Sabtu, 02 Desember 2017

Indonesia di Piala Dunia (1): Kisruh Antara Indonesia vs Israel (Swedia, 1958); Prediksi Indonesia, Palestina dan Israel (Qatar, 2022)

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Indonesia di Piala Dunia dalam blog ini Klik Disini


Kemarin (01/12/17), pembagian grup Piala Dunia (FIFA World Cup) 2018 di Rusia telah diundi. Dalam pembagian grup Piala Dunia ini memang tidak terdapat nama Indonesia dan Israel. Kedua negara ini hanya dimungkinkan bertemu di event Piala Dunia saja. Hal ini karena Israel sudah sejak lama ‘dikeluarkan’ dari Asia (AFC) oleh Indonesia. Keluarnya Israel dari Asia dan ‘ditampung’ di Eropa (UEFA) adalah kememangan politik Indonesia terhadap Israel. Lantas apa yang akan terjadi jika suatu waktu keduanya harus bertemu dalam penyelenggaraan Piala Dunia?

Kapten Indonesia vs Hungaria PD 1938: Sama-sama dokter
Mulai hari ini (02/12/17) dan beberapa hari ke depan di Banda Aceh diselenggarakan Aceh World Solidarity Tsunami Cup (Tsunami Cup 2017). Tim Nasional yang berpartisipasi: Indonesia, Brunai Darussalam, Mongolia dan Kyrgistan. Christiano Ronaldo, pemain internasional Portugal memiliki hubungan dengan (sepak bola) di Aceh. Beberapa waktu yang lalu FIFA merilis peringkat negara-negara anggota FIFA. Satu yang menarik: Peringkat Palestina untuk kali pertama melampaui peringkat Israel.

Konsekuensi apa lagi yang kemungkinan terjadi di masa yang akan datang dalam Piala Dunia antara Indonesia dan Israel dan antara Palestina dan Israel? Untuk memprediksi hal tersebut, kita dapat mempelajari sejarah sepak bola Piala Dunia itu sendiri. Pada tahun 1938 Indonesia dijadwalkan bertemu dengan Jepang. Pada tahun 1954 Indonesia dijadwalkan bertemu dengan Israel. Pada tahun 2022 apa yang akan terjadi dengan Indonesia, Palestina dan Israel di Piala Dunia di Qatar?

Kisah kehadiran Indonesia di Piala Dunia sesungguhnya telah dimulai tahun 1938. Indonesia kala itu masih bernama Nederlandsch Indie. Kehadiran Indonesia pada Piala Dunia 1938 mengikuti proses yang normal: bukan penunjukan dan juga bukan menggantikan, tetapi mendaftar dan mengikuti proses prakualifikasi sebagaimana tim-tim lainnya yang berhasil ke Prancis. Sementara itu, pada Piala Dunia 1954, Indonesia terkendala partisipasinya dikarenakan masalah diplomasia.

Prakualifikasi Piala Dunia 1958: Indonesia vs Israel

Pada tahun 1938 hanya ada enam negara Asia anggota FIFA: Indonesia, Palestina, Jepang, China, Filipina dan Lebanon. Namun yang berpartisipasi dalam Piala Dunia hanya Indonesia, Palestina dan Jepang. Diantara tiga negara ini hanya Indonesia sendiri yang maju ke putaran final di Prancis tahun 1938. Piala Dunia tidak diselenggarakan apda tahun 1942 dan 1946. Piala Dunia 1950 dilangsungkan di Brasil.

Tidak lama setelah Piala Dunia 1938 terjadi perang dunia. Era kolonial Belanda di Indonesia berakhir tahun 1942 sehubungan dengan pendudukan Jepang. Indonesia lalu memproklamirkan kemerdekaan tahun 1945. Antara tahun 1945 hingga 1949 terjadi perang kemerdekaan antara Indonesia melawan Belanda. Baru pada akhir tahun 1949 Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia.

Pada tahun 1950 konsolidasi sepak bola Indonesia baru dimulai setelah berakhirnya perang. Meski demikian, demam Piala Dunia di Indonesia turut mempercepat proses pemulihan sepak bola Indonesia. Kompetisi antar perserikatan dimulai. Lalu pada tahun 1952 Indonesia menjadi anggota FIFA dan mengakui PSSI. Pada era kolonial Belanda di Indonesia terdapat dua federasi yakni NIVU dan PSSI. FIFA hanya mengakui NIVU. Pada tahun 1954 AFC didirikan di Manila (8 Mei 1954). Indonesia belum menjadi anggota.

Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 31-05-1954): ‘Federasi sepakbola Malaka telah menempatkan Singapura, Burma, Vietnam, Cambodja dan Indonesia di zona tengah kejuaraan sepak bola Asia, yang kemungkinan akan diadakan awal tahun depan. Seorang pejabat dari Asosiasi Sepak Bola Amatir Singapura telah menyatakan bahwa kejuaraan ini akan diadakan setiap dua tahun di bawah arahan federasi sepak bola Asia, yang dibentuk pada Asian Games kedua di Manila. Diputuskan untuk membagi negara-negara peserta ke dalam tiga zona, Asia Timur, Tengah dan Barat. Pemenang setiap zona kemudian akan berakhir di babak kejuaraan, di lokasi yang akan ditentukan. Negara-negara dibagi ke dalam zona berikut: Zona Timur: Hong Kong, Filipina, Jepang dan Korea Selatan. Zona barat: India, Pakistan, Sri Lanka, Afghanistan, Israel dan Iran. Zona tengah: Burma, Vielnam, Kamboja, Indonesia dan Singapura. Karena lokasinya yang sentral dan terhubung dengan fakta bahwa ini adalah pusat federasi sepak bola Asia, Hong Kong mungkin akan dipilih di tempat yang akan diselenggarakan final. Sekretaris Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Maladi, sementara itu menyatakan bahwa belum dapat dipastikan bahwa Indonesia akan berpartisipasi dalam turnamen ini, karena belum berafiliasi dengan Asian Football Federation (AFC). Ini pertama-tama harus didiskusikan oleh Asosiasi Sepak Bola Indonesia, PSSI, menurut UP dari Singapura’.

Dalam perkembangannya, sebagai anggota AFC dan FIFA, Indonesia menjadi salah satu kandidiat untuk mengikuti prakualifikasi Piala Dunia tahun 1958 yang akan diadakan di Swedia. Piala Dunia tahun 1954 sebelumnya diadakan di Swiss. Tidak semua anggota AFC menjadi kandidat, tetapi yang menjadi kandidat adalah negara-negara sepak bola yang terbilang kuat.

Pada babak prakualifikasi Indonesia akan melawan  China (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 30-04-1957). Pada pertandingan home Indonesia mengalahkan China 2-0 pada tanggal 12 Mei (Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 13-05-1957); pada pertandingan away Indonesia dikalahkan oleh China 4-3 pafa tanggal 2 Juni (Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 03-06-1957). Namun di partai penentuan di negara netral Indonesia vs China berakhir 0-0 China. Indonesia lanjut ke babak Zona Asia-Afrika karena unggul selisih gol.

Pada Zona Asia-Afrika Indonesia sudah ditunggu wakil Asia lainnya (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 27-06-1957). Dua wakil Afrika adalah Mesir dan Sudan. Persoalan pun muncul ketika Indonesia harus berhadapan dengan Israel untuk menentukan wakil zona Asia-Afrika ke babak final Piala Dunia 1958 di Swedia.

Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 27-06-1957: ‘Israel telah mengusulkan pertemuan antara tim sepak bola Indonesia dan Israel untuk semifinal untuk zona Asia Afrika untuk kejuaraan sepak bola dunia pada tanggal 31 Juli di Tel Aviv dan pada tanggal 18 Agustus di Jakarta. PSSI belum menanggapi hal ini, karena mereka masih menunggu keputusan FIFA. Namun, Indonesia tidak dapat menerima usulan Israel, karena asosiasi sepak bola PSSI mengadakan kongres tahunan pada akhir Juli dan pada saat yang sama mengadakan final kejuaraan antar perserikatan. Sementara itu Indonesia dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik. PSSI telah menghubungi Kementerian Luar Negeri mengenai kemungkinan bahwa Indonesia akan bertemu Israel. Sejauh ini, bagaimanapun, tidak ada tanggapan positif yang telah diterima dari kementerian. PSSI berpendapat untuk mengatasi halangan politik, antara Indonesia dan Israel tidak dinyanyikan lagu kebangsaan dan juga tidak dilakukan pengibaran  bendera. Menurut PSSI, Israel memiliki keinginan yang sama’.

Pemerintah Indonesia tidak menanggapi pertemuan tim sepak bola Indonesia dan Israel (Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 29-07-1957). Usulan PSSI yang telah dilayangkan k e FIFA sebelumnya untuk dilakukan di negara netral telah mendapat jawaban dari Israel tidak bersedia. Sementara usul PSSI itu sendiri belum ada tanggapan dari FIFA meski Israel sudah mengirim sinyal penolakan.

Pertandingan antara Indonesia vs Israel tidak berdiri sendiri. Pemerintah diduga telah memperhitungkan sehubungan dengan proses penyelesaian Irian Barat. Indonesia tampaknya tidak mau kehilangan dukungan dari negara-negara Arab. Indonesia membutuhkan dukungan dan solidaritas negara-negara Arab, yang sampai sekarang menentang hubungan dengan Israel. Indonesia masih menunggu tanggapan FIFA agar pertandingan melawan Israel terjadi di negara ketiga. Jika jawaban ini menyiratkan penolakan terhadap usulan Indonesia, tidak ada pilihan lain selain membatalkan pertandingan ini. Sebagai konsekuensinya Indonesia harus membayar denda FIFA sebesar 3.500 dolar (Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 29-07-1957).

Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser telah mengirim pesan khusus kepada pemerintah Indonesia sehubungan dengan pertandingan sepak bola antara Indonesia dan Israel dalam konteks Kejuaraan Dunia. Dalam pesan ini, Presiden Nasser menyatakan harapannya, bahwa Indonesia akan meninggalkan niatnya untuk memainkan pertandingan sepak bola melawan Israel. Ini akan menjadi tindakan yang tidak simpatik dari Indonesia melawan negara-negara Araibian untuk bermain melawan Israel (Het nieuwsblad voor Sumatra, 10-08-1957). Sementara itu PSSI yang dipimpin Maladi menemui kementerian luar negeri untuk mengesahkan pertandingan tersebut (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 19-08-1957). PSSI akan membiayai Israel di tempat netral.

Namun daya upaya PSSI yang ‘ngotot’ ini tidak terlaksana. Pemerintah menggantung (tidak menggubris?). FIFA hanya menjawab secara diplomatis bahwa pertandingan berlangsung di negara netral diberikan oleh Presiden FIFA, asalkan Israel juga setuju. Namun tidak lama kemudian PSSI menerima pesan dari Israel bahwa Tim Israel menolak bertanding di tempat netral (Het nieuwsblad voor Sumatra, 27-08-1957). Ini berarti dengan sendirinya pertandingan Indonesia vs Israel gagal. Pemerintah Indonesia yang dalam hal ini bersikap diam, akhirnya terjawab sudah karena Israel menolak. FIFA mengamini. Posisi Pemerintah Indonesia dalam hal ini menjadi tidak melukai PSSI tetapi juga tidak merugikan kepentingan negara-negara Arab tetapi malah menguntungkan dalam sidang PBB yang akan datang yang mana proses Irian Barat termasuk salah satu agenda.  

Jika Israel telah menolak di tempat netral, PSSI kemudian merilis bahwa PSSI juga menolak bertanding di Israel karena alasan di Tel Aviv, atmosfer di sana yang tidak menjamin keamanan pemain tim Indonesia. Inikah diplomasi PSSI?

Perjuangan PSSI akhirnya kandas meski sudah dikirim delegasi ke Swiss dan mendapat dukungan dari Wakil FIFA Karcl Lotsy  (yang orang Belanda) karena Indonesia bersedia membiayai Israel di tempat netral. Kepastian ini didapat setelah delegasi menghubungi ketua panitia di Stockholm. Panitia berpendapat bahwa pada prinsipnya jadwal harus dipertahankan, karena FIFA tidak terkait politik. Jika kedua belah pihak (Israel, Indonesia) mencapai kesepakatan, panitia akan keberatan bahwa mereka akan dimainkan dengan netral (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 07-09-1957). Delegasi PSSI juga telah memenui duta besar Israel di Den Haag, namun dubes mengatakan bahwa Israel akan bersikeras bahwa sebuah pertandingan hanya akan dimainkan di negara mereka sendiri (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie,     09-09-1957).

Menurut PSSI yang diumumkan Maladi sampai sejauh ini belum diputuskan oleh FIFA. Sementara itu di lain pihak Mesir dan Sudan yang melakukan pertandingan dan pemenangnya akan kemuingkinan bertemu Israel dalam Zona Asia Afrika ini telah menolak untuk bertanding dengan Israel (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie,   04-11-1957). Dalam hubungan ini FIFA menyatakan bahwa Israel sebagai pemenang dan Indonesia dikenai denda (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 04-11-1957).

Prediksi Piala Dunia 2022 di Qatar: Indonesia, Palestina dan Israel

Tim Nasional Indonesia tidak berpartisipasi dalam Piala Dunia 2018, tetapi Indonesia kini memiliki tim sepak bola yang menjanjikan untuk meraih prestasi dan mampu berpartisipasi pada Piala Dunia berikutya tahun 1922 di Qatar.

Sepak bola Indonesia adalah garis kontinum dari Piala Dunia 1938 hingga Piala Dunia 2022. Pada tahun 1938 sepak bola di Indonesia diwakili NIVU. Saat itu terdapat dualisme kepengurusan sepak bola (NIVU vs PSSI), suatu kejadian yang berulang lagi kemudian antara PSSI vs KPSI.

Setiap negara berlomba untuk berpartisipasi dalam Piala Dunia. Selain Indonesia, negara yang berpotensi untuk mampu ke Pialai Dunia tahun 2022 adalah Palestina.

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar