Selasa, 03 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (55): Bahasa Melayu Pulau Cocos dan Pulau Natal di Selatan Jawa; Asli Berada di Nusantara Kini Masuk Australia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Di pulau-pulau di selatan Jawa ada penutur bahasa Melayu, terutama di kepulauan Cocos (Keeling) dan pulau Natal, pulau-pulau yang diatur pemerintahannya oleh Australia. Iklimnya merupakan iklim tropis. Pulau ini berada di Samudra Hindia terletak 2.600 kilometer (1.600 mil) dari arah barat laut kota Perth, Australia Barat, 500 km (310 mil) dari arah selatan Jakarta, Indonesia dan 975 km (606 mil) dari Kepulauan Cocos (Keeling). Pulau Natal memiliki populasi sebesar 1.402 warga dan di Kepulauan Cocos sekitar 500 warga.


Bahasa Melayu Cocos (Bahasa Inggris: Cocos Islands Malay) atau Melayu Cocos adalah sebuah dialek dari Bahasa Melayu yang dituturkan oleh masyarakat Melayu yang mayoritas mendiami wilayah Kepulauan Cocos (Keeling) dan Pulau Natal yang merupakan wilayah bagian/teritori dari negara Australia. Selain di Australia, Bahasa ini juga dituturkan oleh diaspora masyarakat keturunan Melayu Cocos di Sabah, Malaysia. Jumlah penutur Bahasa ini mencapai sekitar 5.100 jiwa dengan 1.100 jiwa penutur pada tahun 1987 di Australia khususnya di Kepulauan Cocos & Pulau Natal/Pulau Christmas, sedangkan di Sabah, Malaysia jumlah penutur Bahasa ini memiliki populasi sekitar 4.000 jiwa pada tahun 2000. Secara linguistik, Bahasa Melayu Cocos dihasilkan dari kreol yang bersumber dari Bahasa Melayu Baku dengan beberapa kosakata tambahan/pengaruh Bahasa Jawa dan Bahasa Betawi, hal ini tidak terlepas dari sejarah penduduk Kepulauan Cocos (Keeling). Bahasa ini digunakan sebagai bahasa pengantar kedua di sekolah setelah Bahasa Inggris. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa di kepulauan Kalapa (Cocos) dan pulau Natal di selatan Jawa? Seperti disebut di atas, populasi di kepulauan Cocos dan pulau Natal berbahasa Melayu. Asal-usul Nusantara masuk wilayah Australia. Lalu bagaimana sejarah bahasa di kepulauan Kalapa (Cocos) dan pulau Natal di selatan Jawa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa di Kepualauan Kalapa (Cocos) dan Pulau Natal di Selatan Jawa; Asal-Usul di Nusantara Kini Masuk Wilayah Australia

Pulau-pulau di selatan Jawa adalah pulau-pulau nusantara. Namun tidak ada informasi bahwa pelaut nusantara sudah mengenal pulau sebelum dikenal pelaut Belanda dalam navigasi pelayaran. Pulau-pulau di selatan tersebut, khususnya pulau Natal pada awal era VOC dijadikan pelaut Belanda sebagai pananda navigasi dari Afrika Selatan melalui laut Selatan sebelum mencapai selat Sunda. Pulau-pulau di selatan Jawa tersebut kemudian jatuh ke tangan Ingrris.


Pada tahun 1772 James Scott melakukan ekspedisi ke wilayah Selatan di daratan Ausralia dan lautan Pasifik. Hasil ekspedisi itu dibukukan oleh Schoot yang diterbitkan pada tahun 1775. Seiring dengan terusirnya Inggris dari Amerika (merdeka Juli 1774), Scoot di dalam laporan ekspedisi ini merekomendasikan untuk menjadikan Australia menjadi koloni baru Inggris. Pemerintah Inggris meresponnya dan segera menjadikannya sebagai koloni dimuali di teluk Sidney. Jauh sebelum Scott, di masa lampau, pada tahun 1642 pelaut Abel Tasman melakukan eskpedisi dari pulau Madagaskar mengikuti navigasi laut Selatan, tetapi tidak langsung berbelok ke utara ke Selatan Sunda melalui pulau Natal, tetapi lurus hingga menyusuri pantai selatan Australia lalu terus ke pantai timur Papua dan tiba di Amboina. Dalam pelayaran inilah Abel Tasman menemukan pulau besar yang kini disebut pulau Tasmania. Sejak itu pedagang-pedagang VOC di Jawa khususnya semakin intens ke pantai barat Australia dan pantai selatan. Setelah lebih dari satu abad (130 tahun) situasi geopolitik VOC berubah pasca ekspedisi James Scott.

Seiring dengan ‘pendudukan’ Australia oleh Inggris, pulau Natal dan pulau Kokos yang tepat di garis navigasi pelayaran Inggris (Calcutta di India, Bengkoelen di Sumatra dan Australia) mulai diincar Inggris dan dijadikan sebagai persinggahan yang permanen di bawah kekuasaan mereka. Upaya Inggris untuk ‘merampok’ Pulau Kokos semakin kuat setelah setelah ekspedisi Charles Darwin ke pulau tahun 1836. Charles Darwin dalam laporannya menyebut pulau Kokos (Belanda) itu hanya dengan (pulau) Atol.


Nama pulau Cocos merujuk pada nama local nusantara sebagai pulau Kalapa. Pelaut Belanda semasa VOC memiliki nama sendiri dengan nama pulau Kokos. Lalu kemudian nama pulau Kokos ini yang disebut orang Inggris sebagai pulau Cocos. Bagaimana dengan penamaan pulau Natal. Nama itu merujuk pada nama kota Natal di Afrika Selatan yang milik Portugis yang kemudian diakuisisi oleh Belanda/VOC. Oleh karea itu nama pulau Natal merujuk pada nama kota Natal sebagai jalur navigasi pelayaran dari kota Natal di Afrika ke selat Sunda. 

Pengakuisisian pulau Kokos oleh Inggris menjadi polemik pada tahun 1857 (lihat Nieuwe Rotterdamsche courant: staats-, handels-, nieuws- en advertentieblad, 24-09-1857). Orang Belanda di Jawa khususnya di Batavia meradang. Ini untuk kali kedua orang Belanda meradang, yang pertama Ketika rekomendasi James Scott direspon pemerintah Inggris untuk menjadikan Australia sebagai koloni baru Inggris (1775). Pengakuisisian Inggris atas pulau Kokos latar belakang yang sangat unik.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Asal-Usul di Nusantara Kini Masuk Wilayah Australia: Orang Melayu dan Bahasa Melayu

Nama pulau Kalapa/Kokos oleh orang Inggris dicatat namanya menjadi pulau Cocos Islands dan nama Charles Darwin yang pernah mengunjungi pulau Kokos (Atol) kemudian diabadikan sebagai nama kota baru Darwin di pantai utara Australia. Lalu setelah pulau Kokos dan pulau Natal masuk wilayah yurisdiksi Inggris di (di Sidney, wilayah Australia) bagaimana dengan populasi penduduk di kedua pulau? Berbahasa apakah mereka?

Tunggu deskripsi lengkapnya


 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar