Minggu, 30 Oktober 2022

Sejarah Lampung (24): Bukit Kunyit dan Geomorfologi Wilayah Teluk Betung; Teluk Lampung, Teluk Semangka, Pantai Kalianda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lampung di dalam blog ini Klik Disini 

Ada apa dengan bukit Kunyit di Teluk Betung, Lampung? Yang jelas nama sejenis ditemukan di tempat lain, gunung Kunyit (bukit belerang) suatu gunung berapi yang berada di desa Talang Kemuning, kecamatan Gunung Raya, Kerinci, Jambi, Puncak gunung memiliki dua kawah; dengan kawah teratas merupakan danau kawah. Perbukitan itu oleh masyarakat setempat dikenal dengan Gunung Kunyit karena warna belerang yang kuning seperti kunyit ditambah aroma bau belerangnya yang menyengat juga seperti kunyit. Lalu bagaimana dengan Bukit Kunyit di Teluk Lampung? Tampaknya akan segera lenyap.


Kawasan Lampung. KOTA BANDAR LAMPUNG. Inilah sisa dari Bukit Kunyit yang kemungkinan besar dalam beberapa tahun lagi hanya tinggal nama karena adanya penambangan batu yang terus menerus menggerus Bukit Kunyit. Dan sangat memungkinkan akan rata seperti tanah dan semakin rusaknya ekosistem di wilayah Bukit Kunyit. Perbukitan yang seharusnya bisa menjadi destinasi wisata untuk menambah PAD tapi hanya masuk ke kantong pemodal tambang batu. Miris memang, tapi begitulah adanya sebelum Bukit Kunyit hilang sepertinya kalian harus buru-buru berkunjung di puncak bukitnya, bisa juga mengambil beberapa jepretan untuk sebuah bukti adanya Bukit Kunyit di Bandar Lampung. Panorama di Bukit Kunyit memang begitu indah kamu bisa melihat pantai yang begitu biru dari puncak bukit. Tempat wisata di Lampung yang sebentar lagi hilang ini berada di wilayah Kecamatan Bumi Waras, Bandar Lampung
. (https://direktoripariwisata.id/unit/6539)

Lantas bagaimana sejarah Bukit Kunyit di pantai Teluk Betung di Lampung? Seperti disebut di atas, Bukit Kunyit di Lampung akan segera lenyap dari permukaan bumi. Namun tidak hanya hingga disitu, bagaimana sejarah bukit di wilayah perairan Teluk Lampung tersebut? Menarik untuk diperhatikan sejarah geomorfologis wilayah Lampung di Teluk Betung, Teluk Semangka dan pantai Kalanda. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 29 Oktober 2022

Sejarah Lampung (23): Sejarah Pertanian dan Perkebunan di Wilayah Lampung: Peta Perkebunan di Lampong Era Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lampung di dalam blog ini Klik Disini

Jauh sebelum konsesi perkebunan diberikan kepada pihak swasta di wilayah Lampung pada era Pemerintah Hindia Belanda, sudah ada perkebunan di masa lampau (perkebunan lada). Namun semua itu adalah perkebunan yang terkait dengan komoditi ekspor. Bagaimana dengan pertanian yang terkait dengan kebutuhan penduduk seperti pertanian sawah dan tanaman pangan lainnya?


PT Perkebunan Nusantara VII, atau biasa disingkat menjadi PTPN VII, adalah anak usaha PTPN III yang bergerak di bidang perkebunan karet, kelapa sawit, tebu, dan teh. Selain kantor pusat di Bandar Lampung, perusahaan ini juga memiliki kantor perwakilan di Palembang dan Bengkulu. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1996 sebagai hasil penggabungan antara PTP X dan PTP XXXI dengan aset milik PTP XI di Sumatera Selatan dan milik PTP XXIII di Bengkulu. PT Perkebunan Nusantara VII dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996. Perusahaan BUMN ini merupakan penggabungan dari PT Perkebunan X (Persero), PT Perkebunan XXXI (Persero), Proyek Pengembangan PT Perkebunan XI (Persero) di Kabupaten Lahat, dan Proyek Pengembangan PT Perkebunan XXIII (Persero) di Provinsi Bengkulu. Perusahaan-perusahaan perkebunan tersebut sebelumnya merupakan perkebunan nasionalisasi dari Pemerintah Belanda, terutama eks PT Perkebunan X (Persero) dan PT Perkebunan XXXI (Persero). PT Perkebunan X (Persero) semula adalah perusahaan perkebunan milik Belanda yang beroperasi di wilayah Sumatra Selatan dan Lampung. Melalui proses nasionalisasi, perusahaan tersebut diambil-alih oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1957 (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah pertanian dan perkebunan di wilayah Lampung? Seperti disebut di atas, wilayah Lapung sudah sejak lama dikenal sebagai wilayah perkebunan lada (sejak era VOC). Sementara pada era Pemerintah Hindia Belanda diperluas menjadi perkebunan komoditi lainnya, yang pertama adalah perkebunan karet. Pertanian tanaman pangan kurang terinformasikan. Lalu bagaimana sejarah pertanian dan perkebunan di wilayah Lampung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Lampung (22): Pertambangan Kuno di Wilayah Lampung, Masih Adakah? Kini Ada Pertambangan Baru Emas dan Batubara


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lampung di dalam blog ini Klik Disini 

Wilayah pertambangan di selatan Sumatra, tentu saja tidak di Sumatera Selatan dan Bangka Belitung, juga terdapat di wilayah Lampung. Pertambangan yang ada masa kini di wilayah (provinsi) Lampung terdapat emas antara lain di Pesawaran dan Lampung Barat; pertambangan batubara di Mesuji.


Bandarlampung, 10/3/1915 (Antara) - Badan Pengelolaan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPPLHD) Bandarlampung akan segera mengecek dugaan adanya tambang emas di Kelurahan Sukabumi Kecamatan Sukabumi. "Saya sudah dengar tentang masalah itu, langkah yang akan kita lakukan adalah pengecekan terhadap tambang tersebut apakah benar mengandung emas," kata Kepala BPPLHD. Ia mengatakan, tambang emas tersebut sebelumnya memang tempat penelitian, namun sudah berhenti. Jadi itu bukan situs sejarah Belanda tetapi pada 1986 ada kuasa pertambangan PT Indogol berkerjasama dengan Provinsi Lampung dan Australia yang melakukan penelitian. Kawasaan itu akan diteliti terlebih dahulu. Jika benar ada proses pertambangan kembali di tempat tersebut BPPLHD akan mencari tahu dimana tempat pengelolaan dari hasil tambang tersebut. Terkait adanya penambangan emas itu, Wali Kota Bandarlampung Herman HN mengatakan harus diteliti dahulu kebenaran tambang itu. "Itu benar-benar tambang atau bukan, harus diteliti dahulu jangan langsung menebak," kata dia. Ia menambahkan, melalui BPPLHD akan melakukan pengecekan, tentang kebenaran tambang emas itu sehingga masyarakat mengetahui kebenarannya (https://lampung.antaranews.com/)

Lantas bagaimana sejarah pertambangan di Lampung, adakah tambang kuno? Seperti disebut di atas, pada masa kini di wilayah Lampung terdapat wilayah eksplorasi pertambangan emas dan pertambangan batubara. Lalu bagaimana sejarah pertambangan di Lampung, adakah tambang kuno? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 28 Oktober 2022

Sejarah Lampung (21): Sejarah Pendidikan di Lampung, Sejak Kapan? Awal Pendidikan Buku Sejarah Pendidikan Daerah Lampung


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lampung di dalam blog ini Klik Disini  

Pendidikan adalah bagian dari sejarah. Sejarah pendidikan haruslah mendapatkan perhatian. Namun dalam narasi masa kini, termasuk sejarah daerah, sejarah Pendidikan kurang mendapat perhatian. Padahal pendidikan adalah faktor penting dalam mencerdaskan bangsa, dan dengan kecerdasan itu pula bangsa Indonesia berjuang untuk kemerdekaan. Dalam hal ini tentu sudah ada yang menulis sejarah pendidikan di Lampung dengan buku berjudul Sejarah Pendididkan Daerah Lampung.


Buku ini memuat uraian tentang pertumbuhan pendidikan di Lampung, mulai dari pendidikan tradisional, pendidikan Barat abad ke-19, pendidikan fonnal abad ke-20 sampai pendidikan zaman Jepang dan Indonesia pada masa kemerdekaan. Buku tersebut ditulis oleh Husin Sayuti, Bukri Soepangat, dan Amir Syarifuddin yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Jakarta 1982. Buku ini membahas mengenai sejarah pendidikan yang ada di daerah Lampung. Pembahasan pertama diawali dengan mengulas latar belakang budaya masyarakat; perkembangan pendidikan secara garis besar; pendidikan tradisional, pengaruh agama Hindu dan agama Budha, pengaruh agama Islam; Pendidikan barat. Pembahasan dalam buku ini ditutup dengan mengulas pendidikan pada abad ke-20: pendidikan pemerintahan Hindia Belanda, pendidikan pergerakan nasional, pendidikan zaman Jepang dan Indonesia Merdeka.

Lantas bagaimana sejarah sejarah pendidikan di Lampung, sejak kapan? Seperti disebut di atas, narasi sejarah pendidikan di Lampung sudah ditulis dan diterbitkan oleh pemerintah. Dalam hal ini bagaimana awal pendidikan di Lampung adalh satu hal dan buku Sejarah Pendidikan Daerah Lampung yang diterbitkan pemerintah adalah hal lain lagi. Lalu bagaimana sejarah sejarah pendidikan di Lampung, sejak kapan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Lampung (20): Sejarah Kesehatan di Lampung; Dr Mohamad Hamzah Harahap hingga Nama Rumah Sakit Abdul Moeloek


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lampung di dalam blog ini Klik Disini  

Status kesehatan penduduk, termasuk di (district) Lampung sangat tergantung dari kehadiran dokter-dokter. Namun siapa Dr Mohamad Hamzah Harahap dalam narasi sejarah Kesehatan di Lampung, tampaknya tidak ada. Faktanya, Dr Mohamad Hamzah Harahap terbilang sebagai dokter pribumi pada era pertama di (residentie) Lampung, sejak 1902. Dalam narasi sejarah kesehatan di Lampung nama-nama yang dicatat antara lain adalah Dr. Dam Stoh dan Dr Abdul Moeloek. Nama Abdul Moeloek kini ditabalkan menjadi nama rumah sakit umunm di Kota Bandar Lampung.  


Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H. Abdul Moeloek (RSUD Dr H Abdul Moeloek) adalah rumah sakit pendidikan di Bandar Lampung Rumah sakit ini kini menjadi rujukan tertinggi untuk semua rumah sakit di Provinsi Lampung. Rumah sakit didirikan tahun 1914 sebagai rumah sakit perkebunan era Pemerintah Hindia Belanda dengan berkapasitas 100 tempat tidur. Sejak tahun 1942 digunakan untuk merawat tentara Jepang dan 1945 s.d 1950 sebagai RSU, dikelola oleh Pemerintah Pusat RI. Sejak 1965 s.d sekarang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Lampung. Sejak tahun 1984 nama rumah sakit ini berganti menjadi Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek. Sejak berdiri sampai sekarang rumah sakit ini tujuh belas kali pergantian direktur, mulai dari Dr. Dam Stoh sebagai direktur pertama pada tahun 1929 sampai dengan sekarang. Nama Abdul Moeloek diabadikan karena dia adalah direktur ke-5 rumah sakit (1942-1957) (https://rsudam.lampungprov.go.id/pages/). Sementara itu Dinas Kesehatan pada tahun 1957 masih berbentuk kantor keresidenan (DOKARES) dan tahun 1958 dibentuk kantor Pengawasan Jawatan Kesehatan Rakyat/Impek Kesehatan (INKES). Pada tanggal 29 Oktober 1970 Prof. GA Siswabesi selaku Menteri Kesehatan melantik dr. R. Sutrisno menjadi pengawas kepala. Sejak 1996 Kepemimpinana Dinas Kesehatan Provinsi telah terpisah dari Kanwil Departemen Kesehatan Provinsi Lampung (https://dinkes.lampungprov.go.id)

Lantas bagaimana sejarah sejarah kesehatan di Lampung? Seperti disebut di atas, salah satu dokter pribimu yang pernah bertugas di (residentie) Lampoeng pada era pertama adalah Dr Mohamad Hamzah Harahap. Dokter lain yang pernah bertugas di keresidenan Lampung antara lain Dr Abdul Moeloek yang kini namanya ditabalkan sebagai nama RSUD di Kota Bandar Lampung. Lalu bagaimana sejarah sejarah kesehatan di Lampung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 27 Oktober 2022

Sejarah Lampung (19): Kereta Api, Wilayah Lampung; Wilayah Operasi Sumatra Bagian Selatan Antara Telok Betoeng - Palembang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lampung di dalam blog ini Klik Disini  

Moda transportasi di Lampung bermula dengan moda transpoertasi sungai/laut sejak zaman kuno, kemudian dikembangkan moda transportasi jalan raya pada era Pemerintah Hindia Belanda. Untuk mendukung perkembangan industri pertambangan dan perkembangan, Pemerintah Hindia Belanda mengembangkan moda transportasi kereta api, yang bermula ruas antara kota Teloek Betoeng dengan pelabuhan Pandjang.


Stasiun Tanjungkarang (TNK) atau Stasiun Bandar Lampung merupakan stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Kota Bandar Lampung, tepatnya di Gunung Sari, Enggal, Bandar Lampung. Stasiun ini merupakan salah satu stasiun dalam jalur kereta api yang menghubungkan Bandar Lampung dengan Kota Palembang, Sumatra Selatan. Stasiun yang terletak pada ketinggian +96 m ini merupakan stasiun kereta api utama PT Kereta Api Indonesia Divisi Regional IV Tanjungkarang. Stasiun ini difungsikan untuk pemberangkatan kereta api jarak jauh yang melayani perjalanan hingga Stasiun Kertapati Palembang. Jalur kereta api pertama yang dibangun di Lampung dimulai dari Stasiun Panjang, menuju Stasiun Tanjungkarang sejauh 12 km. Jalur ini diresmikan pada tanggal 3 Agustus 1914 oleh Staatsspoorwegen op Zuid-Sumatra (ZSS), divisi dari Staatsspoorwegen (SS). Selanjutnya pembangunan diarahkan ke Kota Palembang. Dengan menggunakan lebar sepur 1.067 mm, ZSS berhasil membangun jalur kereta api di rute Palembang–Bandar Lampung sejauh 529 kilometer. Kesuksesan yang diraih SS menginspirasi perusahaan ini pernah menyusun masterplan agar seluruh wilayah Sumatra terhubung dengan rel kereta api, namun Depresi Besar (zaman malaise) yang terjadi di akhir dekade 1920-an menyebabkan rencana ini gagal (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah kereta api di Wilayah Lampung? Seperti disebut di atas, pada era Pemerintah Hindia Belanda, daerah operasi kereta api focus di Sumatra Barata (antara Padang/Teluk Bayur dan Sawah Lunto), Sumatra Timur (antara Medan dan Belawan dan Binjai) serta Lampung (Sumatra bagian Selatan) antara Teloek Betoeng dan pelabuhan Pandjang. Lalu bagaimana sejarah kereta api di Wilayah Lampung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.