*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini
Beberapa nama tempat
yang penting di pantai barat Sulawesi tempo doeloe yang menjadi pelabuhan adalah
Mandar, Mamuju, Pasangkayu dan Donggala. Masing-masing tempat ini memiliki
bahasa-bahasa sendiri. Di Donggala digunakan bahasa Kaili dan di Pasankayu
digunakan bahasa Baras, bahasa Sarudu dan bahasa Benggaulu. Sementara di Mandar
digunakan bahasa Mandar. Sedangkan di Mamuju digunakan bahasa Mamuju. Ini
mengindikasikan penduduk asli di masing-masing pelabuhan awal ini berasal dari
asal usul yang berbeda. Uniknya masing-masing bahasa itu tidak berkerbata. Disebutkan
bahasa Mamuju memiliki
persentase perbedaan sekitar 82 hingga 100 persen dari bahasa-bahasa lain di
pantai barat Sulawesi.
Penutur bahasa Mamuju tersebar di kabupaten Polewali Mandar, kabupaten
Mamuju dan kabupaten Mamasa. Bahasa Mamuju terdiri dari sejumlah dialek. Di
kabupaten Polewali Mandar terdapat dialek Buku dituturkan di desa Buku, kecamatan
Mapilli, dan dialek Pulliwa dituturkan di desa Pulliwa, kecamatan Bulo serta dialek
Taek dituturkan di kelurahan Amassangan, kecamatan Binuang dan dialek Pannei
dituturkan di desa Tapango, kecamatan Tapango; dialek Campalagian dituturkan di
desa Ongko, kecamatan Campalagian. Di kabupaten Mamasa terdapat dialek Aralle
Tabulahan dituturkan di kelurahan Aralle, desa Aralle Utara, dan desa Aralle
Selatan, kecamatan Aralle, desa Tabulahan, kecamatan Tabulahan. Di kabupaten
Mamuju terdapat dialek Tapalang dituturkan di desa Orobatu, kecamatan Tapalang,
dialek Binanga dituturkan di kelurahan Binanga, kecamatan Mamuju, dan dialek
Sinyonyoi dituturkan di kelurahan Sinyonyoi, kecamatan Kalukku.
Lantas
bagaimana sejarah Mamuju dan bahasa-bahasa di Mamuju pantai barat Sulawesi?
Seperti disebut di atas bahasa Mamuju terdiri dari beberapa dialek seperti dialek
Binanga, dialek Pannei, dialek Tapalang, dialek Sinyonyoi, dialek Pulliwa dan
dialek Aralle. Nama-nama dialek ini mirip nama-nama yang terdapat di Angkola
Mandailing seperti Binanga (kota kecamatan Binanga), Pannei (sungai Batang
Pane), Tapalang (kampong Tapalong) dan Sinyonyoi (desa Sinonoian) serta Aralle
(desa Sarulla). Apakah itu serba kebetulan? Mungkin juga kebetulan
bahasa-bahasa di Pasangkayu namanya mirip dengan nama-nama tempat di Angkola
Mandailing yakni Baras (desa Baruas), Sarudu (kecamatan Sarudik) dan Benggaulu
(desa Anggoli). Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan
sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.