Senin, 28 Februari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (443): Pahlawan Indonesia–Zainuddin Rasad Studi Pertanian di Wageningen; Menteri Pertanian RI 1946

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Banyak tokoh sejarah awal Indonesia yang kini kurang terinformasikan. Salah satu diantaranya Zainnoeddin Rasad yang pernah menjadi Menteri Pertanian RI yang pertama. Sebelumnya sejak kabinet pertama (presidensial) sudah diangkat Menteri Kemakmuran yang dijabat Ir Soerachman yang kemudian posisinya digeser menjadi Menteri Keuangan pada Kabinet Sjahrir I dengan mengangkat Ir Darmawan Mangoenkoesoemo sebagai Menteri Kemakmuran. Pada Kabinet Sjahrir II diangkat baru Menteri Pertania dan Persediaan Zainoeddin Rasad yang dibantu Wakil Menteri Saksono. Namun beberapa bulan fungsi Kementerian Pertanian dan Persediaan dilebur ke Kementerian Kemakmuran yang mana Saksono menabat Wakil Menteri Kemakmuran. Praktis Zainoeddin Rasad hanya tiga bulan sebagai Menteri Pertanian. Meski demikian, Zainoeddin Rasad adalah Menteri Pertanian pertama RI. Menteri Pertanian baru dibentuk lagi pada era pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda yang dimulai pada Kabinet RI Halim di Jogjakarta (1950).

Ir. Zainuddin Rasad adalah seorang ahli pertanian dan politisi Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Pertanian dan Persediaan Republik Indonesia pada Kabinet Sjahrir II (12 Maret 1946-26 Juni 1946). Zainuddin tidak manjalani tugasnya sampai masa kabinet berakhir karena pada 26 Juni 1946 ia mengundurkan diri. Ia digantikan oleh Darmawan Mangunkusumo sebagai Menteri dan Saksono sebagai Menteri Muda dengan perubahan nama kementerian menjadi Kementerian Kemakmuran. Zainuddin Rasad setelah sekolah dasar bersama saudaranya, Jamaluddin, Siti Fatimah dan Dahlan Abdullah kemudian melanjutkan pendidikan ke Fort de Kock sekitar tahun 1908-1913. Bertiga dengan Jamaluddin dan Dahlan Abdullah ia menempuh pendidikan di Kweekschool, sedangkan adik perempuannya di Sekolah Keputrian. Selanjutnya, bersama saudaranya, Jamaluddin, ia menempuh pendidikan di Wagenigen. Ia di sekolah tinggi pertanian Landbouwhoogeschool, sedangkan Jamaluddin mengambil sekolah menengah pertanian Middelbare Landbouw School di kota yang sama. Zainuddin kemudian meraih gelar sarjana (insinyur) pertanian dan Jamaluddin meraih gelar sarjana muda pertanian. Namun sumber berita lain menyebut, Jamaluddin Rasad-lah sebagai putra Indonesia pertama yang berhasil meraih gelar insinyur pertanian di Belanda. Zainuddin Rasad adalah anak ketiga di antara empat bersaudara dari pasangan Bagindo Mohamad Rasad dan Sari (Utiah Sarikayo) asal Pariaman. Tidak didapat data pasti mengenai waktu kelahirannya, tetapi diperkirakan pada tahun 1884, karena kakak sulungnya, Jamaluddin, lahir pada tahun 1880. Kerabatnya, Bagindo Dahlan Abdullah, di kemudian hari juga dikenal sebagai pejuang kemerdekaan dan diplomat Indonesia.(Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Zainoeddin Rasad? Seperti disebut di atas, Zainoeddin Rasad studi pertanian di Belanda yang kemudian menjadi Menteri pada kabinet Sjahrir. Lalu bagaimana sejarah Zaindoeddin Rasad? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Zainoeddin Rasad: Studi Pertanian di Wageningen

Zainoeddin Rasad adalah nama kombinasi antara nama kecil (Zainoeddin) dan nama keluarga (Rasad). Yang menggunakan nama Rasad nyatanya cukup banyak. Untuk nama Mohamad Rasad sendiri merujuk pada banyak individu dengan gelar yang berbeda-beda seperti Maharadja Soetan, Soetan Perpatih dan sebagainya. Namun ada ada satu nama pengguna nama Rasad yang mendapat perhatian yakni Baginda Djamaloedin bin Mohamad Rasad (lihat Nederlandsche staatscourant,    30-07-1912). Disebutkan status orang Belanda dengan ini diberikan naturalisasi kepada Baginda Djamaloedin bin Mohamad Rasad, lahir di Priaman (Pantai Barat Sumatera) pada tanggal 1 Desember 1881, ahli agronomi, sebelumnya bertempat tinggal di Den Haag, yang saat ini bertempat tinggal di Pantai Barat Sumatera.

Baginda Djamaloedin bin Mohamad Rasad yang tahun 1912 diberikan status naturalisasi (warga negara Belanda) diduga kuat adalah abang dari Zainoeddin Rasad. Hal ini merujuk pada kutipan Wikipedia di atas yang kedunya berasal dari Pariaman. Hanya saja ada perbedaan tahun lahir Djamaloedin yang mana di dalam dokumen naturalisasi lahir tahun 1881. Baginda Damaloedin sendiri diberitakan tahun 1910 yang mana disebutkan Baginda Djamaloedin, yang, setelah menyelesaikan studinya di Rijkslandbouwschool (Sekolah Pertanian Negara) di Wageningen, akan belajar beberapa lembaga pertanian di negara itu, untuk dipekerjakan disana setelah kepulangannya ke tanah air dimana pemerintah kita bekerja di bidang pertanian (lihat Tubantia, 04-06-1910). Baginda Djamaloedin sendiri kembali ke tanah air tanggal 21 Desember dengan menumpang kapal St Grotius dari Amsterdam dengan tujuan akhir Batavia (lihat Het nieuws van den dag : kleine courant, 23-12-1910). Di dalam menifes kapal tercatat nama Baginda Djamaloedin sendiri (belum berkeluarga). Dari ratusan penumpang hanya nama Djamaloedin nama pribumi (semuanya nama Eropa/Belanda).

Baginda Djamaloedin, ahli agronomi saat ini sudah berada (kembali) di Pantai Barat Sumatra. Lalu bagaimana dengan Zainoedin Rasad? Yang jelas bahwa kehadiran Djamaloedin di tanah air merupakan orang pribuni pertama yang studi pertanian di Belanda. Besar kemungkinan Djamaloedin adalah orang pribumi yang studi di Belanda yang pertama kembali ke tanah air.

Sekolah pertanian (landbouwschhol) sudah ada di Buitenzorg. Diantara siswa sekolah pertanian di Buitenzorg adalah JA Kaligis dan Abdoel Azis Nasoetion gelar Soetan Kanaikan. Pada tahun 1907 sekolah kedokteran hewan (veeartsenschool) di Buitenzorg. Salah satu siswa yang diterima angkatan pertama ini adalah Sorip Tagor Harahap. Namun beberapa siswa di Landbouwschool transfer ke Veeartsenschool yang ditempatkan di tingkat dua antara lain JA Kaligis. Sarip Tagor lulus tahun 1912. Pada tahun 1912 ini status sekolah pertanian di Buitenzorg ditingkatkan dengan nama baru Middlebarelandbouwschool (MLS) dimana salah satu siswa pada kelas tertinggi adalah Abdoel Azis Nasoetion gelar Soetan Kanaikan. Sementara itu, setelah sempat menjadi asisten setahun, pada tahun 1913 Sorip Tagor berangkat studi kedokteran ke Belanda di Utrecht (mahasiswa pribumi pertama studi kedokteran hewan ke Belanda), Pada tahun 1914 Abdoel Azis Nasoetion lulus (lulusan pertama MLS). Pada tahun 1915 di Soekaboemi dibuka Sekolah Budidaya (Cultuurschhol) dimana salah satu siswa pertama adalah Alamsjah (kelahiran Air Bangis).

Pada tahun 1914 sejumlah pribumi yang studi di Belanda yang berasal dari Sumatra yang terdeteksi adalah Sorip Tagor, Dahlan Abdoellah dan Ibrahim gelar Datoel Tan Malaka (keduanya tiba di Belanda tahun 1913). Sementara Abdoel Firman Siregar gelar Mangaradja Soangkoepon tiba tahun 1910 dan Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia tiba tahun 1911. Yang sudah pulang ke tanah air yang berasal dari Sumatra antara lain Dr Abdoel Rivai, Djamaloedin Rasad (1912) dan Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan (1913). Soetan Casajangan adalah penggagas dan ketua pertama Indische Vereeniging (Perhimpoenan Hindia) di Belanda yang didirikan tahun 1908.

Soetan Casajangan (guru di Padang Sidempoean), Djamaloedin (lulusan sekolah guru) dan Dr Abdoel Rivai (di Batavia yang bekerja di dalam jurnalistik) adalah tiga pertama pribumi asal Sumatra yang berangkat ke Belanda pada tahun 1903 yang dipimpin oleh Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda (pemilik surat kabar Perja Barat di Padang). Sebelum berangkat ke Belanda, Djamaloedin adalah asisten editor majalah Insulinde di Padang yang dipimpin oleh Dja Endar Moeda. Mereka bertiga akan menjadi pengelola majalah Bintang Hindia di Belanda yang dipimpin oleh Dr AA Fokker (yang menjadi rekanan Dja Endar Moeda di tanah air). Pada tahunh 1905 Soetan Casajangan melanjutkan studi di Belanda (hingga mendapat akta guru LO tahun 1909 dan akta guru MO tahun 1911). Lalu kemudian menyusul Djamaloedin dan Dr Abdoel Rivai melanjutkan studi di Belanda. Dr Abdoel Rivai, alumni Docter Djawa School lulus dokter di Belanda tahun 1908 dan Djamaloedin lulus sekolah pertanian pada tahun 1910. Dahlan Abdoellah sebelum berangkat ke Belanda adalah guru muda di Soeliki dan Tan Malaka sebagai guru muda di Fort de Kock. Dja Endar Moeda dan Soetan Casajangan adalah alumni sekolah guru Kwekschool Padang Sidempoean, sementara Mangaradja Soeangkoepon adalah lulusan sekolah dasar Eropa (ELS) di Medan dan Soetan Goenoeng Moelia adalah lulusan ELS di Sibolga.

Nama Zainoedin pertama kali terdeteksi sebagai guru tahun 1911 (lihat Sumatra-bode, 07-04-1911). Disebutkan guru Zainoedin dipindahkan dari Padang ke Loeboek Basoeng. Besar dugaan guru Zainoedin ini adalah Zainoedin Rasad yang ingin kita deskripsikan. Kapan Zainoedin berangkat studi ke Belanda tidak terinformasikan. Namun yang jelas pada bulan Januari 1917 sudah diketahui Zainoedin sudah berada di Belanda.

Dalam pembentukan organisasi pribumi asal Soematra di Belanda yang diberi nama Soematra Sepakat nama Zainoedin termasuk salah satu pengurus. Secara keseluruhan organisasi Soematra Sepakat (pendahulu dari Jong Sumatra) pengurusnya adalah sebagai berikut: Sorip Tagor, mahasiswa kedokteran hewan di Utrecht sebagai ketua; Dahlan Abdoellah, dosen bahasa Melayu di Leiden sebagai sekretaris; Soetan Goenoeng Meolia, guru sebagai bendahara. Sebagai komisaris antara lain Zainoedin Rasad mahasiswa di Landbouwkundig di Wagenigen dan Mohamad Iljas mahasiswa di Hoogere Technische School.

Kapan Zainoedin Rasad selesai studi di Wageningen (Landbouwkundige der Landbouw Hoogeschool te Wapeningen) tidak terinformasikan. Zainoedin Rasad sendiri pulang ke tanah air pada tahun 1920 (lihat Nieuwe Rotterdamsche Courant, 08-02-1920). Disebutkan kapal St Insulinde berangkat dari Rotterdam pada tanggal 7 Februari dengan tujuan akhir Batavia dimana salah satu penumpang adalah Baginda Zainoedin Rasad. Setiba di tanah air, Zainoedin Rasad berangkat ke kampong halaman dan bergabung dengan suatu usaha yang telah dirintis di Pariaman.

Dalam perkembangannya perusahaan pedagangan Handelmaatschappij Priaman mengalami kesulitan dan kemudian dianggap pailit (lihat De locomotief, 22-02-1921). Disebutkan mengalami kebangkrutan Handelmaatschappij Priaman. Direktur Baginda Zainoedin melarikan diri, tetapi ditangkap di Fort de Koek. Defisitnya adalah f23.000. Sementarea itu surat kabar De Preanger-bode, 22-02-1921 menyebutkan Zainoedin Rassad, direktur NV Indonesia ditangkap karena penggelapan f12.000. Zainoedin Rassad adalah mahasiswa drop out dari Belanda. Pemegang saham perusahaan ini sebagian besar adalah orang Melayu Priaman. Deli courant, 04-07-1921: ‘Wartawan Padang kami melaporkan: Sehari sebelum kemarin Landraad (pengadilan) menghukum Baginda Zainoeddin Rasad, mantan direktur Handelsmaatschappij Indonesia, dua tahun penjara karena penggelapan uang dua puluh ribu gulden’.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Zainoeddn Rasad: Menteri Pertanian Pertama RI (1946)

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar