*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini
Prof.
Ir. Lutfi Ibrahim Nasoetion, MSc. PhD, banyak yang mengenalnya dan banyak pula
yang mengenangnya. Banyak mengenalnya karena beliau sangat akrab dengan semua
orang, banyak orang mengenangnya karena cara berpikirnya dan hasil pemikirannya
banyak menginspirasi. Saya mengenalnya, bukan karena sama-sama kelahiran Padang
Sidempuan, tetapi saya mengenalnya dengan baik selama mahasiswa. Memang kami
sama-sama satu fakultas )IPB-Bogor), tetapi Prof. Ir. Lutfi Ibrahim Nasoetion,
MSc. PhD di Jurusan Ilmu Tanah sebagai dosen senior, sedangkan saya sendiri sebagai
mahasiswa di Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Meski demikian, di luar akademik
saya kerap berkunjung ke rumahnya, karena rumah beliau cukup dekat dengan tempat
kost saya. Beberapa hari terakhir ini saya kembali mengenangnya..
Beberapa hari terakhir ini, salah satu artikel
saya tentang riwayat beliau terus meningkat pembacanya. Awalnya saya menganggap
kenaikan pembaca itu karena ada yang membutuhkan. Lalu baru saya mengetahui
bahwa beliau yang saya hormati telah mendahului kita menghadap Yang Maha Kuasa:
Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un. Selamat jalan Bang Lutfi. Semoga diterima
disisi-Nya. Amin. Saya mengenang beliau dalam artikel ini. Dalam banyak
obrolan, saya banyak belajar dari beliau. Beliau kerap menceritakan bagaimana
pengalaman hidupnya dalam konteks akademik dan studi. Suatu waktu saya diminta
datang ke rumahnya: ‘Khir, bantu Abang cari data pendidikan di kabupaten [tidak
jauh dari kabupaten Bogor], ini daftarnya [beberapa tabel data]’. ‘Ok, siap,
Bang.”. Setelah di tempat kost saya baru menyadari dananya tidak ada, tidak
dibicarakan (apakah sama-sama lupa?). Saya makin bingung, bulan tua, wesel dari
kampung baru sekitar seminggu lagi. Untuk ke kota di Jawa Barat itu perlu
ongkos bis dan sebagainya termasuk biaya foto kopi, Saya tidak berani ke rumah
belia menanyakan dananya. Saya pikir jangan-jangan saya ini sedang diuji. Lalu
saya pinjam ke koperasi Rp 10.000. Semua beres, lalu data saya antar dan
mendiskusikannya datanya sebentar. Sebelum saya pulang, saya ditanya ‘berapa
habis uangmu’. Tidak ada Bang. Saya hanya pinjam koperasi. ‘Ah, kau ini, jangan
bodoh-bodohi Abang. Saya jawab: ‘tujuh ribu Bang’. Sambil pergi ke kamar, ‘Ok,
sekarang kalikan itu 10 kali’. Dalam hati saya berpikir bukankah itu tujuh
puluh ribu. Hampir dua kali wesel saya (setiap bulan orang tua kirim 40.000
rupiah). Apa yang saya pelajari dari itu sebenarnya adalah beliau menguji saya
apakah bisa berpikir untuk mengatasi masalah sendiri untuk mendapat
keberhasilan.
Lantas bagaimana sejarah Prof. Ir. Lutfi Ibrahim Nasoetion, MSc. PhD?
Seperti pernah saya tulis dalam artikel saya enam tahun yang lalu, beliau
adalah anak seorang ahli pertanian Djohan Nasoetion sejak era Hiudia Belanda,
lulus sekolah pertanian Middelbare Landbouwschool) di Buitenzorg (Bogor).
Setelah berdinas di beberapa tempat pada tahun 1936 dipindahkan ke kota Padang
Sidempoean. Lalu bagaimana sejarah Prof.
Ir. Lutfi Ibrahim Nasoetion, MSc. PhD? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan
dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.