuangan
bangsa Belanda (sejak era VOC). Di Batavia juga kemudian menjadi pusat
perjuangan (bangsa) Indonesia. Para pejuang Indonesia banyak yang berkiprah di
Batavia. Para pejuang itu sebagian bersekolah di Batavia. Salah satu sekolah
dimana lahir para pejuang Indonesia adalah sekolah kedokteran pribumi Docter
Djawa School. Meski demikian, para pejuang Indonesia ada juga yang memulai
pendidikan di sekolah-sekolah berbahasa Belanda seperti Koning Willem III
School dan Prins Hendrik School.
Koning Willem III School te Batavia disingkat KW III
School adalah pendidikan menengah umum yang pertama kali didirikan pemerintah
Hindia Belanda di Batavia pada tanggal 15 September 1860. Nama sekolah ini
diambil dari nama raja Belanda kala itu, yakni Koning (raja) Willem III.
Sekolah KW III berada di lokasi yang sekarang ditempati Perpustakaan Nasional
Indonesia di Jalan Salemba Raya. Berdasarkan Besluit Gouverneur Generaal 5 Juni
1859 Nomor 11 dibentuk komisi, Mr. A. Prins diangkat sebagai Ketua Kehormatan
Collegie van Curatoren van het Gymnasium Willem III; sebagai Kurator antara
lain T Ament. Pada tahun yang sama
Pemerintah telah menyetujui usulan Kommissie van Curatoren voor het Gymnasium
Willem III untuk membeli rumah almarhum Pierre Jean Baptiste de Perez untuk
lokasi sekolah tersebut. Pada tanggal 13 September 1860 diadakan ujian masuk
dengan hasil cukup memuaskan, 37 orang lulus dari 45 calon siswa. Pada tanggal
15 September 1860 Gymnasium Willem III dibuka dengan masa studi tiga tahun. Direktur
KW III School yang pertama adalah Dr. S. A. Naber. Berdasarkan Besluit
Gouverneur Generaal 21 Agustus 1867 Nomor 1, Gymnasium Willem III dibagi
menjadi dua bagian: Bagian A: Hoogere Burgerschool (HBS) dengan masa studi 5
tahun yang dimaksudkan agar setelah selesai pendidikan ini dapat melanjutkan ke
perguruan tinggi; Bagian B: masa belajar selama 3 tahun, setelah menyelesaikan
pendidikan ini dimaksudkan agar siswa dapat melanjutkan ke pendidikan lanjutan
perwira, pegawai negeri, atau pendidikan perdagangan dan kerajinan di Delft,
Belanda. Walaupun ditingkatkan menjadi HBS 5 tahun namun sebutan Gymnasium
Willem III tetap digunakan hingga tahun 1900an menjadi Koning Willem III
School. Ketika Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942, sekolah ini ditutup.
Gedungnya dipergunakan untuk Pertahanan Sipil Belanda. Setelah Belanda
menyerah, Jepang menggunakannya. Demikian juga saat sekutu mengalahkan Jepang,
gedung ini dipakai oleh tentara sekutu. Tahun 1949, setelah Belanda mengakui
kedaulatan RI, gedung KW III sempat menjadi markas kesatuan TNI Batalyon Kala
Hitam. Kemudian beralih menjadi kantor dan perumahan Jawatan Kesehatan TNI AD. Pada
awal 1987, bekas lokasi sekolah KW III tersebut direnovasi dan dipergunakan
untuk Perpustakaan Nasional Indonesia. Pada tanggal 11 Maret 1989, secara resmi
kompleks tersebut dibuka.(Wikipedia)
Lantas
bagaimana sejarah Batavia kota pendidikan? Seperti disebut di atas, satu
sekolah penting pada masa awal di Batavia adalah sekolah menengah (HBS) Koning
Willem III School. Namun tidak boleh dilupakan sebelum KW III S dibuka 1860 sudah ada sekolah menengah untuk pribumi
di bidng kedokteran yang kemudian dikenal Docter Djawa School. Lalu bagaimana
sejarah asal-usul Batavia sebagai kota pendidikan? Seperti kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber
tempo doeloe.