Sabtu, 24 April 2021

Sejarah Filipina (19): Sejarah Asal Usul Pulau Spratly Dekat Pulau Palawan Filipina; Apakah Pantas Spratly Diklaim China?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina dalam blog ini Klik Disini  

Tempo doeloe tidak ada yang mengangap penting (pulau) Spratly, apakah Inggris (Brunai), Spanyol (Filipina) atau Belanda (Indonesia). Hanya Prancis (Vietnam) yang mengklaim sendiri pada tahun 1930 (lihat Algemeen Handelsblad, 01-06-1930). Meski pada saat itu, China sudah memiliki kekuatan sendiri, tetapi tidak pernah mengklaimnya. Situasi dan kondisi masa kini berbeda dengan masa lampau.

Pada masa ini nama (pulau atau kepulauan) Spratly diketahui dengan nama yang berbeda-beda: Nansha Qundao (China); Kepulauan Spratly (Malysia-Brunai); Islang Kalayaan (Filipina) dan Quan Dao Truong Sa (Vietnam). Kepulauan ini bukanlah daratan yang sempurna, tetapi hanya berbentuk reefs, shoals, atolls, and small islets yang berada di kawasan South China Sea (bagian dari Pacific Ocean). Ribut-ribut tentang klaim Spratly, Indonesia juga memiliki kepentingan sendiri di sekitar kawasan (sebagai bagian Zona Ekonomi Eksklusif 200 mil). Situasi dan kondisi saat ini bahwa China mengeklaim seluruh wilayah Spratly dan menguasai 7 pulau; Taiwan klaim seluruh wilayah dan menguasai 1 pulau; Vietnam klaim seluruh wilayah dan menguasai 9 pulau; Malaysia klaim 12 pulau dan menguasai 5 pulau; Filipina klaim 27 pulau dan menguasai 8 pulau; Brunei Darussalam klaim 3 pulau yang paling selatan namun tidak menguasai pulau tertentu.

Lantas bagaimana sejarah asal usul Pulau Spratly di dekat pulau Palawan? Seperti disebut di atas kini telah terjadi klaim beberapa negara atas pulau tersebut. Tentu saja kepulauan itu berada di bawah sengketa. Lalu mengapa kini China, Vietnam dan Taiwan terkesan sangat ngotot untuk meraihnya semua pulau-pulau itu? Sudah barang tentu China, Taiwan, Vietnam, Malaysia, Brunai dan Filipina memiliki kepentingan tertentu. Lalu pertanyaannya pantaskah China mengklaim seluruh pulau di Spratly? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Pulau Spratly

Tunggu deskripsi lengkapnya

Munculnya Sengketa: China vs Negara Lainnya

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar