*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini
Andreas Hirata tekenal di Indonesia, sastrawan
lahir di Gantung, pulau Belitung. Novelnya terkenal Laskar Pelangi. Namun yang
menarik perhatian, nama Hirata sendiri, suatu marga orang Jepang. Adreas Hirata
mendapat nama Hirata atas pemberian nama dari ibunya. Sehubungan dengan nama
(marga) Hirata, nama ini cukup dikenal pada masa lampau, bahkan di Indonesia (baca:
Hindia Belanda). Nama Hirata juga ditemukan di Pangkal Pinang di pulau Bangka.
Di kampong saya juga pada era Hindia Belanda ada nama terkenal, (marga)
Tsukimoto.
Andrea Hirata Seman Said Harun atau lebih dikenal sebagai Andrea Hirata (lahir 24 Oktober 1967) adalah novelis Indonesia yang berasal dari Pulau Belitung, provinsi Bangka Belitung. Novel pertamanya adalah Laskar Pelangi yang menghasilkan tiga sekuel. Hirata lahir di Gantung, Belitung. Saat dia masih kecil, orang tuanya mengubah namanya tujuh kali. Mereka akhirnya memberi nama Andrea, yang nama Hirata diberikan oleh ibunya. Dia tumbuh dalam keluarga miskin yang tidak jauh dari tambang timah milik pemerintah, yakni PN Timah (sekarang PT Timah Tbk. Hirata memulai pendidikan tinggi dengan gelar di bidang ekonomi dari Universitas Indonesia. Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi, ia amat menggemari sains—fisika, kimia, biologi, astronomi dan sastra. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker. Sedang mengejar mimpinya yang lain untuk tinggal di Kye Gompa, desa di Himalaya. Setelah menerima beasiswa dari Uni Eropa, dia mengambil program master di Eropa, pertama di Universitas Paris, lalu di Universitas Sheffield Hallam di Inggris. Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari universitas tersebut dan ia lulus cum laude. Tesis itu telah diadaptasikan ke dalam Bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi ilmiah. Hirata merilis novel Laskar Pelangi pada tahun 2005. Novel ini ditulis dalam waktu enam bulan berdasarkan pengalaman masa kecilnya di Belitung. Ia kemudian menggambarkannya sebagai sebuah ironi tentang kurangnya akses pendidikan bagi anak-anak di salah satu pulau terkaya di dunia. Karya Andrea Hirata: etralogi Laskar Pelangi, Laskar Pelangi (2005), Sang Pemimpi (2006), Edensor (2007), Maryamah Karpov (2008) (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah Gantung kampong Andrea Hirata dan marga Hirata era Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, Andrea lahir di desa Gantung, pulau Belitung dan nama Hirata cukup dikenal di masa lampau pada era Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah Gantung kampong Andrea Hirata dan marga Hirata era Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.