Senin, 02 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (54): Bahasa Badui Bahasa Sunda di Banten Wilayah Pasundan; Bahasa Sunda, Antara Bahasa Badui dan Banten


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Badui alias Sunda Badui terkadang ditulis secara tidak baku sebagai Baduy) merupakan sekelompok masyarakat adat Sunda di wilayah pedalaman Lebak, Banten. Salah satu kelompok masyarakat menutup diri mereka dari dunia luar, memiliki keyakinan tabu untuk didokumentasikan, khususnya penduduk wilayah Badui Dalam. Suku Badui termasuk sub-suku Sunda.


Bahasa Badui atau bahasa Sunda dialek Badui adalah nama yang diberikan bagi sebuah bahasa dalam rumpun bahasa Austronesia yang umumnya dituturkan oleh suku Badui di sebagian wilayah Banten. Penuturnya tersebar di wilayah sekitar Gunung Kendeng, kabupaten Lebak. Bahasa Badui memiliki sekitar 11.620 penutur jati pada tahun 2015. Sama seperti bahasa Sunda baku, bahasa Badui berdasarkan tipologi linguistiknya adalah bahasa yang urutan unsur struktur kalimatnya berjenis subjek-predikat-objek. Sebagai bahasa aglutinatif, bahasa Badui memiliki beragam afiks yang masih produktif. Verba dapat dibedakan menjadi bentuk transitif dan intransitif, serta bentuk aktif dan pasif. Posisi bahasa Badui dalam rumpun bahasa Melayu-Sumbawa berdasarkan pengklasifikasian pada situs web klasifikasi bahasa Glottolog 4.1 yang dirilis tahun 2019. Dari segi linguistik, bahasa Badui masih termasuk ke dalam bahasa Sunda. Beberapa sumber rujukan menggolongkan bahasa Badui sebagai bagian dari bahasa Sunda dialek Banten. Bahasa Badui hanya mendapatkan sedikit pengaruh dari bahasa lainnya dan masih mempertahankan beberapa unsur-unsur kebahasaan dari bahasa Sunda kuno sebagai pendahulunya/ (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Badui bahasa Sunda di Banten wilayah Pasundan? Seperti disebut di atas, bahasa Badui dituturkan oleh orang Badui di wilayah Banten. Bahasa Sunda, antara bahasa Badui dan bahasa Banten. Lalu bagaimana sejarah bahasa Badui bahasa Sunda di Banten wilayah Pasundan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Badui Bahasa Sunda di Banten Wilayah Pasundan; Bahasa Sunda, Antara Bahasa Badui dan Banten

Siapa orang Badui? Sejak kapan masyarakat Badui dikenal? Semua informasi simpang siur. Suku Badui ada yang menggambarkan masyarakat yang menghuni "desa suci" Tjibeo, dengan jumlah jiwa yang selalu dijaga sebanyak empat puluh. Merekla hanya memakan bedorven vlees, seperti suku Rodiya di Ceylon, karena keyakinan mereka melarang mereka membiarkannya mengalirkan darah binatang (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 22-06-1885).


Beragam persepsi dan pemahaman tentang orang Badui. Sejumlah individu yang pernah memperhatikan adalah Raffles, Resident Mr JH Tobias (1820), naturalis Dr CL Blume (1822), Asisten Residen Spanoghe (1823), Dr WR van Hoëvell (1845) dan Mr D Koorders. Menurut Dr. van Hoëvell menunjukkan, semua tulisan mereka yang terdahulu sangat bertentangan satu sama lain dalam berbagai hal, dan sering kali bahkan dengan tulisan diantara mereka sendiri.  

CA Kruseman adalah orang pertama yang secara sengaja dan serius mengunjungi wilayah dimana masyarakat Badoei berada (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 31-10-1888).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bahasa Sunda, Antara Bahasa Badui dan Banten: Bahasa Badui Sisa Bahasa Asli Bahasa Sunda?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar