*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini
Entah darah apa yang mengalir di dalam tubuh Edward Douwes Dekker apakah tricolor atau dwiwarna. Yang jelas, banyak orang Belanda membencinya dan tidak sedikit orang Indonesia yang menghormatinya. Pada saat orang lupa siapa Edward Douwes Dekker, Mochtar Lubis dan Sanusi Pane mengambil inisiatif di Jakarta tahun 1953 untuk memperingati 66 tahun meninggalnya Multatuli. Peringatan itu dilaksanakan di Jalan Pegangsaan Timur No 56, tempat dimana 17 Agustus 1945 membacakan Proklamasi Indonesia. Mochtar Lubis dan Sanusi Pane seakan ingin menunjukkan kepada rakyat Indonesia, Edward Douwes Dekker alias Multatuli layak dihormati. Edward Douwes Dekker telah berjuang demi penduduk Indonesia di Natal dan di Lebak.
Entah darah apa yang mengalir di dalam tubuh Edward Douwes Dekker apakah tricolor atau dwiwarna. Yang jelas, banyak orang Belanda membencinya dan tidak sedikit orang Indonesia yang menghormatinya. Pada saat orang lupa siapa Edward Douwes Dekker, Mochtar Lubis dan Sanusi Pane mengambil inisiatif di Jakarta tahun 1953 untuk memperingati 66 tahun meninggalnya Multatuli. Peringatan itu dilaksanakan di Jalan Pegangsaan Timur No 56, tempat dimana 17 Agustus 1945 membacakan Proklamasi Indonesia. Mochtar Lubis dan Sanusi Pane seakan ingin menunjukkan kepada rakyat Indonesia, Edward Douwes Dekker alias Multatuli layak dihormati. Edward Douwes Dekker telah berjuang demi penduduk Indonesia di Natal dan di Lebak.
Rumah Multatuli di Natal 1842 (foto 1910) |
Lantas bagaimana perjuangan Edward Douwes Dekker di
Lebak? Itu pertanyaannya. Lalu apa hubungannya dengan Tangerang? Nah, itu dia. Untuk
mencari kejelasannya, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.