Kamis, 17 Desember 2020

Sejarah Aceh (5): Sejarah Pulau Weh Pulau Rondo, Kilometer Nol Indonesia hingga Merauke; Pulau Aru hingga Kepulauan Aru

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Aceh dalam blog ini Klik Disini

Sejarah pulau Weh, boleh jadi berbeda dengan Aceh di daratan. Pulau Weh memiliki sejarah sendiri sebagai pulau. Pulau Weh di masa lampau jauh dari hiruk pikuk di kota (pelabuhan) Atjeh. Ketika kota (pelabuhan) Atjeh jatuh ke tangan (Pemerintah Hindia) Belanda, nama pulau Weh muncul ke permukaan. Mengapa? Yang jelas, itulah awal pertumbuhan dan perkembangan pulau Weh yang berpusat di (kota) Sabang.

Pulau Weh (Sabang) sejatinya bukanlah pulau paling barat Indonesia. Pulau paling barat di Indonesia adalah pulau Rondo. Demikian juga bahwa Merauke bukanlah tempat yang paling timur di Indonesia. Bahkan Jayapura (perbatasan Papua Nugini) masih lebih timur dari Merauke. Batas wilayah Indonesia di perbatasan Papua Nugini adalah sungai Bensbach. Namun ada nama yang unik, namanya sama yakni Aru. Pulau Aru di barat Indoneesia (dekat Sabang) dan Kepulauan Aru di timur Indonesia (dekat Merauke). Dua nama Aru ini sudah terhubung sejak zaman kuno.

Lantas sejarah awal pulau Weh dan kota Sabang? Secara historis kurang terinformasikan. Yang terinformasikan dengan baik adalah kota (pelabuhan) Atjeh yang di era Hindia Belanda diberinama Kota Radja. Okehlah. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Pulau Weh: Wey

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sabang dan Pulau Rondo

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar