Minggu, 26 Juni 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (675): Terbentuk Kerajaan-Kerajaan Wilayah Pesisir Pantai; Hubungan Bilateral Kerajaan di Pedalaman

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Tidak banyak jumlah kerajaan lama di pedalaman, sebaliknya begitu banyak terbentuk kerajaan-kerajaan di wilayah pesisir (pantai). Mengapa bisa begitu? Di wilayah pedalaman awalnya bermula saru daratan, antara satu tempat dengan tempat lain yang dihubungkan jalur perjalanan, dimana antara satu penduduk dengan penduduk yang lain berinteraksi. Sebaliknya untuk mengakses wilayah pedalaman dapat diakses dari berbagai arah angin dan berbagai teluk yang ada. Hal itulah mengapa pada akhirnya terbentuk banyak kerajaan-kerajaan di wilayah pesisir.

Dalam sejarah zaman kuno di nusantara hanya beberapa nama kerajaan-kerajaan yang catatannya diketahui, apakah dalam prasasti atau bentuk-bentuk data yang lainnya. Kerajaan-kerajaan tersebut antara lain Sriwijaya, Singhasari, Madjaphit, Malaka, Atjeh, Aru, Demak, Banten, Gowa, Brunai dan Minangkabau. Diantara kerajaan yang disebut tersebut hanya tiga kerajaan yang berada di pedalaman (Singhasari, Aru dan Minangkabau). Sebagai kerajaan-kerajaan di pantai, memiliki kecenderungan mengembangkan perdagangan menjadi jauh di lautan diantara daratan dan juga mengabadikan perdagangan menjadi jauh ke pedalaman. Oleh karena itu, kerajaan-kerajaan di wilayah pantai menjadi jauh lebih di kenal di manca negara (Eropa dan Tiongkok).

Lantas bagaimana sejarah terbentuk kerajaan-kerajaan di wilayah pesisir pantai? Seperti disebut di atas, ada perbedaan wilayah pedalaman dan wilayah pantai dimana terbentuk kerajaan-kerajaan di masa lampau. Lalu bagaimana sejarah terbentuk kerajaan-kerajaan di wilayah pesisir pantai? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Terbentuk Kerajaan-Kerajaan di Wilayah Pesisir Pantai: Hubungan Bilateral dengan Kerajaan di Pedalaman

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kerajaan di Pedalaman: Ikut Mendukung Kerajaan Pantai Lebih Besar, Tetapi Kerjaaan yang Menghancurkannya

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar