*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Malaysia pada dasarnya sangat
kecil diantara Indonesia. Ibarat Hongkong atau Taiwan tidak ada artinya
dibanding Cina. Demikian juga Sri Lanka diantara India. Dalam perspektif
Indonesia, Singapoera dan Malaysia, yang tergolong negara makmur, sesungguhnya
sangat kecil dalam berbagai aspek (populasi dan ekonomi serta aspek lainnya
termasuk budaya). Pada era kolonial, di Strait Settlement, Inggris merasa lebih
kecil dari Hindia Belanda, namun dalam perspektif Malaysia masa kini merasa lebih
besar dan hebat dibandingkan Indonesia. Mengapa berbeda persepsi?
Semenanjung Malaya dan pastinya Asia Tenggara menjadi pusat perdagangan di kawasan selama berabad-abad. Berbagai komoditas seperti keramik dan rempah aktif diperdagangkan bahkan sebelum Kesultanan Melaka dan Singapura mengemuka. Pada abad ke-17, mereka didirikan di beberapa negara bagian. Kemudian, sejak Britania Raya mulai mengambil alih sebagai administrator Malaya Britania, pohon karet dan kelapa sawit diperkenalkan untuk tujuan komersial. Di dalam waktu lama, Malaya menjadi penghasil timah, karet, dan minyak sawit terbesar di dunia. Tiga komoditas ini, beserta bahan mentah lainnya, mengatur tempo ekonomi Malaysia lebih baik sampai abad ke-20. Pada 1970-an, Malaysia mulai meniru ekonomi Empat Macan Asia (Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong, dan Singapura) dan berkomitmen kepada transformasi dari ekonomi yang bergantung pada pertambangan dan pertanian ke ekonomi berbasis manufaktur. Dengan investasi Jepang, industri-industri berat mulai dibuka dan beberapa tahun kemudian, ekspor Malaysia menjadi mesin pertumbuhan primer negara ini. Malaysia secara konsisten menerima lebih dari 7% pertumbuhan PDB disertai dengan inflasi yang rendah pada 1980-an dan 1990-an. Pada dasarnya, pertumbuhan Malaysia bergantung pada ekspor bahan elektronik seperti chip komputer dan sebagainya. Akibatnya, Malaysia merasakan tekanan hebat semasa krisis ekonomi pada tahun 1998 dan kemerosotan dalam sektor teknologi informasi pada tahun 2001. Pada September 2005, Howard J. Davies, direktur London School of Economics, di dalam sebuah pertemuan di Kuala Lumpur, memperingatkan para pejabat Malaysia bahwa jika mereka ingin pasar modal fleksibel kembali, mereka harus mencabut larangan penjualan singkat. Pada Maret 2006, Malaysia mencabut larangan penjualan singkat. Kini, Malaysia dipandang sebagai negara industri baru. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah Malaysia sangat kecil diantara Indonesia? Seperti disebut di atas, dalam banyak aspek Malaysia sejak dari dulu hingga ini hari hanyalah negara kecil jika dibandingkan dengan Indonesia. Namun dalam perspektif Malaysia merasa besar. Mengapa? Lalu bagaimana sejarah Malaysia sangat kecil diantara Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.