Minggu, 05 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (275): Pahlawan-Pahlawan Indonesia Beragama Kristen dan Katolik; Bhinneka Tunggal Ika Perjuangan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Indonesia sangat beragam sejak doeloe. Berbeda pulau berbeda suku bangsa. Demikian juga dalam perjuangan melawan penjajah untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, berbeda agama dan berbeda ideologi. Ada agama Islam, Kristen, Katolik, Hindoe dan sebagainya. Ada yang berfaham Pan-Islam dan ada yang komunis dan ada yang sosialis dan nasionalis. Diantara kelompok-kelompok itu ada yang satu haluan dan ada yang berbeda haluan dengan yang lainnya. Untuk pahlawan Indonesia yang berstatus Pahlawan Nasional hal lain lagi.

Berbedan dengan orang Indonesia yang berjuang, orang asing (Eropa/Belanda) di era kolonial (Pemerintah Hindia Belanda) juga tidak membeda-bedakan suku bangsa dan agama penduduk Indonesia. Bagi Pemerintah Hindia Belanda semua penduduk Indonesia (sebagai subjek) sama saja apakah Islam, Kristen atau pagan. Yang membedakannya di mata pemerintah adalah siapa yang bersedia membangun jembatan dan jalan untuk meningkatkan arus ekonomi penduduk dan lalu lintas perdagangan Pemerintah Hindia Belanda. Pemerintah Hindia Belanda tidak ada hubungannya dengan agama (Kristen). Hubungan pemerintah (Hindia Belanda) dengan gereja (organisasi agama) terpisah. Namun hubungan pejabat pemerintah Hindia Belanda secara personal cukup dekat karena sama-sama beragama Kristen/Katolik. Meski begitu penduduk yang beragama Kristen/Katolik juga banyak yang turut berjuang untuk mengentaskan kaum penjajah. Jadi perbedaannyua adalah soal perbedaan politik (antara penjajah versus terjajah), bukan perbedaan agama.  

Lantas bagaimana sejarah perjuangan penduduk Indonesia yang beragama Kristen/Katolik, Hindu dan lainnya? Seperti disebut di atas, perjuangan di Indonesia bukan perjuangan antar agama tetapi antara Pemerintah Hindia Belanda (penjajah) dengan penduduk Indonesia beragama dan tidak beragama (terjajah). O. begitu? Iya, memang begitu. Berbeda-beda melawan musuh yang sama (kaum penjajah). Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan-Pahlawan Indonesia Beragama Kristen dan Katolik; Bhinneka Tunggal Ika Perjuangan

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pemerintah Hindia Belanda: Semua Agama Sama, Membedakan Siapa yang Bersedia Membangun Jalan dan Jembatan

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar