Selasa, 27 April 2021

Sejarah Filipina (24): Pelabuhan Port Manila Tempo Dulu Awalnya di Cavite; Pelabuhan Jakarta Pindah dari Kalapa ke Tanjung Priok

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina dalam blog ini Klik Disini

Pelabuhan (Port) dapat dikatakan setua navigasi palayaran dalam perdagangan. Sejarah pelabuhan di berbagai tempat baru intens berlangsung sejak kehadiran orang-orang Eropa yang diikuti pembentukan koloni. Keberadaan pelabuhan yang dibangun atau yang ditingkatkan terus dijaga karena menjadi pusat perdagangan utama di kawasan dimana pelabuhan itu ditetapkan. Pelabuhan Manila terbilang salah satu pelabuhan tua di Asia Tenggara. Pelabuhan Manila ditetapkan Spanyol di muara sungai Pampanga (kini sungai Pasig) untuk menggantikan pelabuhan tradisional di Cabita (kini Cavite).

Jauh sebelum pelabuhan Manila eksis, sudah ada banyak pelabuhan yang sangat dikenal ketika pelaut-pelaut Eropa mengunjungi Hindia Timur. Pelabuha besar antara lain Malaka dan Ternate. Dalam perkembangannya sejumlah pelabuhan lain yang muncul adalah Atjeh, Banten, Amboina dan sebagainya. Sejak Belanda memindahkan pelabuhannya dari Amboina (awalnya dikuasai Portugis) ke muara sungai Tjiliwong, pelabuhan pelabuhan tradisional Sunda Kalapa digantikan pelabuhan Belanda (VOC) dengan nama Batavia (sebagaimana pelabuhan Cabita di teluk Manila digantikan pelabuhan baru Pelabuhan Manila.

Lantas bagaimana sejarah pelabuhan Manila diteluk Manila? Seperti disebut di atas, pelabuhan Manila adalah pelabuhan pengganti dari pelabuhan tradisonal di Cavite. Lalu mengapa pelabuhan Manila dibangun baru? Dalam perkembangannya idem dito Belanda membangun pelabuhan baru di Batavia (menggantikan pelabuhan tradisional Sunda Kalapa). Bagaimana pelabuhan Manila dan pelabuhan Batavia selanjutnya? Pelabuhan Manila adalah pelabuhan utama di Filipina dan kini telah direlokasi, tidak terlalu jauh dari origin, tetapi pelabuhan Batavia direlokasi ke tempat yang lebih jauh di Tanjung Priok. Mengapa begitu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pelabuhan Manila di Sungai Papanga: Diperluas ke Area Utara

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pelabuhan Jakarta: Dari Batvia ke Tanjung Priok

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar