Senin, 28 Februari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (444): Pahlawan Indonesia - Kwa Tjoan Sioe, Dokter Lulusan Amsterdam 1920; RS Husada Jakarta Utara

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Kwa Tjoan Sioe? Tampaknya kurang terinformasikan. Yang jelas kini namanya dikaitkan dengan awal pendirian (cikal bakal) Rumah Sakit Husada di Jakarta Utara. Kwa Tjoan Sioe sebenarnya cukup dikenal pada era Pemerintah Hindia Belanda, karena Kwa Tjoan Sioe adalah terbilang generasi pertama pelajar-pelajar golongan Cina yang studi ke Belanda. Pada tahun 1908 organisasi mahasiswa pribumi didirikan di Belanda oleh 15 mahasiswa yang dipimpin Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan. Lalu kemudian menyusul pada tahun 1910 organisasi mahasiswa Cina didirikan oleh 14 orang dengan nama Chung Hwa Hui. Dalam konteks inilah Kwa Tjoan Sioe lulusan HBS Semarang berangkat studi kedokteran di Belanda (lulus tahu 1920).

Rumah Sakit Husada Jakarta Utara awalnya didirikan sebagai poliklinik oleh Dr. Kwa Tjoan Sioe pada tahun 1924, dan diresmikan penggunaannya pada tahun berikutnya. Sebelum menjadi rumah sakit besar, Husada bermula dari sebuah poliklinik sederhana yang dibentuk oleh perkumpulan Jang Seng Ie. Catatan statistik menunjukkan bahwa pada bulan Mei 1925 sebanyak 281 pasien telah berkunjung ke poliklinik Jang Seng Ie, meningkat menjadi 556 pasien pada bulan Juni 1925. Kompetensinya pun terus meningkat, bahkan membukukan prestasi sebagai rumah sakit pertama di Asia yang mempunyai unit perawatan anak, yang didirikan pada tahun 1929. Rumah sakit terus berkembang dengan pesat dibawah pimpinan politikus dan parlementer Loa Sek Hie, yang menjabat sebagai kepala pengurus antara 1932 dan 1963. Pada tahun 1965 atas usulan Menteri Kesehatan waktu itu yaitu Prof Dr Satrio, nama rumah sakit ini diubah menjadi RS Husada. Kemampuan RS Husada semakin diakui, seperti yang terjadi pada tahun 1971 dengan ditetapkannya rumah sakit tersebut oleh pemerintah sebagai Rumah Sakit Pusat II Wilayah Jakarta Utara. Kepercayaan pun semakin bertambah dan pada tahun 1997 mendapatkan akreditasi penuh dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Lantas bagaimana sejarah Kwa Tjoan Sioe? Seperti disebut di atas, Kwa Tjoan Sioe terbilang generasi awal pelajar-pelajar golong Cina studi ke Belanda. Pada tahun 1924 Dr Kwa Tjoan Sioe lulusan Amsterdam mendirikan klinik di Batavia, yang menjadi cikal bakal RS Husada yang sekarang. Lalu bagaimana sejarah Kwa Tjoan Sioe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Kwa Tjoan Sioe: Dokter Lulusan Amsterdam 1920

Setelah lulus sekolah dasar berbahasa Belanda, Kwa Tjoan Sioe melanjutkan studi ke sekolah menengah (HBS), Pada tahun 1909 Kwa Tjoan Sioe lulus ujian transisi dari kelas satu ke kelas dua di HBS Semarang (lihat De locomotief, 01-05-1909). Pada kelas tertinggi (naik dari kelas empat ke kelas lima) antara lain terdapat nama RM Soerjopoetro. Pada tahun 1910 Kwa Tjoan Sioe lulus ujian naik ke kelas tiga (lihat De locomotief, 06-05-1910).

Pada tahun 1908 Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan berinisiatif mendirikan organisasi mahasiswa di Belanda. Ini bertepatan kedatangan dua kandidar mahasiswa di Belanda, yakni Raden Soemitro lulusan HBS Semarang dan saudaranya Raden Ambio Soedibio lulusan dari HBS Soerabaja. Jumlah mahasiswa pribumi menjadi sebanyak 15 orang. Mahasiswa pribumi pertama di Belanda adalah Raden Kartono lulusan HBS Semarang tahun 1896 dan mahasiswa kedua adalah Soetan Casajangan senidiri yang tiba pada tahun 1905. Soetan Casajangan meminta R Soemitro mengirim surat ke semua mahasiswa di berbagai kota untuk berkumpul di kediamannya di Leiden pada tanggal 25 Oktober. Soetan Casajanga membuka rapat dimana diminta yang menjadi sekretaris rapat adalah Husein Djajadiningrat lulusan HBS KW III School Batavia tahun 1906. Di dalam pertemuan disepakati pembentukan organisasi mahasiswa dengan nama Indische Vereeniging (Perhimpoenan Hindia). Juga disepakati secara aklamasi yang menjadi ketua adalah Soetan Casajangan dan sekretaris Raden Soemitro. Saat itu jumlah mahasiswa golongan Cina di Belanda belum sebanyak golongan pribumi.  

Kwa Tjoan Sioe lulus ujian akhir di HBS Semarang (lihat De expres, 04-06-1913). Ini mengindikasikan Kwa Tjoan Sioe lancar dalam studi, tidak pernah ketinggalan kelas. Tidak terinformasikan kapan Kwa Tjoan Sioe berangkat melanjutkan studi ke Belanda. Kwa Tjoan Sioe lulus ujian natuurkundig (IPA) pertama (setara ujian propaeduetisch) di Universiteit te Amsterdam (lihat Provinciale Overijsselsche en Zwolsche courant, 29-09-1916). Ujian naturrkundig ini adalah persyaratan pertama di fakultas kedokteran. Ada jarak yang cukup lama antara lulus HBS di Semarang tahun 1913 dengan lulus ujian natuurkundig di Amsterdam tahun 1916. Ada dua kemungkinan yang terjadi. Kawa Tjoan Sioe berangkat tahun 1913 tetapi tidak berhasil lulus ujian masuk perguruan tinggi dan kemudian mengikuti ujian pada tahun berikutnya. Kemungkinan kedua Kwa Tjoan Sioe tidak langsung berangkat tetapi baru belakang dan langsung lulus ujian masuk perguruan tinggi pada tahun 1915.

Saat Kwa Tjoan Soei tiba di Belanda, sudah ada organisasi mahasiswa golongan Cina. Organisasi ini dsdirikan sebanyak 14 mahasiswa pada tahun 1911 yang diinisiasi oleh Yap Hong Tjoen yang diberi nama Chung Hwa Hui. Yap Hong Tjoen lulusan HBS Semarang tiba di Belanda pada tahun 1908 bersama dua lulusan HBS Semarang yakni Raden Soemitro dan Be Tiat Tjong. Sebagaiimana disebut di atas Kwa Tjoan Sioe juga lulusan HBS Semarang (1913). Pada tahun 1917 di Belanda diadakan Kongres Mahasiswa Hindia untuk kalli pertama dimana Indische Vereeniging dan Chung Hwa Hui ikut berpartisipasi. Kongres ini diketuai oleh HJ van Mook dari perhimpoenan mahasiswa Indologi di Leiden. HJ van Mook, kelahiran Semarang adalah lulusan HBS Soerabaja. Besar kemungkinan Kwa Tjoan Sioe juga turut hadir dalam Kongres Mahasiswa Hindia ini. Organisasi Chung Hwa Hui sudah ada yakni majalah yang diberi nama Chung Hwa Hui  Tsa Chieh.

Tampaknya Kwa Tjoan Sioe memiliki kemampuan menulis yang baik. Pada edisi ketiga majalah Chung Hwa Hui  Tsa Chieh menulis satu artikel (lihat Het vaderland, 08-02-1918). Artikel Kwa Tjoan Soei berjudul Timur dan Barat (Asia dan Eropa) di dalam bahasa Melayu. Isi artikel Kwa Tjoan Soei ini dengan motto Tout savoir c’est tout pardonner. Artikel yang sama tetapi dengan bahasa Belanda tampaknya dikirim Kwa Tjoan Soei ke Batavia yang dimuat majalah Het Weekblad voor Indie No 23 (lihat De nieuwe vorstenlanden, 18-09-1918).

Pada bulan Agustus 1918 di Belanda diadakan Kongres Mahasiswa Indonesia (sebelumnya pada tahun 1917 namanya Kongres Mahasiswa Hindia). Kongres ini diketahui oleh JA Jonkman. Indissche Vereeniging dan Chung Hwa Hui juga berpartisipasi dalam kongres ini. Tiga pembicara dari Indische Vereeniging adalah Dahlan Abdoellah, Sorip Tagor Harahap dan Goenawan Mangoenkoesoemo (adik Dr Tjipto).  

Dalam Kongres Mahasiswa Indonesia tahun 1918 Kwa Tjoan Soei ambil bagian berbicara (lihat De nieuwe courant, 08-09-1919). Tema kongres pada tahun ini adalah perihal pendidikan. Kwa Tjoan Soei pada intinya mempersoalkan kebijakan Pemerintah Hindia Belanda yang timpang antara orang Eropa/Belanda dengan penduduk pribumi. Kwa Tjoan Soei membandingkan pengeluaran per siswa bagi penduduk pribumi f19 sedangkan warga Eropa/Belanda sebesar f32. Ini sangat kontras dengan jumlah warga negara Eropa/Belanda yang hanya 100.000 orang dan 40 Juta orang pribumi. Kwa Tjoean Sioe berharap agar Gubernur Jenderal untuk memberikan peradaban dan pendidikan kepada seluruh penduduk Hindia. Bagaiman bisa Kwa Tjoan Sioe berbicara atas nama dirinya dalam membela pendidikan bagi pribumi sementara teman-temannya sesama golongan Cina di Chung Hwa Hui sangat jarang menyuarakan kepentingan pihak lain kecuali kepentingan sendiri. Apakah Kwa Tjoan Soei sebagai pembela penduduk pribumi? Lalu apakah Kwa Tjoan sudah selesai studi kedokterannya di Amsterdam.

Nieuwsblad van het Zuiden, 14-02-1920 memberitakan kongres rahasia, suatu konferensi komunisme internasional ketiga diadakan di Amsterdam. Insinyur SJ Rutgers di Amersfoort, yang bekerja selama beberapa waktu sebagai pejabat pemerintah Soviet di Rusia ikut hadir dalam kongres. Perwakilan komunis dari berbagai negara juga hadir. Konferensi dibuka di rumah Profesor Mannoury di Koninginneweg di Amsterdam pada hari Selasa, 3 Februari. Adapun perwakilan negara Belanda ikut serta dalam konferensi tersebut antara lain : Ibu Heinr. Roland Holst, Dr. Gorter, Prof, Mannoury, Dr. A. Pannetkoek, de Hoei dan Ny. Rutgers, Tjoan Sioe Kwa dan  Augusta de Wit. Bapak Wijnkoop bertindak sebagai ketua, dalam satu sesi atau lebih hadir sebagai tamu L de Visser, H Sneevliet, E Bouwman, ketua Federasi Buruh Transportasi Belanda (sindikalis), ds. De Ligt, ds, Kruijt, anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Helen Ankersmit.

Tidak terinformasikan kapan Kwa Tjoan Soei lulus ujian akhir dan mendapat gelar dokter di Amsterdam. Yang jelas pada akhir tahun 1920 diketahui Kwa Tjoan Soei sudah menjadi dokter danh akan ditempatkan di Hindia (lihat Nederlandsche staatscourant, 22-12-1920). Disebutkan dengan resolusi Menteri Koloni tanggal 18 Desember 1920, Bagian 9, No 87, Kwa Tjoan Sioe di Amsterdam, telah ditempatkan di bawah pemerintahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, untuk diangkat sebagai dokter pemerintah dalam pelayanan medis sipil di Hindia. Zutphensche courant            23-12-1920 menyebutkan Kwa Tjoan Soei sebagai dokter pemerintah akan ditempat di Burgelijken Geneeskundigen Dienst (BGD).

Seorang pembaca menulis yang dimuat surat kabar Deli courant, 05-03-1921 mempertanyakan kehadiran Dr Kwa Tjoan Soei di Hindia sebagai orang yang ikut dalam konferensi komunis di Amsterdam. Penulis juga mempertanyakan mengapa pemertintah tidak menghalangi yang kemungkinan Dr Kwan Tjoan Soei akan meracuni penduduk pribumi yang akan menjadi gangguan bagi pemerintah.Penulis juga menginformasikan bahwa studi Kwa Tjoan Soei dibiayai dari anggaran pemerintah (semacam beasiswa). Lalu apakah Dr Kwa Tjoan Soei dihambat pemerintah?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Dr Kwa Tjoan Sioe di Batavia: Cikal Bakal RS Husada Jakarta Utara

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar